Management Strategy

BPMIGAS Tingkatkan Efisiensi Cost Recovery

Oleh Admin
BPMIGAS Tingkatkan Efisiensi Cost Recovery

Setelah dihebohkan penundaan kenaikan BBM, Indonesia kembali mendapat kabar baik dari ladang minyak. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) berhasil melakukan efisiensi biaya operasi dan investasi (cost recovery).

Cost recovery yang akan ditagihkan oleh kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS) ke negara tahun ini menjadi US$15,1 miliar untuk menghasilkan minyak dan gas hingga 2,25 juta barel minyak ekuivalen. Angka ini lebih rendah US$400 juta dibandingkan cost recovery 2011 yang mencapai US$15,5 miliar.

Untuk menghasilkan minyak dan gas dalam jumlah yang sama, awalnya Kontraktor KKS mengajukan usulan anggaran US$17,4 miliar. Namun, setelah dilakukan pembahasan, cost recovery yang ditagihkan menjadi US$15,1 miliar.

Selain itu, diusulkan pula total pendapatan kotor kegiatan hulu migas sebesar US$53,7 milyar dengan porsi penerimaan negara US$28 milyar dan bagian Kontraktor KKS US$8,3 milyar. Pada akhirnya total pendapatan kotor menjadi US$ 56,3 miliar.

Penerimaan negara dan bagian KKS pun akhirnya lebih tinggi dari yang diusulkan. Selisih US$ 4,2 miliar, porsi penerimaan negara mencapai US$ 56,3 miliar. Bagian KKS pun ikut meningkat dari usulan US$8,3 miliar jadi US$8,9 miliar.

Efisiensi cost recovery BPMIGAS dilakukan dengan pengefisienan sejumlah anggaran dari usulan Kontraktor KKS yang dinilai tidak akan mempengaruhi pencapaian produksi minyak dan gas.

“Pada dasarnya kami memandang cost recovery sebagai investasi untuk menghasilkan penerimaan negara yang maksimal,” tutur Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BPMIGAS, Gde Pradnyana.

Meski demikian, Gde Pradnyana mengakui bahwa investasi yang dilakukan juga harus diupayakan agar efisien dan tetap memberi keuntungan bagi kontraktor dan pemerintah. Cost recovery pun harus sebanyak mungkin dibelanjakan di dalam negeri dalam berbagai kandungan lokal.

Gde Pradnyana menambahkan bahwa investasi harus terus dilakukan para kontraktor KKS untuk menekan laju penurunan produksi minyak. Ia berharap penurunan produksi minyak dapat ditekan dari 14 persen per tahun menjadi hanya 3 atau 4 persen per tahun.

“Tanpa adanya peningkatan investasi yang disebut cost recovery untuk melakukan kegiatan operasi hulu migas maka produksi minyak Indonesia saat ini mungkin akan jauh lebih rendah lagi,” lanjutnya.

Dengan adanya investasi dan upaya menahan laju penurunan, maka produksi Indonesia saat ini berada di kisaran 900 ribu barel per hari.

“Namun perlu diingat bahwa pembelanjaan cost recovery tidak hanya menghasilkan minyak tetapi juga menghasilkan gas,” pungkas Gde Pradnyana pada rilis BPMIGAS.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved