Management Strategy

Duh, MEA Bisa Jadi Ancaman bagi Kontraktor Indonesia

Oleh Admin
Duh, MEA Bisa Jadi Ancaman bagi Kontraktor Indonesia

Sekretaris Jenderal Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) Zali Yahya mengaku dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAn (MEA) atau pasar ASEAN sebagian besar organisasi yang menaungi kontraktor masih tersandung masalah setifikasi. “Kesadaran anggota untuk melakukan sertifikasi tenaga kerja atau sertifikasi bagi teknisi (enginer) masih rendah,” kata Zali kepada Tempo, Sabtu, 2 Januari 2016. Zali mengatakan MEA membawa ancaman sekaligus tantangan bagi kontraktor Indonesia. Hal ini dianggapnya wajar karena setiap pasar baru pasti memunculkan regulasi baru. Untuk itu ia berpesan agar setiap organisasi mampu mengantisipasi ancaman tersebut dengan lebih baik untuk bisa menciptakan peluang.

Masalah sertifikasi, menurut Zali, seharusnya sudah diantisipasi sejak awal. Zali mencatat hanya sekitar 50-60 persen teknisi yang sudah melakukan sertifikasi. Padahal pintu pasar ASEAN sudah dibuka. “Biasanya ini terjadi akibat tidak tanggapnya organisasi tersebut, sehingga tidak mampu mengantisipasi ancaman MEA,” kata Zali.

Zali mengatakan tak sedikit organisasi atau lembaga kontraktor saat ini justru masih ketar-ketir dalam menghadapi MEA. Menurutnya, ini merupakan akibat dari organisasi tersebut yang meremehkan sertifikasi bagi teknisi atau enginer.

Padahal, menurut Zali, upaya pemerintah dan lembaga lain sepeti Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) dalam mensosialisasikan pentingnya sertifikasi sudah optimal. “Tak jarang mereka harus diingatkan berkali-kali agar mau bergerak,” kata Zali.

Dalam proses sertifikasi tidak sulit. Zali menerangkan bagi teknisi atau enginer yang sudah masuk kelas utama, sebetulnya mereka hanya perlu registrasi ulang jika sudah terdaftar utama di Indonesia. Sehingga dengan sendirinya mereka terdaftar dan berlaku ke seluruh negara ASEAN.

Pembangunan Konstruksi MRT

Pembangunan Konstruksi MRT

“Masalahnya, masih banyak orang yang mengabaikan hingga mereka benar-benar menemukan hambatan baru sadar,” ujar Zali.

Menghadapi masalah ini, Zali menimbang agar asosiasi, lembaga, maupun pemerintah agar semakin sering sosialiasasi dan edukasi kepada organisasi tersebut. Namun, bagi organisasi yang bersangkutan harus segera evaluasi internal, seperti mempersiapkan diri dan membaca dengan baik apa yang harus dipersiapkan dalam menghadapi MEA. “Kalau tidak, untuk proyek tertentu mereka tidak bisa ikut tender,” tutur Zali.

Sejauh ini, Zali menyebutkan perusahaan kontraktor yang siap untuk ekspansi dalam pasar ASEAN masih sedikit, yaitu berkisar 5-10 persen. “Peluang mereka besar untuk saat ini. Namun, untuk perusahaan lain masih memerlukan waktu,” kata Zali menambahkan.

Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved