PT NS BlueScope Indonesia, produsen baja lapis ringan bersama dengan Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk optimalisasi sumber daya manusia yang dimiliki kedua belah pihak. Menurut VP Marketing PT NS BlueScope Indonesia, Sally Dandel, pihaknya menggandeng Sekolah Vokasi UGM sebagai lembaga pendidikan kredibel di Indonesia untuk memberikan pandangan pihak ketiga dalam penetapan standarisasi kurikulum aplikator (pemasang baja ringan) sehingga materi yang diberikan nantinya menjadi semakin kredibel. “Selain itu kami juga akan bekerja sama dalam hal pengujian material baja lapis ringan sebagai upaya kami memberikan produk yang berkualitas,” ujar Sally.

Menurut Dekan Sekolah Vokasi UGM, Wikan Sakarinto, ada tiga hal utama yang diharapkan akan diwujudkan dengan MoU ini, yaitu standarisasi kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri, pengayaan pendidikan dalam hal ini kesempatan magang bagi mahiswa Teknik Sipil Sekolah Vokasi UGM di BlueScope Indonesia, dan ketiga UGM memberikan kesempatan bagi tenaga ahli di BlueScope untuk menjadi dosen tamu bagi mahasiswa Teknik Sipil.

“Yang paling penting adalah lewat kerja sama ini nantinya Indonesia bisa memiliki tenaga aplikator alias tukang yang bersertifikasi,” lanjut Wikan.

Selain itu, pihak Teknik Sipil Sekolah Vokasi UGM juga berharap kelak BlueScope Indonesia juga akan membangun Training Centre BlueScope Indonesia di UGM, “Kami akan sediakan tempatnya sehingga nanti pihak BlueScope tinggal mengisi dengan materinya,” ujar Wikan.

Selain dengan UGM, BlueScope Indonesia juga sudah bekerja sama dengan universitas lainnya lewat program Steal Goes To Campus (SGTC), “Setiap tahun ada 6 kampus yang kami datangi untuk berbagi ilmu dan informasi dunia industri,” ujar Sally.

Saat ini BlueScope masih menjadi pemimpin pasar baja lapis ringan di segmen pasar premium di Indonesia, dengan market share untuk segmen premium sekitar 70%. Semua material diproduksi di pabriknya di Cilegon dengan kapasitas produksi 250 ribu ton per tahun.

Editor : Eva Martha Rahayu