Management Strategy

APB31 Dorong Pemerintah Buka Keran Ekspor Bauksit

APB31 Dorong Pemerintah Buka Keran Ekspor Bauksit

Kepanikan semua sektor akan perlambatan ekonomi yang masih terus terjadi hingga saat ini mengakibatkan PHK karyawan besar-besaran sehingga meningkatnya jumlah angka pengangguran. Nilai tukar Rupiah terahadap US$ terus melemah hingga menyentuh angka Rp 14.700 pada tanggal 28 September 2015. Terkait hal tersebut Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB31) mendorong pemerintah untuk membuka keran ekspor bauksit.

2015-09-29 22.34.27

Menurut Ketua APB31 sekaligus Direktur Utama PT Harita Prima Abadi Erry Sofyan, untuk mengatasi melemahnya kondisi ekonomi Indonesia salah satunya dengan penetapan regulasi atau kebijakan oleh pemerintah untuk mendorong kembali pengoperasian perusahaan yang saat ini telah mengalami keterpurukan sejak diberlakukannya Peraturan Menteri nomor 1 tahun 2014 terkait pelarangan ekspor bauksit.

Dia mengungkapkan, keran ekspor yang dibuka kembali dipercaya bisa memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara berupa devisa sebesar US$ 1,6 – 2 miliar serta pajak dan PNBP sebesar US$ 480 juta. Hal ini juga bisa memberikan dampak lebih luas kepada masyarakat sehingga bisa menghidupkan kembali roda perekonomian.

“Sejak Desember 2013 hingga bulan Februari 2014 terjadi PHK besar-besaran mencapai 320 tenaga kerja, dengan didorongnya keran ekspor bisa lebih besar manfaatnya bagi bangsa karena akan menimbulkan efek domino luar biasa. Karena begitu tambang berjalan kegiatan ekonomi dan usaha di lokasi tambang akan langsung hidup,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, saat ini Indonesia memiliki sumber daya dan cadangan bauksit sebesar 7,3 miliar ton. Sumber daya dan cadangan bauksit ini bisa bertahan selama 175 tahun jika sumber daya dan cadangan bauksit tersebut digunakan untuk memasok kebutuhan bahan baku industri pemurnian bauksit (alumina refinery) di dalam negeri sebesar 24 juta ton/tahun dan ekspor bauksit sebanyak 16 juta ton/tahun.

Ia menggangap langkah ini merupakan solusi yang tepat di tengah kondisi ekonomi saat ini karena menurutnya bauksit hanya bisa dimanfaatkan oleh pabrik pembuat alumina, sedangkan di Indonesia tidak banyak perusahaan yang memproduksi alumina. Sehingga produksi bauksit secara nasional belum bisa diserap untuk kebutuhan dalam negeri. Itu artinya, bauksit harus diekspor.

Untuk mengantisipasi terjadinya ekspor bauksit yang berlebihan, Erry menawarkan solusi dengan cara pembatasan jumlah produksi melalui penetapan kuota produksi per tahun secara nasional. Sedangkan pengendalian ekspor bauksit dapat dilakukan dengan cara pembatasan volume ekspor melalui penetapan kouta ekspor pertahun secara nasioal. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved