Management

Demi Penuhi Kebutuhan Nasional, Pabrik Gula Glenmore Dibangun

Oleh Admin
Demi Penuhi Kebutuhan Nasional, Pabrik Gula Glenmore Dibangun

Ade Prasetyo, Direktur Utama PT IGG

Ade Prasetyo, Direktur Utama PT IGG

Demi memenuhi kebutuhan gula nasional, tiga perusahaan BUMN bersinergi mendirikan PT Industri Gula Glenmore (IGG). IGG adalah anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara III, XI, dan XII, yang mempunyai tujuan untuk membangun dan mengoperasikan pabrik gula terpadu dengan produk utama adalah gula putih premium.

“Jadi, kami memang orientasinya dari awal adalah untuk mengisi kekosongan produk gula putih di Indonesia yang selama ini 50 persen adalah impor, sekitar 2,5 juta ton per tahun,” terang Ade Prasetyo, Direktur Utama PT IGG kepada SWA Online, di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (23/7/2013).

PT IGG ini memang terbentuk baru-baru ini. Kepemilikan saham IGG sebagian besar dipunyai oleh PT Perkebunan Nusantara III dengan 60 persen. Sisanya adalah PT Perkebunan Nusantara XI dengan 10 persen, dan PT Perkebunan Nusantara XII dengan 30 persen. “Modal awal untuk pembentukan perusahaan ini hanya Rp 22,5 miliar, atau 25 persen dari modal disetor (Rp 90 miliar),” tutur Ade.

Kegiatan utama perusahaan anyar ini adalah memproduksi gula putih premium, mengingat impor gula masih besar. Selain itu, perusahaan juga membuat produk sampingan, seperti bio-ethanol dan pakan ternak. “Maka dari itu, kami membangun satu pabrik gula baru, di mana ada satu kabupaten di Jawa Timur itu tidak punya pabrik gula sama sekali tapi potensi areanya ada,” imbuhnya. Lokasi pabrik persisnya berada dalam kawasan kebun Kalirejo PTPN XII (Persero), di Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Pabrik yang akan dibangun kapasitasnya direncanakan 6 ribu ton tebu per hari (TTH). Dan, terang dia, setelah dua atau tiga kali musim giling, kapasitasnya akan ditingkatkan menjadi 8 ribu TTH. Pada awal produksinya, perusahaan berharap dapat menghasilkan rendemen 9 persen sehingga produksi gula putih premium bisa mencapai 9 ribu ton. “Kami targetkan pertengahan 2015 itu sudah bisa giling,” lanjut Ade. Pemasok bahan baku, berupa tebu, untuk pabrik tersebut berasal dari kebun-kebun PTPN XII, di Kabupaten Banyuwangi dan Jember.

Karena bentuknya adalah pabrik gula terpadu, jadi bukan hanya pabrik gula saja yang dibangun. Ada juga pabrik bio-ethanol, pabrik pengolahan pupuk organik, pabrik pakan ternak, dan co-generation yang merupakan usaha untuk memproduksi daya listrik berbahan uap. Biaya untuk membangun pabrik gula terpadu itu mencapai Rp 1,5 triliun. Pendanaannya sebagian besar (70 persen) berasal dari pinjaman perbankan, dan 30 persen dari pemegang saham. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved