Management Strategy

Disiapkan, New Company untuk Holding BUMN Perkebunan

Disiapkan, New Company untuk Holding BUMN Perkebunan

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) tengah menyiapkan pembentukan perusahaan baru (new company atau New Co) untuk memperkokoh holding BUMN perkebunan di Tanah Air. Pembentukan induk perusahaan (holdingisasi) BUMN perkebunan resmi dilakukan pada 2 Oktober 2014 oleh pemerintah dengan PTPN III sebagai champion holding.

Direktur Utama PTPN III Bagas Angkasa mengungkapkan, dalam konsep holdingisiasi saat ini dengan PTPN III sebagai leader, masih ada yang dinilai kurang pas yang dikhawatirkan bisa menjadi hambatan dalam pengembangan holding tersebut. ”Saya misalnya, saat ini selain menjadi direktur utama PTPN III juga sebagai direktur utama holding, saya masih harus menjalankan operasional PTPN III sehari-hari. Jadi tidak terlalu fokus, karena itu sebaiknya holding BUMN perkebunan menjadi New Co atau new company. Kami sudah usulkan ke Ibu Menteri,” kata dia.

Dengan konsep New Co, kata dia, ini juga akan bagus untuk semua PTPN (PTPN I-XIV), sehingga tidak ada yang merasa menang atau kalah. PTPN III nantinya cukup menjadi anak perusahaan di New Co. “Dalam New Co, akan masuk pemasaran, riset dan pengembangan (research and development/R&D), dan pengembangan bisnisnya,” ungkap dia.

Direktur Utama PTPN III (Persero), Bagas Angkasa

Direktur Utama PTPN III (Persero), Bagas Angkasa

Menurut dia, direksi New Co nantinya lebih menangani strategi dan kebijakan, bukan operasional harian. Misalnya, bagaimana pengembangan industri hilir, penelitian, pemasaran ke depan, dan upaya menghadapi pasar. Dalam implementasinya, bisa mengacu investment holding laiknya Temasek, atau untuk di dalam negeri bisa menggunakan benchmark konsolisasi BUMN pupuk dalam PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC). “Diharapkan akhir tahun ini bisa gol soal ini. Dengan New Co, direksi di New Co lebih leluasa mengembangkan holding, tidak terbebani dengan operasional dan tanggung jawab di PTPN III,” kata dia.

Dengan menjadi holding, Bagas yakin BUMN perkebunan akan berkembang sangat besar. Dengan menjadi holding, kekuatan keuangan PTPN cukup besar, penggabungan aset PTPN I-XIV sekitar Rp 67 triliun, itu baru angka sebelum revaluasi, apabila sudah direvaluasi bisa mencapai Rp 300 triliun. “Penjualan seluruh PTPN tahun lalu sekitar Rp 40 triliun, sebenarnya diharapkan Rp 50 triliun kalau harga komoditas tidak jatuh,” ungkap dia.

Laba PTPN secara konsolidasi pada 2014 tidak sampai Rp 1 triliun. Hal itu dikarenakan anjloknya harga komoditas dunia. Padahal di atas kertas hitungan penjualan seluruh BUMN perkebunan bisa mencapai Rp 50 triliun dengan laba Rp 5 triliun yang bisa dicapai.

Menurut dia, proses konsolidasi BUMN perkebunan sebenarnnya relatif mudah, ketimbang dibandingkan BUMN pupuk misalnya. Sejak 1968, BUMN perkebunan telah memiliki kantor pemasaran bersama. Di sisi lain, PTPN I-XIV sudah makan asam garam proses konsolidasi, terhitung sejak 1996 hingga 2014 ketika konsolidasi atau holdingisasi mengerucut dengan PTPN III sebagai champion holding. “Pengalaman konsolidasi sudah dirasakan PTPN. Keempat belas PTPN ini mau dijadikan satu holding karena sudah sering terjadi konsolidasi sejak 1996,” kata dia. (Reportase Herning Banirestu)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved