Management Strategy

Diplomat Success Challenge 2015 Jaring 6 Ribuan Proposal

Diplomat Success Challenge 2015 Jaring 6 Ribuan Proposal

Program kompetisi wirausaha Diplomat Success Challenge (DSC) 2015 yang digelar oleh rokok Wismilak Diplomat dan Wismilak Foundation baru saja menyelesaikan tahapan seleksi awal. Hasilnya setelah diluncurkan pada 12 Juni 2015, terjaring ribuan proposal yang menghasilkan 90 challenger kuat. “Tahun ini kami kebanjiran peminat, ada 6.600an proposal yang terjaring masuk,” ujar Surjanto Yasaputera yang menjadi Ketua Dewan Komisioner DSC 2015. Jumlah ini meningkat drastis, yakni lebih dari sepuluh kali lipat dibanding tahun lalu.

Peminat datang dari berbagai latar belakang. Selain mahasiswa dan mereka yang baru lulus kuliah, juga ada banyak professional yang mengirim proposal usaha. Hal ini menandakan bahwa kompetisi ini menjangkau berbagai segmen. Proposal yang masuk pun sangat beragam. Jenis usaha paling diminati adalah perdagangan yang mencapai (41%), diikuti oleh kuliner (27%), industri kreatif (14%) dan agro industri (8%). Minat di bidang teknologi hijau, energi dan pariwisata jumlahnya masih belum signifikan.

Diplomat

Berdasarkan domisili peserta, kompetisi wirausaha ini dibagi menjadi tiga area, yakni kawasan Indonesia Timur, Tengah dan Barat. Jumlah peserta paling banyak datang dari Central Region (Kalimantan, DIY dan Jawa Tengah) yakni sebanyak 55%, diikuti oleh peserta dari West Region (Sumatera, Kep. Riau, DKI Jakarta dan Jawa Barat), sebanyak 26% dan selebihnya 19%, dari East Region (Sulawesi, Jawa Timur dan Indonesia Timur). Di antaranya bahkan ada peserta dari luar negeri yang ikut berkompetisi.

Seleksi awal dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari 10 orang, mereka meneliti proposal yang masuk. “Pertama kali kami melihat kelengkapan administrasi yang diminta dalam proposal, ada beberapa proposal yang tidak bisa diloloskan karena tidak lengkap,termasuk tidak adanya perhitungan cash flow” ujar pria yang akrab disapa Pak Sur, itu. Ada juga sejumlah proposal yang harus didiskualifikasi karena tidak menggunakan format yang telah disediakan.

Setelah memeriksa kelengkapan, panitia masih disibukkan meneliti akurasi ribuan proposal yang lolos. “Salah satu tolak ukurnya adalah cash flow atau kinerja keuangan. Kami memang tidak menuntut perhitungan keuangan yang sempurna, namun proposal yang sama sekali tidak disertai perhitungan keuangan, sudah pasti langsung dicoret,” ujarnya menambahkan. Feasibility sebuah proposal usaha memang langsung tergambar dari rencana keuangan, terutama dari perhitungan modal yang diperlukan serta keuntungan yang akan dihasilkan.

Selain kelayakan usaha, kriteria penilaian antara lain juga mencakup keunikan ide, potensi pasar, prospek pertumbuhannya, sampai orisinalitas bentuk usaha. Dampak positif terhadap masyarakat sekitar, termasuk adanya unsur pemberdayaan juga menjadi nilai tambah. “Ide yang unik dan menarik tidak hanya terkait produk atau jasa yang ditawarkan, namun bisa juga dari proses bisnisnya. Mungkin produknya biasa saja yang sudah kita kenal sehari-hari, tapi bisa menjadi baru dan menarik kalau dipasarkan dengan cara baru,” kata Pak Sur menjelaskan.

Panitia mengatakan dengan tegas bahwa format proposal tidak boleh dikurangi atau diubah sistematikanya. Namun proposal boleh ditambah dan dilengkapi, antara lain dengan bagan dan foto atau gambar mengenai detil produk. Beberapa bahkanmenambahkan foto-foto proses produksi. Pak Sur mengaku bahwa“ Tambahan foto produk sangat membantu tim seleksi dalam membuat keputusan, sebab langsung terlihat jelas, jadi memudahkan penilaian.”

Proses seleksi awal yang berjalan beberapa hari ini meloloskan 90 proposal untuk tiga kawasan kompetisi, East, Central dan West Region. “Di tiap region atau kawasan ada 30 kandidat, yang untuk selanjutnya kami sebut challenger, mereka semua langsung dikontak untuk mengikuti tahapan selanjutnya yakni audisi,” ujar Pak Sur. Mereka yang lolos tidak terbatas pada kegiatan wirausaha yang sudah berjalan, namun juga yang masih dalam bentuk idea atau konsep usaha.

Pada tahap audisi, seluruh challenger yang lolos diminta hadir menyajikan proposal usahanya di depan dewan juri. Untuk peserta dari Indonesia Barat, presentasi akan diadakan tanggal pada 19 Agustus 2015, bertempat di Hotel Aston Tropicana, Bandung. Challenger dari Indonesia Tengah diminta hadir di Hotel Melia Purosani, Yogyakarta pada tanggal 21 Agustus 2015. Sedangkan untuk Indonesia Timur, presentasi challenger diadakan di Hotel Novotel, Surabaya pada tanggal 23 Agustus 2015.

Saat presentasi, setiap challenger diberi waktu 10 menit untuk memaparkan rencana usahanya. Setelah presentasi, dewan juri yang terdiri dari 3 orang akan mengajukan pertanyaan untuk menguji. Karena itu Pak Sur menghimbau agar para challenger yang terpilih mempersiapkan diri, membuat bahan presentasi yang menarik dan mengesankan.

Mereka yang lolos dari tahap audisi di depan dewan juri ini akan diundang untuk seleksi tahap selanjutnya, yakni Market Challenge. “Intinya, para challenger akan dihadapkan pada berbagaikasus bisnis yang harus mereka jawab. Nanti saya jelaskan jika waktunya sudah dekat,” tambah Pak Sur.

Di akhir perbincangan Ketua Dewan Komisioner Diplomat Success Challenge mengucapkan terimakasih kepada seluruh peminat yang telah mengirimkan proposal usahanya. “Kepada yang belum terpilih, mereka masih bisa mengikuti kompetisi ini di tahun depan, jangan lupa dengan tips yang tadi sudah saya jelaskan, terutama mengenai kelengkapan proposal,” katanya mengingatkan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved