Management zkumparan

Deru Jet Express Pecahkan Rekor Revenue

Deru Jet Express Pecahkan Rekor Revenue
Peter D. Chandra

Peter D. Chandra, CEO PT JET Express

Tahun 2017 menjadi tahun fenomenal bagi PT Jaringan Ekspedisi Transportasi (JET) Express. Baru menginjak bulan kesembilan tahun ini, perusahaan logistik yang bergerak di bisnis pengiriman paket ini mencatatkan kinerjanya secara fantastis. Di tengah ekonomi yang belum kondusif, peningkatan revenue pada kuartal III mencapai 165% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. “Revenue kami sudah double dibanding tahun lalu. Ini masih on going ya. Kalau diproyeksikan sampai akhir 2017, ya bisa sampai 200%. Target kami padahal hanya 80%,” ujar Peter D. Chandra, CEO JET Express, bangga.

Menurut Peter, lini bisnis JET tidak berubah, yaitu tetap di bisnis pengiriman paket dan dokumen. “Mayoritas kontribusinya tetap di paket, dokumen, dan barang dagangan e-commerce, 90% memang dari sini. Kami perusahaan manajemen, bukan jualan armada,” ungkapnya menjelaskan.

Berkat kerja keras tim dan agresivitas yang dibangun, Peter menilai, meskipun kondisi industri relatif tetap dan bahkan cenderung menurun, JET mampu mengatasinya dengan baik. Di awal-awal tahun sampai pertengahan tahun layanan JET memang belum maksimal, tetapi sejak bulan Ramadan, pihaknya terus merapikan sisi operasional dan service-level agreement (SLA) perusahaan sehingga terjaga di atas 90%.

“Sebagai organisasi yang baru berkembang, tidak mudah mengembangkan SLA setinggi itu. Di awal-awal ketika SLA masih di bawah 80% , kami sering terima complain dari customer,” kata Peter mengenang. “Namun, begitu SLA berhasil digenjot hingga 90%, kinerja JET langsung seperti terbang; melesat jauh,” ujarnya. Intinya, ia menegaskan, di bisnis yang digelutinya, layanan harus bagus dan jualannya harus oke. “Pendekatan kami ke calon pelanggan harus bagus,” katanya sambil menambahkan, itu dilakukan agar pelanggan menjadi happy.

Diakui Peter, bisnis logistik tahun lalu (2016) dengan tahun sekarang (2017) sebenarnya tidak banyak berubah. Hanya, berhubung kondisi makro yang sedang sulit, pelanggan berusaha menekan harga. Apalagi, e-commerce sekarang banyak yang mulai menerapkan free ongkos kirim. Maka, JET pun harus berpartisipasi memberi harga yang lebih murah. “Bagi kami, mekanisme pasar seperti itu tidak masalah. Toh, dari sisi volume sebenarnya bertambah sehingga pada ujungnya saling menutupi,” Peter menjelaskan.

Terkait dengan dinamika di dunia e-commerce, Peter mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum menjalin kerjasama dengan e-commerce besar karena belum ada yang cocok. Saat ini JET masih menangani penjual online yang bukan di marketplace, yakni para penjual yang di Instagram atau Facebook. “Walaupun begitu, market kami tumbuh di sini,” katanya. Ia tidak menutup kemungkinan suatu saat menjalin kerjasama dengan e-commerce besar.

JET bisa mengirim barang ke seluruh Indonesia, meski baru bisa pickup di 15 kota, antara lain Medan, Palembang, Pekanbaru, Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Malang, dan Denpasar. JET mengandalkan para mitranya tersebut. Menurut Peter, pertumbuhan JET lebih cepat karena pihaknya melakukan intensifikasi, bukan ekstensifikasi. “Artinya, kami perkuat apa yang kami punya dan kami perdalam, tidak melebarkan cabang. Namun, outlet kami tambah,” katanya.

Gerai JET memang terus bertambah hingga dua kali lipat. Awal tahun ada 250 gerai, sekarang sudah mencapai 500 lebih. Ini juga merupakan salah satu pendorong JET bisa growing. “Jadi dengan 15 kota itu tadi, kami buat double kios-nya sehingga revenue kami sekarang mencapai dua kali lipat dibanding awal tahun,” ujar Peter. JET pun akan terus menambah gerai, kendati sebenarnya untuk tahun ini sudah melewati targetnya, yaitu 500 gerai.

Untuk SDM, JET tidak menambah terlalu banyak tenaga kerja. Pasalnya, teknologi dan proses yang diterapkannya sudah cukup membantu. Artinya, cara JET mengatur perbandingan antara jumlah kurir dan muatan plus menjaga SLA itu akhirnya menemukan rumus yang baik, yang membuat pertumbuhan bisnisnya jadi sangat terkendali. “Formula itu kami buat algoritmanya dan otomatis teknologi berperan penting,” ujarnya sambil menyebutkan, total karyawannya 300 orang.

Tak ingin berpuas diri dengan hasil saat ini, Peter menegaskan akan terus melakukan perbaikan. Perusahaan yang berdiri sejak 2014 ini akan terus mempertahankan reputasinya sebagai salah satu perusahaan logistik Indonesia yang komit ke teknologi. Harapannya, kalau teknologi bertambah bagus, pelayanan ke pelanggan akan lebih baik. JET akan terus memperbaiki administrasi hingga tracking-nya agar menjadi real-time sehingga karyawan juga lebih nyaman dalam melayani.

JET pun akan terus menambah gerai sampai dua kali lipat, investasi di teknologi, dan menggaungkan citra tentang perbaikan diri ke masyarakat. “Selain itu, kami benar-benar memikirkan orang/manusia. Our thing inside ada di orang,” kata Peter.

Hal ini berdampak positif. Di tengah tekanan ekonomi yang tidak bagus saat ini, timbul rasa kebersamaan di antara para SDM JET. Dulu setiap divisi menyerahkan kerjaan masng-masing. Nah, sekarang semuanya bisa jualan alias everybody can sell.

Menurut Peter, ada dua hal mengenai fokus JET terkait SDM saat ini. Pertama, bagaimana kurir di lapangan bisa lebih efektif bekerja dan lebih sehat. Kedua, bagaimana tim JET di kantor pusat mau “duduk” bersama supaya JET bisa maju. “Jadi, ada efek bounding yang lebih kuat. Karena, our leadership can bring the team together,” ujarnya.(*)

Strategi JET Melesat Jauh

Konsisten dengan lini bisnisnya sebagai perusahaan manajemen logistik.

service-level agreementmarketplacepickup

Gerai JET terus bertambah hingga dua kali lipat. Awal tahun ada 250 gerai, sekarang sudah mencapai 500 lebih.

Terus melakukan perbaikan dan akan terus mempertahankan reputasinya sebagai salah satu perusahaan logistik Indonesia yang komit ke teknologi.

trackingreal-timeboundingOur leadership can bring the team together”

Reportase: Yosa Maulana


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved