Management Strategy

Banyak Kendala, April Ekspor CPO Turun 23%

Banyak Kendala, April Ekspor CPO Turun 23%

Gapki

Volume ekspor CPO dan turunanya mengalami penurunan di April tahun ini, tercatat penurunan ini sebesar 23% yaitu 1,38 juta ton. Penurunan volume ekpsor ini disebabkan oleh beberapa hal, sepeti situasi ekonomi dan terbitnya beberapa kebijakan penggunaan minyak nabati di negara tujuan ekspor CPO. Spekulasi El Nino ternyata juga tidak cukup kuat untuk mengerek laju ekspor ini.

“Ekspor CPO yang semula diramalkan akan mengalami peningkatan jelang Ramadhan ternyata meleset dari apa yang diharapkan. Hampir semua negara tujuan utama ekspor CPO dan turunannya membukukan penurunan yang cukup signifikan kecuali Amerika Serikat,” kata M. Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI.

Tiongkok yang menjadi salah satu tujuan ekspor ini mengurangi pembelian CPO dan turunannya lebih dari 14 ribu to atau 51% dibandingkan dengan bulan Maret 2014.

Penuruana permintaan dari Cina ini disebabkan oleh kondisi ekonomi dan juga kesulitan para trades untuk mendapatkan pinjaman bank. Tak hanya itu saja hal ini semakin diperparah dengan melemahnya nilai tukar Yuan terhadap dolar Amerika Serikat.

Selain Tiongkok, India juga merupakan negara pengimpor CPO asal Indonesia mencatatkan penurunan permintaan yang cukup signifikan. Jika biasanya menjelang Ramadhan permintaan dari India meningkat untuk stok minyak nabati, kali ini hal ini nampaknya akan sulit tercapai.

Tercatat volume ekspor ke India turun dari 412 ribu ton Maret lalu menjadi 353 ribu ton pada bulan April ini. Penurunan permintaan India juga disebabkan oleh inflasi meningkat dan nilai tukar Rupee yang melemah. Selain itu, untuk menjaga industri minyak nabati di dalam negerinya India telah menotifikasi WTO untuk menyelidiki impor saturated fatty alcohol yang diklaim telah membuat industri refinery India cedera berat.

Keadaan yang cukup mengejutkan di Pakistan, negara yang mayoritas berpenduduk muslim ini ternyata menurunkan permintaan akan CPO meskipun Ramadhan sudah dekat. Volume ekspor CPO dan turunannya ke Pakistan tercatat menurun 29% dibandingkan dengan bulan lalu yaitu dari 174 ribu ton menjadi 123 ribu ton.

Penurunan permintaan dari Pakistan disebabkan adanya kebijakan larangan impor minyak goreng dan fatty acid dalam kemasan drum dan pembatasan impor dalam skala besar oleh industri pengguna (seperti industri sabun dan oleochemical) sebagai akibat adanya indikasi impor CPO ilegal.

Di antara negara tujuan eksport yang banyak mengalami penurunan permintaan, Amerika Serikat (AS) pada April tahun ini membukukan kenaikan permintaan yang cukup signifikan. Volume ekspor CPO dan turunannya ke AS tercatat meningkat 84% dari 31 ribu ton pada Maret lalu menjadi 57 ribu ton di bulan April.

Kenaikan permintaan dari AS ini dikarenakan adanya stimulus pendanaan sebesar US$ 60 juta dari pemerintah untuk industri biodiesel yang disalurkan melalui Departemen Pertanian AS (USDA).

Harga CPO Turun

Dari sisi harga, harga rata-rata CPO di Rotterdam pada April 2014 bergerak di kisaran US$ 893 – US$ 930 per metrik dengan harga rata-rata US$ 911 per metrik ton. Harga rata-rata ini turun sekitar 5% dibandingkan dengan harga rata-rata bulan Maret US$ 961 per metrik ton.

palm-oilPenurunan harga CPO ini disebabkan menurunnya permintaan secara global meskipun spekulasi El Nino tetap berkembang, akan tetapi melambatnya pertumbuhan ekonomi, penurunan nilai tukar dan adanya beberapa kebijakan baru di negara konsumen telah menurunkan permintaan.

Pada Mei ini harga diperkirakan cenderung menurun karena pengaruh perlambatan ekonomi. Hal ini mulai terlihat sejak dua pekan pertama Mei ini dimana harga hanya bergerak dikisaran US$ 885 – 900 per metrik ton.

GAPKI sendiri memperkirakan harga CPO hingga akhir Mei tidak akan bergerak jauh di kisaran harga US$ 890 – 920

per metrik ton. Diharapkan mendekati Ramadhan harga dan permintaan bisa terkerek karena biasanya pada bulan Ramadhan konsumsi di negara bermayoritas penduduk muslim akan meningkat.

Sementara itu Harga Patokan Ekspor Mei 2014 ditentukan oleh Kementerian Perdagangan sebesar US$ 861 dan Bea Keluar 12% dengan referensi harga rata-rata tertimbang (CPO Rotterdam, Kuala Lumpur dan Jakarta) sebesar US$ 932.61. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved