Management Strategy

BBM Turun Sedikit, Daya Beli Tak Naik

Oleh Admin
BBM Turun Sedikit, Daya Beli Tak Naik

Pengamat ekonomi Enny Sri Hartati menilai pemerintah belum transparan ihwal keputusan menurunkan harga bahan bakar minyak. Menurut ekonom Institute Development of Economics and Finance (Indef) itu, terjadi selisih harga yang terlalu jauh antara Premium dan solar. “Penurunan solar bisa besar, tapi Premium tidak. Ini harus dijelaskan,” kata Enny saat dihubungi, Kamis, 24 Desember 2015.

Padahal, jika melihat harga minyak dunia sepanjang tahun ini, sudah terjadi penurunan yang cukup besar. Tercatat, pada semester I 2015, harga minyak dunia rata-rata berada di atas US$ 40. Kini, harga minyak mentah turun pada angka US$ 37,50. “Penurunan Premium sebesar Rp 150 itu kecil,” ujar Enny.

(Foto : Prio Santoso/SWA).

(Foto : Prio Santoso/SWA).

Enny menganggap keputusan pemerintah menurunkan harga BBM sudah tidak relevan. Menurut dia, hal terpenting bukan menurunkan harga, tapi menjaga kestabilan. Belajar dari pengalaman sebelumnya, ketika pemerintah menurunkan harga BBM tidak otomatis diikuti dengan turunnya harga barang di pasar.

Karena itu, Enny berpendapat turunnya harga Premium dan solar tidak akan serta-merta mendorong daya beli masyarakat. “Deflasi juga belum tentu terjadi,” tuturnya. Namun ia berharap besarnya penurunan solar bisa berdampak pada harga angkutan umum.

Kemarin, pemerintah mengumumkan akan menurunkan harga BBM per 5 Januari 2015. Untuk jenis Premium, harga turun dari Rp 7.300 menjadi Rp 7.150. Sedangkan solar turun dari Rp 6.800 menjadi Rp 5.900.

Ekonom Bank Mandiri, Dendi Ramdani, memprediksi harga minyak dunia akan bergerak naik memasuki 2016. Ia beralasan, negara-negara pengekspor minyak, seperti Arab Saudi, tidak mau mengalami defisit anggaran terlalu dalam dengan semakin menurunnya harga minyak. Data Bank Mandiri menyebutkan, tahun lalu, anggaran pendapatan pemerintah Arab Saudi masih bisa merasakan surplus 1,3 persen. Namun pada 2015 ini diperkirakan turun ke level 19,7 persen.

Kepala Departemen Industri dan Riset itu memprediksi negara-negara penghasil minyak akan melakukan konsolidasi ihwal produksi minyak mentah. “Kami prediksi harga minyak ada pada kisaran US$ 43-50 per barel pada 2016,” ucapnya.

Tempo


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved