Management Strategy

Bank Hipmi Jaya Bangkit Lagi di 2014

Bank Hipmi Jaya Bangkit Lagi di 2014

Setelah sekian lama bisnis Bank Perkreditan Rakyat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jaya Raya (BPR Hipmi Jaya) terus menurun, maka pengurus Hipmi Jaya berusaha memperbaikinya secara internal dengan mengubah struktur Direkturnya dan menambahkan modal. Maka itu, pada awal 2014 ini, bank tersebut melakukan re-branding menjadi Bank Hipmi Jaya.

Pengurus dari Hipmi Jaya sendiri mengharapkan supaya bank itu bisa menarik dana pihak ketiga (DPK) lebih banyak lagi dari para anggota Hipmi Jaya yang sekitar 3000 orang, dan bisa menyalurkan kredit lebih besar lagi bagi pihak yang membutuhkan. Berikut wawancara khusus reporter SWA Online, Ria E. Pratiwi, dengan Eman A. Setiawan, Sekretaris Umum Badan Pengurus Daerah (BPD) Hipmi Jaya (Periode 2011-2014), yang sekarang menjadi anggota Dewan Pembina BPD Hipmi Jaya, setelah pengurus baru terpilih pada awal 2014 ini.

Peluncuran Bank Hipmi JayaBagaimana ceritanya soal “kebangkitan kembali” Bank Hipmi Jaya itu?

Bank Hipmi Jaya (dulu BPR Hipmi Jaya) itu didirikan pada 1995, di bawah kepengurusan Eddy Kuntadi. Kebetulan beliau dulu adalah Ketua Umum Hipmi Jaya dan sekarang adalah Ketua Umum Kadin DKI Jakarta. Pada saat itu ada beberapa pemegang saham termasuk Haryadi B. Sukamdani; di sini beliau sebagai Komisaris Utama. Setelah itu BPR Hipmi Jaya mengalami degradasi, karena pada waktu itu terjadi miss-management. Pada 2013, atas inisiatif Ketua Umum Hipmi Jaya (periode 2011-2014) Andhika Anindyaguna, maka kita coba untuk menaikkan kembali bank yang tadinya sudah mengalami penurunan itu. Jadi kalau dilihat sekarang, setelah kemarin kita restrukturisasi secara internal, khususnya di SDM, yang mana kita masukkan kalangan profesional, sehingga sekarang sudah lebih bisa bergeliat lagi. Haryadi Sukamdani juga menjadi Direktur Utamanya sekarang. Kemudian bank itu juga kita beri tambahan modal sekitar Rp500 juta pada awal 2013.

Apakah dulu itu Bank Hipmi Jaya benar-benar tidak aktif, seperti bank yang dilikuidasi, atau kondisinya seperti apa?

Dulu itu masih ada, market-nya pun masih ada, nasabahnya juga masih ada dan aktif. Cuma karena tidak ter-manage dengan baik, maka seperti mati suri. Waktu sebelum restrukturisasi, masih sebagian kecil dari anggota Hipmi Jaya yang menjadi nasabah BPR Hipmi Jaya. Nah, kita mengharapkan di bawah kepengurusan baru itu, diharapkan pada 2017, 60%-70% nasabahnya bisa berasal dari anggota dan pengurus Hipmi Jaya. Anggota aktif kita ada 1112 orang, sementara total seluruh anggota ada sekitar 3000 orang.

Kegiatan perbankan yang dilakukan Bank Hipmi Jaya itu lebih kepada mencari DPK atau menyalurkan kredit kepada nasabah ya?

Sampai sekarang kebijakan dari banknya itu sendiri memang kita lebih kepada funding atau mencari dana, ketimbang landing atau menggelontorkan dananya. Karena kita harus memperkuat dari sisi perbankannya itu sendiri, yaitu permodalannya. Kita sekarang menggalakkan agar semua anggota Hipmi Jaya mempunyai rekening tabungan di Bank Hipmi Jaya. Soal mulai kapan bank kami akan mulai menyalurkan kredit, itu tergantung dari kepengurusan yang terbaru sekarang.

Berapa DPK yang sudah diperoleh dan kredit yang sudah disalurkan Bank Hipmi Jaya pada 2013 lalu?

Pada 2014 ini, kami (pengurus dan anggota Hipmi Jaya) akan menyuntik permodalan menjadi Rp5 miliar, dari sebelumnya Rp 2,2 miliar. Dari sana diharapkan penyaluran kredit bisa mencapai Rp10 miliar, daripada di akhir 2013 baru mencapai Rp8 miliar, dengan rasio kredit macet (NPL) terjaga dibawah 5%. Kita juga akan mengundang pemegang saham untuk taruh minimal Rp 100 juta. Kemudian, dana pihak ketiga (DPK) Bank Hipmi Jaya, pada 2014, diharapkan bisa naik menjadi Rp3 miliar, dari sebelumnya Rp1 miliar yang terbagi atas deposito dan tabungan. Lalu, pencapaian target omsetnya di tahun ini bisa mencapai Rp3-Rp4 miliar.

Jadi, apa sebenarnya tujuan utama dari adanya Bank Hipmi Jaya tersebut untuk semua anggota Hipmi Jaya?

Tujuan utamanya ada Bank Hipmi Jaya ini adalah untuk (memberi pinjaman) permodalan. Tapi kita harapkan itu lebih diprioritaskan kepada anggota dan pengurus. Tapi tidak menutup kemungkinan captive market di sekitarnya akan di-manage juga. Kita bisa juga usahakan bahwa pencairan kreditnya akan lebih mudah daripada bank-bank yang lain, jadi ada kekhususan lah untuk anggota Hipmi Jaya. Ini bisa untuk masyarakat umum juga, karena kebetulan lokasi kantor banknya ada di dekat kawasan industri, dan kita mencoba grab market di sana yaitu para pekerja dari kawasan industri tersebut. Sekarang kita lebih banyak memberikan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) dan kredit pemilikan rumah (KPR) kepada mereka. Tapi memang tidak terlalu besar pinjamannya, karena kita tahu sendiri lah seberapa kemampuan para pekerja itu untuk mengembalikan.

Berapa kantor cabang yang dimiliki Bank Hipmi Jaya sampai sekarang?

Kantor kita baru satu. Yakni kantor pusat kita, yang lokasinya sekarang ada di dekat Serang, tadinya di Balaraja (Tangerang), dan nanti mau ditarik kembali ke daerah yang hampir dekat Jakarta. Karena kalau mau buka BPR itu regulasinya harus buka di daerah pinggiran kota, tidak boleh di dalam kota.

Bagaimana Anda memandang persaingan dengan bank lain, khususnya Bank DKI? Kan sama-sama bergerak di DKI Jakarta, kalau-kalau Bank Hipmi Jaya jadi memindahkan kantornya hampir dekat Jakarta.

Soal persaingan dengan Bank DKI, sepertinya tidak juga. Karena semuanya ada market-nya sendiri-sendiri. Setahu saya, BPR itu dapat melakukan semua transaksi kecuali kliring. Jadi berbeda dengan apa yang dilakukan Bank DKI sebagai BPD. Mereka lebih besar dari kita. Kita juga ada kebijakan khusus untuk membantu pembiayaan dengan suku bunga yang cenderung kompetitif. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved