Management

Cara ESQ Group Bangkit dari Krisis

Ary Ginanjar Agustian, CEO ESQ Group.
Ary Ginanjar Agustian, CEO ESQ Group.

Krisis akibat pandemi Covid-19 ikut menghantam bisnis ESQ Group dengan cukup telak. Pendapatan grup usaha yang dikomandani praktisi senior di bidang transformasi budaya perusahaan, Ary Ginanjar Agustian, ini langsung drop.

Sebagai gambaran, pada Maret 2020 pendapatan ESQ Group menurun 45% dan terus memburuk di bulan April (turun 74%), Mei (turun 68%), Juni (turun 57%), dan Juli (turun 40%). Penurunan pendapatan ini terutama karena berkurangnya frekuensi aktivitas pelatihan semasa pandemi karena orang harus menjaga jarak (physical distancing) dan adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar.

Perlu diketahui, selama ini ESQ Group memang mengelola kegiatan usaha yang terkait dengan pendidikan/pelatihan, sertifikasi, dan konsultansi melalui sejumlah unit usahanya, yakni ESQ Training, ESQ English Course, ESQ Masa Persiapan Pensiun, LSP ESQ, LSP Trainer Indonesia, dan ESQ Consulting. Di luar itu, ESQ Group juga telah mengembangkan sejumlah unit bisnis lainnya di bidang penyewaan ruang perkantoran, perjalanan umroh dan haji, katering, serta sekolah bisnis.

Penurunan bukan hanya terjadi pada bidang pelatihan. Menara165 Suite yang menyediakan ruang perkantoran pun mengalami hal yang sama. Banyak penyewa yang menghentikan kontraknya karena mereka pun menghadapi masalah untuk bisa bertahan. ESQ Tours & Travel terdampak lebih buruk lagi karena semua aktivitas umroh dan haji masih terus dibatasi sampai sekarang. Begitu pula Medina Catering, yang selama ini menyediakan jasa untuk resepsi perkawinan dan acara perkantoran.

Di sisi lain, ESQ Business School sebagai lembaga pendidikan formal juga mengalami tantangan yang sama. Terutama, karena meningkatnya jumlah mahasiswa yang mengajukan cuti studi sehubungan dengan kendala biaya.

Bagaimana ESQ Group mengatasinya? Menurut Ary, langkah pertama tentu melakukan efisiensi di semua unit usaha. Langkah lainnya, unit-unit usaha di klaster pendidikan informal, sertifikasi profesi, dan konsultan budaya perusahaan segera pindah ke platform digital. “Mereka harus bisa meyakinkan klien bahwa pelatihan online akan memberikan dampak yang sama, bahkan bisa jadi lebih efektif,” katanya kepada SWA.

Di bisnis umroh dan haji, ESQ Tours & Travel mulai mengemas program tabungan haji yang membuat jemaah bisa memanfaatkan waktu menabung untuk biaya haji dengan tetap mendapatkan manfaat pembinaan dari ESQ Tours Travel. Selain itu, ESQ Tours & Travel juga menyelenggarakan kegiatan kelas belajar online seputar umroh dan haji.

Sementara itu, Menara165 Suite fokus pada lini produk Virtual Office, terutama bagi UMKM. Adapun Medina Catering melahirkan inovasi bumbu masak dalam kemasan dan layanan katering harian.

Yang paling menarik adalah inovasi bernama ESQ Digiworld, sebuah platform e-learning berisikan berbagai video dari modul-modul ESQ yang selama ini dibawakan di dalam kelas. Plaftorm ini mulai disiapkan tiga minggu setelah diumumkannya kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia. Dalam waktu tiga minggu saja, Tim ESQ Digiworld berhasil memproduksi 12 modul baru, total mencapai hampir 300 video, dengan durasi rata-rata 7-10 menit.

Staf milenial, menurut Ary, adalah key player lahirnya inovasi di ESQ Group seperti ESQ Digiworld ini. “Mereka terlibat mulai dari memberikan ide, mematangkan ide tersebut, mengeksekusi, hingga kemudian mengawal pada tahap implementasi,” kata pria yang sempat diisolasi selama 14 hari karena terpapar Covid-19 ini. Dengan platform tersebut, ia berharap semakin banyak orang yang dapat mengakses pelatihan dari ESQ agar mampu bertahan di tengah pandemi.

Ary menandaskan, ESQ Group akan terus beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Pihaknya pun mulai mengembangkan startup digital, seperti Teman Curhat.ID dan Work Life Balance, dua startup digital yang dilahirkan di masa pandemi.

Menurutnya, sejak awal masa pandemi, staf diminta untuk kembali kepada visi-misi organisasi. Mereka diminta untuk menguatkan komitmen dan spirit untuk bertahan dan menang. Adapun pimpinan unit bisnis diminta untuk memberikan penjelasan yang detail dan terbuka mengenai langkah-langkah penyelamatan yang akan dilakukan dan memberikan pemahamam mengapa hal tersebut penting untuk dilakukan.

“Hal yang paling penting adalah menghindari kebingungan karyawan karena kondisi krisis. Kita harus waspada namun tetap harus optimistis,” kata penggagas konsep The ESQ Way 165 ini.

Kini, Ary mengungkapkan, secara umum kondisi bisnis ESQ Group berangsur pulih. Bahkan, ada yang menunjukkan kinerja lebih baik jika dibandingkan sebelum pandemi, meskipun tingkat kemajuannya beragam di antara unit-unit bisnis.

Ia meyakini bahwa dengan berbagi, ESQ Group dapat kembali bangkit. Karenanya, sejumlah program berbagi digulirkan. Di antaranya, membuat program satu hari pelatihan bagi mereka yang mengalami pembatalan ibadah haji, program Satu Juta Sarjana dan Semua Bisa Jadi Sarjana bagi masyarakat kurang mampu.

“Jika kita mengedepankan emosi, tidak ada yang akan berubah,” ujar Ary. “Namun, kalau kita mengedepankan pendekatan spiritual, yang didorong oleh kontribusi untuk berbagi, kita bisa selamat dari krisis,” tambahnya dengan yakin. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved