Management Editor's Choice Strategy

Dahlan Iskan, Mengembangkan Pertanian Berbasis Korporasi

Dahlan Iskan, Mengembangkan Pertanian Berbasis Korporasi

Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan diam-diam ikut sibuk memikirkan kelangkaan pasokan daging sapi di Indonesia. Maka, Dahlan pun meminta beberapa BUMN untuk beternak sapi. Juga, terjun ke bidang pertanian dengan mengusahakan pertanian berbasis korporasi. Bagaimana keterlibatan BUMN dalam bidang pertanian? Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan memaparkannya kepada Rangga Wiraspati:

Apa pemikiran Anda untuk mengatasi masalah kekurangan daging di Indonesia?

Karena saya Menteri BUMN, maka saya tidak bisa spontan. Solusi untuk masalah kekurangan daging sudah saya pikirkan sejak tahun lalu, dengan cara memajukan peternakan yang ada di BUMN. Misalnya perkebunan sawit saya minta untuk ikut beternak sapi. Saat ini sudah ada 20.000 ekor sapi di seluruh Sumatera.

Kemudian sejak tahun lalu saya juga minta PT Berdikari untuk berfokus pada peternakan. PT Berdikari pun melakukan program penggemukan sapi sejak tahun lalu, namun hasilnya belum terlihat karena memang baru mulai. Tetapi saya perkirakan hasil program tersebut tiga tahun lagi akan sangat besar.

Sejauh mana program-program itu akan mengatasi masalah kekurangan daging?

Hanya membantu saja, karena memang bukan bidangnya Kementerian BUMN untuk mengatasi masalah itu. Kementerian BUMN hanya membantu semampu kita, jadi jangan program-program itu menjadi beban pokoknya Kementerian BUMN.

Bagaimana dengan rencana bantuan distribusi sapi dari luar pulau Jawa?

Kapal-kapal milik PT PELNI mulai diubah sekarang menjadi 3 in 1, dulu hanya mengangkut penumpang saja. Kebetulan jumlah penumpang kapal-kapal PT PELNI saat ini menurun. Sebab, saat ini banyak penumpang beralih ke pesawat karena harga tiketnya yang murah. Desain kapal-kapal PT PELNI diubah, sehingga saat ini kapal-kapal tersebut bisa mengangkut penumpang, barang, dan ternak. Pengerjaan alih fungsi kapal ini memakan waktu, sehingga eksekusinya baru bisa dimulai lima bulan lagi, walaupun ide dan pemikirannya sudah digodok sejak setahun yang lalu.

Satu lagi, baru-baru ini PT Rajawali mulai mengelola rumah pemotongan di Lombok. Rumah pemotongan itu milik Pemda, namun tidak terkelola dengan baik, maka pengelolaannya diambil oleh BUMN. Logikanya, tidak perlu mengangkut sapi ke Jakarta, cukup dagingnya saja. Lagipula orang Jakarta tidak butuh tulang dan kotorannya. Jadi, untuk apa sapinya diangkut? Jadi sedang kita coba sapi-sapi dipotong di Lombok, dagingnya saja kita kirim ke Jakarta. Kemarin ketika terjadi kekurangan pasokan daging, banyak orang mengeluhkan kurangnya pengiriman sapi ke Jakarta. Jika mengangkut sapinya repot sekali, maka saya pikir mendistribusikan daging itu lebih rasional.

Bagaimana dengan swasembada beras?

Itu juga bidangnya Kementerian Pertanian, jadi Kementerian BUMN tidak terkait dengan target swasembada beras, namun kita membantu semampu kita dengan cara memajukan pertanian yang berbasis korporasi. Selama ini pertanian di Indonesia bersifat individual, terserah petani saja. Misalnya mereka mau jual gabah, terserah mereka. Masalahnya kita juga tidak bisa memaksa mereka untuk menjual sapi ketika kita sedang kekurangan pasokan daging, misalnya. Itu karena pertanian tidak berbasis korporasi.

Saat ini Kementerian BUMN mencoba untuk menangani pertanian dengan basis sistem korporasi. Misalnya pengelolaan sawah berbasis korporasi, buah-buahan tropis berbasis korporasi, nantinya peternakan dan gula berbasis korporasi. Jika pertanian berbasis korporasi, ketika pasokan dibutuhkan, bisa terjadi transaksi. Kalau individual ya terserah pemilik saja, mau jual sapi ketika ingin mengawinkan anak, ketika ingin naik haji, misalnya.

PT Rajawali pun turut serta untuk mengembangkan pertanian berbasis korporasi. BUMN sifatnya hanya membantu Kementerian Pertanian, pada intinya BUMN akan membantu negara dalam mengatasi masalah kekurangan pangan, segala macam pangan, dengan upaya peningkatan produksi pangan berbasis korporasi.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved