Management Strategy

Bisnis Model MRT Jakarta Diintegrasikan dengan Sektor Properti

Bisnis Model MRT Jakarta Diintegrasikan dengan Sektor Properti

Dalam hal peremajaan kota, sangat tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan infrastruktur yang memadai. Jakarta, dalam waktu dekat, akan menghadapi hal tersebut, seiring dengan semakin meningkatnya kepadatan penduduk, maka kebutuhan mobilitas juga secara linier mengikuti.

rsz_1rsz_mrt(1)

Mass Rapid Transportation (MRT) Jakarta, sebagai moda transportasi yang nantinya akan terintegrasi dengan berbagai fitur transportasi ibukota DKI Jakarta serta properti memiliki tantangan serius dalam hal tersebut. Adapun tantangan yang bakal dihadapi antara lain masalah menggeser paradigma masyarakat untuk lebih cenderung menggunakan fasilitas transportasi umum dan menjadikannya sebagai opsi efisien dalam berpindah. Kemudian ada pula sasaran meningkatkan industri kreatif, serta meningkatkan sektor properti.

“Yang paling penting adalah mengubah mindset masyarakat untuk mau menggunakan transportasi publik,” seperti yang dipaparkan Iwan Prijanto, Strategic Master Planner PT MRT Jakarta, saat memberikan arahan kepada peserta Journalist Fellowship Program di gedung MRT Jakarta.

Ia menuturkan bahwa nantinya akan ada interkoneksi dengan berbagai moda transportasi lainnya seperti Trans Jakarta, KRL, bandara serta akses ke pelabuhan, yakni dengan mengoptimalkan interchange di Dukuh Atas, Jakarta Pusat.

“Pelabuhan dan bandara merupakan gerbang memasuki Jakarta. Namun, apabila tidak dilengkapi dengan moda transportasi dalam kota yang memadai, maka kemacetan yang akan terjadi. Kita tidak ingin demikian,” ungkap Iwan melanjutkan.

Pembangunan MRT Jakarta yang sedang dalam proses pengerjaan jalur bawah tanah (underground) dan layang (elevated) ini bukan berarti tanpa kendala. Ada dua hal mendasar yang dihadapi, yakni penataan pedagang kaki lima di sekitar stasiun MRT, serta mengkoneksikan dengan properti.

Menurut Iwan, setiap stasiun nantinya bakal dikoneksikan dengan properti, seperti area perkantoran atau mall, misalnya saja Blok M Plaza yang mencapai kesepakatan, di mana nantinya bakal terhubung baik melalui bawah tanah, maupun jalan layang. Kemudian, para pedagang dirangkul untuk ditempatkan di dalam stasiun dengan disediakan lapak secara tertib, bukan justru dibiarkan liar di sekitar stasiun.

“Ini juga nantinya bakal kita arahkan untuk menjadi magnet bagi masyarakat untuk menggunakan MRT,” lanjut Iwan. Hal tersebut merupakan hasil pertimbangan agar selain dapat menjadikan pilihan efisien bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas mobilsasinya serta mengakomodir pedagang liar, juga agar memberikan nuansa user-friendly dengan menatanya serapi mungkin.

Masih soal kaitannya dengan pedagang, ia juga berharap agar saat jam makan siang, para pekerja dapat mengunjungi berbagai tempat yang mempunyai khas kuliner, seperti di Cipete. “Sehingga walaupun mereka bekerja di Jl Thamrin misalnya, bisa makan siang di daerah Cipete lebih efisiens ditempuh dengan MRT,” jelasnya.

Sementara itu, terkait dengan properti, seperti yang dijelaskan Iwan, pihaknya kini tengah berkutat dengan penyediaan lahan dari beberapa area perkantoran maupun mall, baik yang bawah tanah, maupun udara. Ia juga tengah bersinergi dengan pemerintah kota agar dapat merealisasikan beberapa persen dari bangunan yang akan dikoneksikan dengan stasiun MRT

“Ini kan public obligation kaitannya adalah untuk penyediaan fasilitas umum, berupa moda transportasi. Sudah semestinya bersinergi dengan pemerintah kota,” papar Iwan. Terkait hal tersebut, pihaknya juga akan bersinergi dalam hal penentuan tarif batas bawah dan batas atas. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved