Management Trends

Bagaimana Seharusnya Best Practice yang Dilakukan Perusahaan Saat New Normal?

Foto: Pixabay

Tatanan kenormalan baru dimulai di sebagian besar industri. Aktivitas perkantoran mulai terlihat, sama halnya dengan rutinitas commuting para pekerjanya. Director Career Services Mercer, Isdar Marwan mengemukakan inilah yang disebut fase return. Dalam framework yang disampaikannya saat Webinar (11/6/2020), ada tiga proses yang dialami oleh company dan employee, yakni respond, return, dan reinvent.

“Saat ini kita sedang dalam fase return, sehingga perlu ada beberapa best practice yang bisa dilakukan,” tuturnya. Best practice itu, menurut Isdar, tercipta dari leadership para pemimpin bisnis. Yang kedua adalah soal well being.

Ada empat well being yang perlu diperhatikan saat pemimpin bisnis memutuskan ‘mengembalikan’ karyawannya ke kantor, yaitu physical well being, emotional well being, financial well being, dan social well being. Keempat ini menjadi sorotan dalam menciptakan tatanan kerja baru pasca work from home.

Mengapa well being ini patut diperhatikan? Isdar menyebut, global survey membuktikan 38% orang yang melakukan work from home akibat pandemi ini mengalami tekanan karena sosial dan ekonomi. Ia memberi contoh betapa pentingnya well being pada karyawan yaitu Starbucks Amerika Serikat bahkan memfasilitasi happiness coaching bagi karyawannya. “Sangat penting bagi karyawan untuk didengarkan oleh company apa yang diinginkannya,” kata Isdar.

CEO GeekHunter, Ratri Iswari mengamini pentingnya kebutuhan karyawan untuk didengar. Di perusahaannya yang bergerak di bidang teknologi, timnya membuat survei kepada karyawan apakah mau tetap WFH, kembali ke kantor, atau kombinasi keduanya. Hasilnya, sebanyak 90% memiliih untuk WFH. Dengan demikian, GeekHunter memutuskan untuk sampai akhir tahun menerapkan WFH. Hal ini pun menemui kendala lagi, yaitu harus ada penyesuaian yang dilakukan.

“Kami memodifikasi interaksi sesama karyawan. Misalkan setiap jam istirahat, kita nyalakan video call untuk ngobrol sambil makan siang. Di after hour, kita juga adakan sesi curhat.” Ken Ratri menceritakan.

Pendekatan yang dilakukan startup rupanya memang berbeda dari perusahaan kebanyakan. Ken Ratri menyebut, sebenarnya WFH untuk startup teknologi bukanlah hal baru. Posisi developer di GeekHunter pun biasanya bekerja secara remot.

Bagi startup, sangat penting untuk menjaga kestabilan cashflow dan talent. Aspek emosional dan manajemen krisis juga bukan hal sepele. Ken Ratri menambahkan, founder startup yang berusia muda harus belajar untuk deal dengan krisis dan tantangan. “Di GeekHunter, saat ini bukan waktu yang tepat untuk memanen hasil seperti yang sudah kita rencanakan di awal tahun. Justru ini jadi momen untuk mengurai proses kerja ke belakang,” katanya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved