Management Trends

Berjodoh dengan Alibaba

Berjodoh dengan Alibaba

Bisnis e–commerce memang semakin menjanjikan, tak hanya yang pasarnya busines to consumer (B2C) seperti Lazada, Zalora atau Blibli, tetapi juga segmen business to business (B2B). Hal itulah yang melecut antusiasme pengelola Grup Anabatic untuk membidiknya, dan sebuah keberuntungan besar bahwa sejak Februari 2016 mereka berhasil menggaet raksasa e–commerce global asal China, Alibaba.com.

Ya, pada Februari 2016 Anabatic dan Alibaba sudah melakukan penandatanganan kerja sama. Alibaba sepakat menjadikan Anabatic sebagai mitra kanal di Indonesia. Dalam hal ini Anabatic diwakili anak usahanya, Emporia Digital. “Sebagai official channel partner Alibaba, kami ingin mengembangkan UMKM Indonesia untuk masuk ke pasar global,” kata Fernando Wangsa, Direktur Emporia Digital. Grup Anabatic selama ini dikenal sebagai anggota top five bisnis TI yang bisnisnya mulai dari integrasi sistem untuk industri perbankan, pengembangan software, alihdaya, dan distributor hardware TI.

Fernando Wangsa, Direktur PT Emporia Digital Raya

Fernando Wangsa, Direktur PT Emporia Digital Raya

Fernando menjelaskan, berjodohnya Anabatic dengan Alibaba sedikit berbau kebetulan. Ceritanya, akhir 2015, Anabatic punya rencana mengakuisisi sebuah perusahaan TI di Malaysia. Ternyata, perusahaan itu merupakan partner Alibaba.com di Malaysia, dan dari sana diinfokan bahwa Alibaba akan masuk ke Indonesia dan sedang mencari mitra. Gayung bersambut, setelah kontak dan Alibaba melakukan due dilligence partnership, mereka sepakat bekerja sama dengan Anabatic (Empora Digital). Bentuk kerja samanya lebih sebagai channel partner, tidak mendirikan entitas baru sebagai joint venture (100% saham Empora Digital masih dimiliki Anabatic).

Dalam kerja sama ini, sambung Fernando, pihaknya tak hanya sekadar menjadi agen Alibaba dalam mencari member di Indonesia. “Kami akan membuat ekosistem yang baik agar para UMKM ini bisa bertahan dan berkembang di dunia digital, sehingga kami ingin memberikan pelayanan lebih,” katanya. Sebab itu, pihaknya juga sedang menyiapkan dukungan ke UKM yang akan go global itu, baik dari sisi pembiayaan, logistik, maupun teknologi. Termasuk, memberikan pelatihan seperti digital marketing dan global branding. Emporia memiliki tim konsultan bisnis digital yang akan memberikan bimbingan ke para UMKM tersebut.

Selama ini Alibaba.com memiliki dua jenis keanggotaan (member), yakni anggota berbayar dan free. Member berbayar mendapat berbagai fasilitas karena akan ditampilkan di bagian depan situs, biaya membership di kisaran Rp 22-90 juta. Anggota berbayar ini yang di Indonesia akan dikelola Emporia, dan akan diperbesar pasarnya. Sebelum ada kerja sama Anabatic-Alibaba, sebenarnya sudah banyak anggota berbayar Alibaba dari Indonesia, tetapi dulu dikelola langsung oleh kantor cabang Alibaba.com di Singapura. “Sekarang nggak perlu tektok ke Singapura karena sudah ada Emporia,” katanya. Total anggota Alibaba dari Indonesia, baik yang berbayar maupun yang gratis, sekitar 1 juta anggota.

Hanya saja, agresivitas Empora tampaknya juga akan mendapatkan tantangan karena mitra Alibaba di Vietnam, OSB Investment and Technology, kabarnya juga masuk ke Indonesia. Alex Chung, Manajer Country Pengembangan Bisnis Global Alibaba.com, menjelaskan pihaknya memang tak melarang channel partner di negara lain untuk masuk ke Indonesia. OSB Investment and Technology di Vietnam sudah bekerja sama dengan Alibaba selama enam tahun. “Kami menggandeng mitra lokal seperti Anabatic untuk memperluas pemahaman UMKM di Indonesia bagaimana berbisnis lebih mudah dan dikenal di pasar global,” kata Alex. Pihaknya sengaja memilih menggandeng mitra lokal ketimbang membuka kantor cabang sendiri. “Membuka cabang itu membuat gerak tidak leluasa. Kami berpikir partner lokal akan lebih paham bisnis dan market di sini,” ujarnya.

Fernando yakin peluang bagi pihaknya cukup besar karena Indonesia memiliki 70 juta UMKM. Pihaknya menargetkan, hingga akhir 2016 bisa mendapatkan membership berbayar baru dari 3.000 pelaku usaha. Optimisme itu didasarkan data: kini jumlah pengguna Internet di Indonesia sudah mencapai angka 82 juta orang. Terlebih, menurut biro riset Taylor Nelson Sofres, tahun 2013 nilai pasar e–commerce Indonesia mencapai US$ 8 miliar dan diprediksi hingga 2016 naik tiga kali lipat menjadi US$ 25 miliar (sekitar Rp 295 triliun). Tentu, ini potensi yang sangat layak ditubruk.(*)

Sudarmadi & Herning Banirestu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved