Management zkumparan

Bisnis-Bisnis Reino Barack

Bisnis-Bisnis Reino Barack
Reino Barack

Di jagad hiburan, nama Reino Barack tiba-tiba melambung tinggi setelah menikahi penyanyi fenomenal Syahrini. Sejak mulai berhubungan, lalu mengikat janji pertunangan, kemudian menjalani pernikahan tertutup di Negeri Sakura pada 27 Februari 2019, hingga sekarang menanti kehamilan Syahrini, beritanya terus berseliweran setiap hari. Bagi pencinta infotainment, tiada hari tanpa Syahreino, nama baru buat pasangan muda yang tengah dimabuk cinta itu.

Siapa Reino Barack? Ia sebenarnya sudah dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses. “Dari dulu hingga sekarang saya suka menggeluti beberapa sektor yang berbeda, dan saat ini saya memiliki bisnis di sektor properti, media, food & beverage (F&B),” kata Reino. Sebelumnya, ia juga aktif bekerja di dunia film, tetapi saat ini tidak sefokus dulu karena pasarnya tidak sesuai dengan ekspektasinya. “Saat ini, saya banyak bergelut di sektor F&B, namun bermain di pasar modal tetap jalan. Saya juga invest di tiga startup yang memiliki prospek yang bagus,” kata pria kelahiran Jakarta, 21 Juni 1985, ini menginformasikan.

Capaiannya sebagai perngusaha di usia yang relatif muda ini tidak terlepas dari tekadnya sejak kecil, yaitu menjadi pengusaha. “Sejak kecil, di benak kepala saya, saya tahu bahwa saya akan menjadi pengusaha. Walalupun saya tidak memercayainya, tetapi saya tahu. Kakek saya pengusaha kayu, bapak saya pengusaha. Sudah dua generasi yang menjadi pengusaha, tidak mungkin saya tidak menjadi pengusaha. Walaupun saat kecil saya pernah bercita-cita menjadi musisi, tapi akhirnya menikahi seorang musisi,” kata Reino sambil tersenyum.

Sebelum terjun menjadi pengusaha, Reino pernah bekerja di berbagai perusahaan di luar negeri. Seperti pada 2006-2007, saat masih berada di Jepang, ia bekerja di bank investasi Merrill Lynch yang sekarang sudah diakuisisi Bank of America. “Saat itu saya bekerja secara gila-gilaan dengan budaya Jepang dan Amerika. Saya datang ke kantor pukul 06.45 pagi dan pulang pukul 2 malam atau 3 malam. Saya melakukan itu dari Senin hingga Jumat. Itulah yang membentuk kedisiplinan dan daya tahan saya dalam pekerjaan,” ungkapnya mengenang. Waktu mulai magang bekerja di Jepang tersebut, ia baru berusia 19 atau 20 tahun dengan gaji Rp 30 juta per bulan.

Setelah dari sana, tadinya Reino ingin bekerja di Merrill Lynch London, Inggris. Namun, ayahnya melarang. “Bapak saya bilang, untuk apa? Ilmu yang dimiliki di London tidak bisa dipakai di Indonesia, karena di sini tidak ada bank investasi asing,” ungkap lulusan Jurusan Keuangan Internasional dan Ekonomi Internasional, American University di Paris, Prancis ini. Ia bersyukur tidak jadi bekerja di London karena saat itu Eropa mengalami krisis ekonomi.

Karena tidak diperbolehkan bekerja di London, akhirnya Reino pulang ke Indonesia. Ia bekerja di Makes & Partner Corporate Law Firm, dan setelah itu pindah ke Ernst & Young (EY) di bagian transaction advisory services. “Saya keluar dari EY, karena saya sudah jenuh dan mengerti. Jadi, kerjanya hanya repetitif. Saya mengundurkan diri, dan bilang sama bapak saya bahwa ingin pindah ke Media Nusantara Citra (MNC),” kata putra Rosano Barack, Presiden Komisaris Global Mediacom Tbk. (Grup MNC) ini. Saat itu Reino menilai media di Indonesia belum optimal dari segi konten. Ia juga gigih memperjuangkan pentingnya program anak yang mendidik untuk bisa ditayangkan di Indonesia tanpa mengesampingkan sisi bisnis. Inilah yang mendorongnya menciptakan progam Bima Satria Garuda.

Berkarya di MNC sejak November 2008, sembilan tahun kemudian Reino memutuskan membangun bisnis sendiri. Karena ia menyukai beberapa sektor bisnis yang berbeda: properti, media, dan F&B, ketiganya pun sengaja dilakoni. Untuk sektor properti, saat ini ia memiliki beberapa investasi yang lumayan besar. Salah satunya, di Ritz Carlton Reserve Mandapa, Ubud, Bali. “Kami pernah mendapatkan award sebagai Best Hotel in the World, kedua terbaik di dunia dan pertama di Asia dari Trip Advisor,” katanya bangga. Untuk sektor media, di Metro TV. “Saya bukan daily operation, tapi hanya executive member of the board,” ungkapnya tanpa menjelaskan lebih terperinci.

Di sektor F&B, ia memiliki puluhan restoran. “Saya banyak terlibat di sini karena sedang masa pengembangan. Saya ikut sampai ke bagian operasionalnya,” ujarnya. Sementara di properti, ia tidak ikut terlibat, lebih ke management meeting yang hanya melibatkan direksi. “Saya ke Bali hanya sebulan sekali. Itu juga sampainya tengah malam, dilanjutkan meeting pukul 8 pagi dan pukul 3 sore sudah balik lagi ke Jakarta,” ungkapnya. Memang, yang memegang operasional hotel adalah Ritz Carlton dan, sebagai pemilik, Reino hanya memberikan arahan.

Di bisnis F&B, awalnya, ia ditawari temannya untuk membeli restoran Altitude yang dibangun oleh temannya itu. Resto itu dibangun di lantai paling atas yang banyak kacanya sehingga pemandangannya bagus. Menurut Reino, tujuh tahun lalu, belum ada resto yang seperti itu di Jakarta. “Saya pelajari dan akhirnya saya beli restoran dia. Saya berani membelinya karena saya suka makan dan mengerti bisnis restoran. Saat kuliah di Paris, kerjaan saya mengelilingi restoran dari yang murah sampai yang mahal. Semua saya jelajahi,” katanya. Sejatinya, Reino sangat suka dengan bisnis hospitality, karena ia mengaku memahami bidang tersebut. “Prinsip saya, setiap saya mau invest, saya harus mengerti dan pelajari terlebih dahulu,” ujarnya.

Awalnya, Reino selalu membuat resto yang bukan untuk mass, target pasarnya high end dengan harga Rp 500 ribu ke atas per orang. Namun, saat ini ia ingin mempelajari mass market. Maka, ia pun membuka resto Food Days yang rata-rata pengeluaran makannya sekitar Rp 100 ribu per orang. Ia melihat pasar menengah-bawah sangatlah besar. Selain itu, saat ini ia pun mengaku tidak ingin lagi terlibat di operasional dan lebih memilih menjadi investor saja. “Jadi, kalau ada yang ingin membeli restoran saya, saya tidak akan say no, karena saya pun sudah untung melalui bisnis ini,” ucapnya.

Reino ingin menjadi investor saja bukannya karena ingin ada di “langit”. Namun, ia mengetahui kelebihannya ada di mana. “Investor itu elangnya food chain, posisi paling enak. Biasanya investor itu tidak ada yang ngetok dari atas lagi, karena your money your risk,” katanya menjelaskan. Lalu, berapa rata-rata investasi di restorannya? Investasinya ada dikisaran Rp 2,5 miliar-36 miliar. Balik modalnya 2-3 tahun. “Di industri F&B memang standarnya segitu. Kalau lebih dari itu, saya batalkan,” ujarnya tegas.

Lalu, bagaimana kinerja bisnisnya saat ini? Ia menjelaskan, resto Food Days selalu didatangi ratusan orang per hari. Saat weekend, lebih banyak lagi, sehingga pelanggan kalau tidak reservasi, tidak akan kebagian kursi. “Sampai saat ini, belum balik modal, standarnya 2-3 tahun. Satu orang pengunjung minimal menghabiskan uang Rp 100 ribu. Saat ini, dalam sehari ada 200-300 orang yang datang,” ungkapnya merinci. Resto yang paling besar kontribusinya saat ini adalah Altitude –karena ada tiga resto, Reino menjadikannnya satu resto.

Kinerja bisnis propertinya, menurut Reino, tidak pernah rugi. “Kenapa saya ambil tiga sektor bisnis: F&B, properti, dan media. Karena properti paling low risk, F&B medium risk, film serta startup high risk. Makanya, saya ingin diversifikasi bisnis saya,” kata pehobi olah raga boxing ini tanpa mau menyebut apa saja startup yang dibidiknya.

Saat ini, ada juga bisnis yang sedang dikembangnya di bidang ritel, yaitu bisnis puding. Ia sebagai pemegang sahamnya, dan bisnis ini dibantu sang istri. Bisnis ritel lainnya adalah memproduksi sabun merek Cow. Sabun tersebut sudah ada di Jepang sejak 110 tahun lalu. “Jadi, saat ini, saya memiliki hak distribusi sabun Cow dan Dessert Factory. Ke depan, rencananya ingin menambah produk ritel dan harapannya bisa seperti perusahaan Indofood,” ujar Reino mengungkap obsesinya.

Saat ini, Reino pun masih terlibat dalam bisnis keluarganya. “Namun dari dulu, saya lebih suka membangun daripada meneruskan. Jadi, saat ini bisnis yang saya bangun meliputi F&B, properti, investasi, capital market, dan startup,” katanya menegaskan. (*)

Dede Suryadi dan Anastasia A.S.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved