Management Strategy

BRI Tak Henti Biayai Petani

BRI Tak Henti Biayai Petani

Kalau banyak bank cenderung menghindari pembiayaan ke sektor pangan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk justru sebaliknya. Pelaksana Tugas Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan adalah mesin pertumbuhan bisnis bank yang disebut-sebut sebagai banknya wong cilik itu.

Tahun lalu, kredit untuk sektor pertanian mencapai Rp46,6 triliun yang terbesar diantara keempat sektor pangan lainnya. Kredit ke sektor perkebunan Rp36,6 triliun. Disusul, peternakan Rp10,7 triliun, dan perikanan hanya Rp5,8 triliun.

Asmawi menjelaskan, sektor perikanan sebenarnya menyimpan potensi besar, terutama, setelah pemerintah mencanangkan moratorium pencurian ikan. Pastinya, ikan hasil tangkapan para nelayan akan jauh lebih banyak. Kondisi itu akan berdampak pada naiknya kebutuhan kapal baru untuk mengangkut hasil tangkapan.

“Bank bisa masuk dengan bantuan pemerintah. Misalnya, membantu menyediakan atau mensubsidi pembelian cold storage agar ikan hasil tangkapan nelayan tidak cepat busuk. Tergantung pemerintah apakah akan membuat industri perikanan ini terus membesar atau hanya membiarkan hanya menjadi mata pencaharian nelayan,” katanya di Jakarta Food Security Summit ke-3 di JCC, Jumat (13/2).

Ketakutan perbankan untuk menggarap sektor perikanan sebenarnya bisa dikurangi andai pemerintah mau bekerja saja membuat model pembiayaan yang tepat serta memitigasi risiko yang muncul seperti musim buruk saat ini, dimana tidak banyak nelayan yang berani melaut. Sehingga, ikan hasil tangkapan merosot tajam.

“Risiko di sektor perikanan relatif lebih rendah ketimbang sektor pertanian yakin ada risiko hama dan musim, peternakan ada risiko penyakit yang bisa menyebabkan kerugian,” kata Asmawi.

Untuk mendekatkan diri dengan nelayan ataupun petani sebagai calon debitor, perbankan bisa membangun layanan perbankan tanpa cabang (branchless banking), yaitu agen perbankan yang tersebar di banyak pulau. Mereka ini bisa menjembatani calon debitor dengan bank. Kehadiran mereka sangat bermanfaat untuk menyebar informasi tentang produk perbankan yang dapat diakses nelayan.

“Sekarang kami sudah punya 25 ribu agen, masih butuh 10 ribu lagi sehingga setiap agennya bisa menangani dua desa. Tapi sepertinya kami akan merekrut lebih banyak, sehingga di akhir tahun ini kami akan memiliki 50 ribu yang tersebar di 70 ribu desa di seluruh Indonesia,” katanya.

Perseroan menargetkan pertumbuhan kredit sektor pangan bisa meningkat 20 persen di 2015. Jika tahun lalu BRI merealisasikan Rp 99 triliun untuk membantu pengembangan usaha di bidang pangan, maka bisa dihitung tahun ini kredit jenis tersebut bisa mencapai Rp 118,8 triliun.

Foto: istimewa

Foto: istimewa

“Tahun ini kami yakin pembiayaan sektor pangan bisa meningkat sebesar 20 persen. Bahkan bisa lebih karena sepertinya pemerintah telah mencanangkan irigasi dan penyediaan traktor,” kata Asmawi.

Dengan adanya program infrastruktur pertanian ini, ia yakin kredit bermasalah (NPL/non performing loan) di sektor ini akan semakin rendah karena adanya peningkatan produktivitas. Kondisi tersebut membuat nasabah bisa mengembalikan pinjaman meskipun dengan tingkat bunga yang sama. “Semoga tahun ini bisa satu persen NPL-nya. Pada dasarnya NPL di sektor ini memang rendah, tapi kalau bisa lebih rendah lagi ya bagus,” katanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved