Management Strategy

Chatib Basri: Indonesia Masih Jauh dari Bubble Dotcom

chatib

Makin ramainya bisnis e-commerce dengan kehadiran banyak startup IT dan dotcom dua tahun terakhir mengingatkan kita pada kondisi bubble dotcom yang terjadi di tahun 1998-2000. Saat itu Indonesia juga sedang menghadapi puncak krisis ekonomi. Kondisi sekarang kurang lebih sama, krisis ekonomi sedang melanda, bisnis melambat. Bedanya ini terasa hampir di seluruh penjuru dunia.

Melihat kondisi ini Chatib Basri, pakar ekonomi, tidak melihat bahwa bubble dotcom akan kembali terjadi. “Orang mau masuk ke sini (pasar Indonesia, red) luar biasa besar, e-commerce atau bisnis IT apapun, manfaatkan saja, siklus bisnis itu tidak terhindarkan,” ujarnya selepas menjadi pembicara di seminar makro ekonomi yang diselenggarakan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) 25 Februari 2016 di Auditorium PT Astra International Tbk. Menurutnya, semua siklus bisnis akan mengalami penurunan, bubble dotcom pasti terjadi, tapi semua kesempatan mesti diambil.

Di hadapan 250 usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mitra binaan YDBA, Chatib mengajak UMKM terutama startup memanfaatkan inovasi. “Mumpung idenya banyak, marketnya besar, manfaatkan,” tegasnya. Ia berpandangan Indonesia masih jauh dari bubble dotcom, dengan alasan, saat ini startup IT di Indonesia belum sampai 10 persen dari total UMKM di Indonesia. “ Pasti nantinya akan ada risiko bubble. Seperti orang bilang, suatu saat nanti properti akan bubble, betul terjadi. Kuncinya sederhana agar bisnis terus jalan, bagaimana mempertemukan penawaran dengan permintaan,” ujarnya.

Menyampaikan seminar dengan tema “Peluang dan Tantangan Ekonomi Tahun 2016”, Chatib melihat kondisi ekonomi Indonesia akan lebih baik di tahun ini, meski tentu saja dampak ekonomi 2015 masih dirasakan pada tahun ini. Meski bisnis sepeda motor dan mobil ia melihat masih dalam kondisi prihatin. Dalam seminar tersebut disampaikan Chatib, keputusan Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) yang tidak jadi menurunkan suku bunga akan berpengaruh pada penguatan Rupiah.

Kondisi bisnis memasuki kuartal pertama mulai bergairah. “Ritel dan semen mulai membaik. Di seminar ini ada yang main di bursa saham? Sebenarnya, ketika Rupiah melemah, kalian bisa ambil untung, karena stock market biasanya naik,” ujarnya.

Menurutnya, semua akan menjadi baik apabila para pelaku ekonomi tetap bersabar, tidak melakukan PHK besar-besaran dan menyusun strategi-strategi khusus dalam mempertahankan bisnisnya. Kuncinya pada promosi dan marketing, memperluas akses pasar, riset dan pengembangan yang mendorong inovasi, serta financing. “Tidak gampang memang menuju inovasi manufacturing, we need more innovation, kuncinya pada pengembangan manusia,” tuturnya.

Semakin tinggi sebuah bisnis ketergantungannya pada bahan komoditas, makin rentan pada volatilitas ekonomi dan pasar. Makin tinggi penggunaan teknologi atau inovasi manufacturing, akan main sulit bisnis digoyang volatilitas ekonomi.

Bahwa ekonomi sedang sulit iya, tapi Chatib memandang kondisi sudah mulai ada perbaikan. Di sisi lain, F.X. Sri Martono, Ketua Pengurus YDBA, menghimbau pelaku UMKM Indonesia harus memiliki optimisme yang tinggi dalam menghadapi kondisi perekonomian tahun 2016 di mana seluruh negara ASEAN turut meramaikan pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah berlaku sejak 1 Januari 2016 yang lalu.

“Mari kita berpartisipasi dalam MEA dengan semangat dan optimisme yang kuat. Tidak perlu khawatir atau cemas dengan keberadaan negara lain. Namun kita harus saling merangkul, menjadi mitra untuk mencapai tujuan bersama,” ucapnya. Meski ia mengakui, secara global ekonomi masih menunjukkan sinyal yang belum terlalu menggembirakan. Salah satunya karena kondisi perekonomian di kawasan Eropa yang belum membaik, sehingga memicu penurunan pangsa pasar bagi produk-produk yang dihasilkan oleh berbagai negara seperti Indonesia.

Optimis juga jadi kunci, menurut Sri Martono, selain beberapa hal yang disampaikan Chatib dalam seminar. ” Kondisi ini tentu saja menjadi tantangan bagi para UMKM agar dapat menjalankan bisnis dengan baik. UMKM perlu memiliki keberanian dalam menerapkan rencana dan membuat keputusan yang didukung dengan penguasaan kompetensi dan data serta informasi yang akurat,” tegas Sri Martono. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved