Management Editor's Choice Strategy

Di IBM Indonesia 23% Manajernya Gen Y

Di IBM Indonesia 23% Manajernya Gen Y

Menurut Husein Samy, Country Manager Human Resources PT IBM Indonesia, pihaknya tidak melakukan pengelompokan dan perbedaan perlakuan pada kelompok karyawan. Semisal Gen Y itu diperlakukan khusus. Karena menurut Samy, Gen Y pun bermacam-macam, ada yang pekerjaannya rapi, ada yang ingin bebas, dan sebagainya. Mungkin pihaknya secara umum memiliki pandangan khusus terhadap generasi muda ini. Maka itu IBM lebih pada mengikuti zamannya. Contoh saat ini peran teknologi sangat tinggi dalam kehidupan anak muda.

Ilustrasi kalangan Gen Y (ciputrapreneur.com)

Ilustrasi kalangan Gen Y (ciputrapreneur.com)

Menggunakan gadget dan sosial media sangat tinggi. Maka itu HRD di IBM fokusnya juga pada hal itu. “Kami fokus strategi bisnisnya di sosial media, juga di mobility. Jadi, kami sangat memanfaatkan ini dengan luar biasa,” kata Husein kepada Herning Banirestu. Pihaknya juga memberikan keluasaan bagi anak muda untuk bekerja seperti fleksibilitas bekerja, senang tantangan, dan sebagainya.

Karena IBM bergerak di bidang teknologi kalau di perusahaan lain harus ada usaha khusus pihaknya sudah mengimplementasikannya. Seperti training via gadget itu, bisa dari ponsel, tablet dan laptop. Bekerja bisa di mana saja, ini pun jadi hal yang menarik bekerja di IBM.

“Untuk perlakuan dan kompensasi di Gen Y kami tetap pada basic principal. Kalau dia bekerja baik, berkinerja baik, maka perusahaan akan memberikan lebih. Tapi kami memahami karakteristik-karakteristik itu juga. Tapi kami tidak memfokuskan di situ,” katanya. Kemampuan dengan gadget dan sosial media, buat yang lebih tua tidak tertarik.

Mengakomodir Gen Y yang mayoritas masih single, IBM memiliki flexible benefit memberikan kelelusaan karyawan untuk memilih benefit yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya karyawan single itu, merasa sehat, dia bisa memilih benefit kesehatan yang simpel, tapi dia punya dana cadangan yang bisa digunakannya sebagai dana liburan. “Dia bisa cuti pergi kemana, nah biaya pergi cutinya itu dibayarin kantor, atau dia senang baca buku, dia bisa klaim pembelian bukunya itu,” katanya.

Jadi, IBM menyediakan budget kesehatan yang tidak harus digunakan seluruhnya, jika dia sehat, masih single, sehingga kelebihan dananya itu bisa digunakan sesuai dengan pilihan dia. “Medical benefit seperti itu kami tidak beli dari asuransi, kami kelola sendiri. Kami record setiapkaryawan bisa pilih sendiri,” ujarnya. Jika karyawan masih dalam medical benefit yang basic. Contoh lain dia tidak menggunakan kaca mata, tunjangan itu bisa dia klaim untuk kebutuhan lain.

Menurut Samy, IBM mendorong karyawannya untuk belajar terus. Itu bisa dilakukan di mana saja. Dengan menggunakan gadget karyawan bisa mengikuti training yang memang harus dipenuhi selama setahun sebanyak 40 jam training. Training itu bisa diikuti melalui gadget bahkan oleh karyawan sambil tiduran atau saat di kendaraan umum. IBM juga memiliki fasilitas kompilasi berbagai buku bagus yang mungkin berguna bagi para pekerja muda ini untuk meng-up date knowledge mereka.

Saat ini Gen Y di IBM sekitar 53 persen dari total karyawan. Country Manager IBM Indonesia saja usianya 35 tahun. “Progres para pekerja muda ini pun sangat bagus. Tahun lalu senior manajer, yang satu level di bawah Gunawan (Country Manager IBM Indonesia), hanya ada satu. Tahun ini sudah ada 4 orang,” katanya. Jadi naik empat kali lipat. IBM Indonesia memiliki manajer yang Gen Y ada 23% dari seluruh manajer IBM. Yang senior manajer, dari total 15 orang, seperempatnya dari Gen Y. Tahun lalu hanya sekitar 5-6% saja.

“Kalau yang bukan manajer, tapi memiliki posisi se-level, yang non manajerial. Gajinya sama dengan manajer, sekarang kami punya 27%. Dibanding tahun lalu angka ini naik dua kali lipat,”katanya. Kok bisa? Pertama, karena Gen Y nya makin banyak dan kedua pergerakannya juga makin cepat.

Jadi di IBM secara umum variable benefit yang diberikan itu relasinya dengan medical itu. Lain-lainnya, yang terkait dengan pekerja muda, yang ingin sekolah lagi bisa memilih kuliah lagi total tanpa digaji, tapi dia tetap menjadi karyawan IBM. Ada juga pilihan dia bisa kuliah saat akhir pekan. Mereka ini bisa mengajukan tuition refund, yaitu dia bisa mengklaim biaya kuliahnya ke perusahaan.

Syarat untuk itu karyawan haruslah yang berprestasi, tidak mengganggu performa kerjanya. “Tapi kami tetap memberikan fleksibilitas bagi mereka untuk itu. Contoh salah satu anak buah saya sedang kuliah lagi di UI, Depok. Karena itu, dia harus keluar dari kantor pada hari Jumat, Karena ada kelas, sebelum jam pulang kerja, jam 3, itu boleh,” jelasnya. Selain itu, yang menyenangkan di IBM karyawan tidak harus bekerja di kantor.

“Orang sales dia didorong makin besar jualannya, makin besar insentifnya. Jenis pekerjaan ini yang ekspektasinya tinggi, memiliki risiko besar, kalau dia dapatnya kecil, kalau dia perform bisa dapat berlipat-lipat, ini yang saya bilang pekerjaan yang risiko terhadap income-nya besar,” jelasnya. Bagi orang sales yang jiwanya memang suka risiko tinggi, dia akan memilih posisi ini. Karena ketika jualannya bagus, dia bisa mendapat gaji yang besar sekali.

Di sisi lain ada jenis pekerjaan yang lebih ke arah supporting dalam sales. Orang ini tidak diberikan kompensasi yang lipatannya besar, karena risiko terhadap income-nya kecil. “Dia ini kalau tidak perform turunnya tidak terlalu besar,” katanya.

Gen Y menurut Samy kalau diperhatikan mereka banyak yang ingin sekolah lagi. Mereka juga haus tantangan baru di luar. Kecenderungan untuk mengarah usaha sendiri pun makin besar, karena kampus sekarang juga mendorong entrepreneurship cukup tinggi. “Maka itu turn over karyawan kami tetap angkanya rata-rata industri tidak bisa ditekan juga,” ujarnya. Faktanya seperti itu, jadi tetap tinggi, mungkin malah lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Namun demikian IBM siap dengan kondisi tersebut. Jadi, ketika awal direkrut misalnya 20 orang, dalam 2-3 tahun akan tinggal separuhnya. Tapi yang jadi fokus IBM bukan pada angka turn over itu, pada mereka yang memberikan kontribusi terbesar bagi perusahaan lah yang dijaga. “Tapi ini soal Gen Y atau bukan, yang penting dia berprestasi,” katanya. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved