Management

Dongkrak Ekspor, Asal Jaya Bina 15 Ribu Petani Kopi

Dongkrak Ekspor, Asal Jaya Bina 15 Ribu Petani Kopi

PT Asal Jaya berupaya merebut hati para pembeli di luar negeri dengan mengirimkan biji kopi yang diproduksi secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. Untuk itu, Asal Jaya melakukan pembinaan kepada para petani kopi dengan mengenalkan aspek ekonomi, sosial, dan ramah lingkungan alias keberlanjutan.

Pada 2013, Asal Jaya membina hampir 6.000 petani dan sukses menjalankan sertifikasi 4C (common code for the coffe community). Tahun ini, Asal Jaya bergabung dengan lembaga IDH GCP asal Belanda untuk membina 15 ribu petani.

Harapannya, volume ekspor kopi perusahaan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Pada 2015, ekspor Asal Jaya mencapai 42 ribu ton. Tahun ini, ekspor kemungkinan bertambah menjadi 45-46 ribu ton.

bijihkopi

Ekspor kopi Asal Jaya ditujukan ke 44 negara di dunia, di antaranya Austria, Israel, Iran, Jepang, UK, Korea, dan Perancis. Pada periode 2010-2012, mayoritas ekspor ditujukan untuk pasar Eropa. Lalu, pada 2015-2016, ekspor lebih banyak ditujukan untuk pasar Asia, seperti Malaysia dan Singapura, juga Mesir.

Direktur Utama PT Asal Jaya Hariyanto mengungkapkan, saat ini antara suplai dan permintaan, permintaan jauh lebih besar. Karena itu, Asal Jaya tidak lagi fokus dalam mencari pasar melainkan suplai. Apalagi karena ekspor kopi Asal Jaya dalam bentuk biji (coffee bean) atau raw material, pembelinya adalah tertentu dan itu-itu saja.

Menurut dia, demand menentukan dari eksportir mana biji kopi yang layak dibeli. Oleh karena itu, pembinaan petani untuk menghasilkan biji kopi berkualitas adalah salah satu tugas perseroan. Kuncinya adalah terus memberi motivasi kepada petani.

“Apalagi generasi petani kopi tidak ada lagi generasi muda, rata-rata tua. Ini agar kami konsisten dalam memenuhi demand. Petani harus dibina agar produktivitas mereka naik dan kami tetap ada bahan (pasokan),” katanya.

Menurut Hariyanto, pada 2013, Asal Jaya sukses dalam sertifikasi 4C dan bisa membina hampir 6.000 petani. Petani diberi masukan agar mereka mengenal tiga aspek, yakni ekonomi, sosial, dan ramah lingkungan, dan hal itu berhasil dijalankan.

Pada 2016, Asal Jaya bergabung dengan IDH GCP yang memiliki visi membantu negara-negara berkembang, di antaranya membina 15 ribu petani kopi di Indonesia untuk kurun waktu lima tahun dalam bentuk pendanaan. Harapannya, satu petani bisa memproduksi 2-2,5 ton per hektare (ha) dari sebelumnya di bawah 1 ton per ha.

“Melalui upaya ini, kami bisa mendapat buyer yang memang senang dengan hal-hal seperti itu. Di sisi lain, produksi kopi Indonesia yang saat ini hanya 800 ribu ton per tahun akan naik menyamai Vietnam yang sudah 2 juta ton,” ujar dia. (Reportase: Aulia Dhetira)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved