Management Strategy

Cara Fuji Film Bangkitkan Kejayaan Bisnisnya di Indonesia

Cara Fuji Film Bangkitkan Kejayaan Bisnisnya di Indonesia

Meski Fuji Film merupakan produsen kamera terbesar di dunia, namun belakangan produknya di Indonesia kalah tenar dibanding Canon, Nikon atau Sony. Baru di tahun 2011, mereka mau benar-benar menggarap pasar di negeri ini.

Tidak seperti di era kamera film, di era kamera digital kejayaan Fuji Film di Indonesia seakan lenyap. Sampai akhirnya pada Desember 2011, manajemen Fuji Fillm dari Jepang memutuskan untuk membuka kantor perwakilannya di Indonesia (dulu brand Fuji Film dipegang distributor).

Dengan membuka kantor perwakilannya di Indonesia, bisnis mereka pun kembali menggeliat. Beberapa produk baru diperkenalkan. Yang paling menonjol adalah kamera seri X, seperti X100, X 100s, X10, Xpro1, X-E1. Produk teranyar dari keluarga X ini adalah X-M1.

Johanes J. Rampi, Sales dan Marketing Manajer Fuji Film Indonesia, mengatakan, seri X memang sukses di pasar Indonesia. Penjualannya terus tumbuh secara signifikan tiap bulannya. Bahkan kontribusinya mencapai 50% dari keseluruhan penjualan kamera Fuji Film di Indonesia.

“Dengan adanya produk teranyar Fuji Film X-M1, kontribusi seri X diprediksi bisa meningkat lagi menjadi 60%,” kata Johanes.

Pasar kamera di Indonesia sendiri menurut Johanes sangat besar, namun Fuji Film masih merupakan pemain yang kecil. Melalui rangkaian kamera seri X, Fuji Film optimis nama mereka mulai dikenal lagi di negeri ini dan mampu bersaing dengan pemain-pemain besar.

“Kami baru mulai tahun 2011, bulan Desember kemarin. Sejak saat itu sampai dengan akhir 2012 kami sudah tumbuh 120%. Apalagi respon terhadap seri X sangat bagus, terutama yang paling banyak diminati adalah X-20 dan X-E1. Ini sinyalemen postif,” ucapnya.

Untuk mengembalikan masa-masa kejayaan Fuji Film di Indonesia, Johanes mengatakan punya beberapa strategi yang sedang dilakukan. Yakni memperbaiki brand image. “Dulu saat masih pakai film negatif, orang Indonesia sangat mengenal Fuji Film. Nah, kami berusaha membangkitkan itu kembali. Caranya melalui brand activity, kami masuk ke komunitas fotografi, ke komunitas pengguna pertama kamera, ke sekolah-sekolah fotografi.”

Layanan after sales tak luput menjadi salah satu yang diperhatikan oleh Fuji Film. Mereka berupaya untuk tidak membiarkan konsumen menunggu lama ketika memperbaiki pirantinya.

Lewat service center mereka, Fujifilm memberikan batas maksimal waktu pengerjaan, yakni paling lama 14 hari untuk seri Finepix dan 7 hari untuk X series. Namun tak jarang, perbaikan ini malah memakan waktu lebih singkat. “Prestasi tercepat kami adalah 4 hari.”

Beberapa SDM di Indonesia juga dikirimkan ke Jepang untuk mengikuti pelatihan. Selain itu peralatan dan fasilitas yang ada di Fuji Film Indonesia juga sama seperti yang digunakan di Jepang. “SDM kami langsung kami kirim ke Tokyo. Tool yang kita pakai juga sama dengan yang ada di Jepang,” katanya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved