Management Strategy

Bisnis Hotel Syariah Makin Marak, Untung dan Berkah

Benny Harlan, GM Q Hotel Grand Dafam Syariah, Banjarbaru Kalimantan Selatan (foto: WIsnu Rahardjo/SWA)

Benny Harlan, GM Q Hotel Grand Dafam Syariah, Banjarbaru Kalimantan Selatan (foto: WIsnu Rahardjo/SWA)

Jumlah hotel berlebel Syariah di Indonesia masih bisa dihitung dengan jari. Belum banyak pemain yang masuk di salah satu jenis industri properti yang cukup menggiurkan ini. Apalagi di negara Indonesia dengan jumlah populasi muslim terbesar di dunia, pendirian hotel dengan prinsip ajaran agama Islam (syariah) dinilai sangat menjanjikan.

Melihat potensi besar itu, pada bulan Agustus 2014 berdiri Q Hotel Grand Dafam Syariah, hotel syariah bintang 4 di Kalimantan Selatan, tepatnya di Jl. Ahmad Yani Km 36 Banjarbaru. Beberapa bulan sebelumnya tahun 2014, di Jawa Tengah tepatnya di Jl Adi Sucipto 47 Solo, berdiri juga hotel syariah serupa bernama Syariah Hotel Solo yang dikelola oleh PT Hotel Anomsolo Saranatama pengelola Lor In Grup milik Tommy Soeharto.

Menurut H. Norhin, pemilik Q Hotel Grand Dafam Syariah, untuk mendanai hotel tersebut ia mengeluarkan dana sebesar Rp 150 miliar. Untuk masuk ke hotel yang terintegrasi dengan Q Mall ini, pengunjung akan diarahkan langsung ke lantai tiga. Untuk proses penerimaan tamu dan check in berada.

“Jadi pengunjung tidak bisa sembarang masuk ke hotel. Kenapa harus syariah? Sebab, saya ingin lini bisnis yang saya tekuni tidak hanya untung semata tapi juga berkah,” ungkap H. Norhin beralasan pada SWA Online.

Q Hotel Grand Dafam Syariah terdiri dari 148 kamar dengan berbagai macam tipe kamar mulai dari Deluxe Room, Executive Balcony, Executive Premium, Junior Suite, Royal Suite hingga President Suite. Dengan harga dan fasilitas yang beragam mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 5 juta.

“Seperti halnya hotel bintang 4 pada umumnya, kami juga punya fasilitas Wi-Fi, business center, kolam renang, ballroom dengan kapasitas 800 orang serta meeting room dengan kapasitas 18-130 orang. Ada juga Smart Gym dan airport transfer, serta masjid yang berlokasi di lantai atas Q Mall,” jelas Benny Harlan, GM Q Hotel Grand Dafam Syariah Banjarbaru.

Menurut Benny, selama satu tahun beroperasi okupansi hotel mencapi 47%. Melihat lingkungan Banjarbaru yang sangat religius Benny sangat optimis ke depan tingkat hunian di hotel yang ia kelola akan semakin meningkat.

Malang melintang di dunia perhotelan, Benny mengaku kali ini merasakan kenyamanan yang lebih baik saat dipercaya sebagai pemimpin pengelola hotel berbasis syariah pertama dari Group Dafam di Banjarbaru. Selain lingkungan yang Islami, tata kelola dan management yang diterapkan juga sangat profesional meski berangkat dari perusahaan keluarga.

Perlu diketahui yang menjadi pembeda antara hotel syariah dengan hotel konvensional lainnya adalah: hotel syariah dilengkapi dengan fasilitas ibadah (musola) di setiap lantainya, peralatan shalat di setiap kamar, tidak menyediakan minuman beralkohol dan memastikan tamu yang menginap di kamar adalah pasangan yang halal.

Meski berkonsep syariah, jika ada tamu yang datang dari non muslim tetap dilayani dengan baik, dengan catatan mereka siap mematuhi segala peraturan yang diterapkan di hotel. Termasuk siap mendengarkan kumandang azan setiap datang waktu shalat.

Tidak jauh berbeda dengan Q Hotel Grand Dafam Syariah, Hotel Syariah Solo juga menerapkan sistem yang senada. Bedanya, Hotel Syariah Solo memiliki jumlah kamar yang lebih banyak yaitu 378 kamar di 12 lantai. Jumlah dana yang digelontorkan pun terbilang lebih besar yaitu Rp 400 miliar.

Dalam catatan SWA Online, baik Q Hotel Grand Dafam Syariah maupun Hotel Syariah Solo, ke duanya berlokasi di tempat yang strategis di pusat kota. Hal ini yang menjadi daya tarik sendiri selain dari layanan internal hotel itu sendiri. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved