Management

Ekspor ke Turki Jadi Andalan Kamaltex

Ekspor ke Turki Jadi Andalan Kamaltex

Setiap perusahaan tentunya memiliki negara tujuan ekspor yang menjadi andalan. Salah satunya adalah PT Kamaltex yang mengandalkan Turki setelah sebelumnya bersandar pada Brasil. “Hingga September, ekspor kami masih dominan ke Turki yaitu 58%. Prediksi kami, hingga akhir tahun ini, bisa mencapai 61-65%,” kata R.N. Trikora S, Manager Marketing & Personalia Kamaltex.

Perusahaan yang berdiri tahun 1973 dan mulai beroperasi sebagai pabrik pemintalan industri pada 1976 ini memulai ekspor pada 2002 silam. Benang yang diproduksi hanya sekitar 20% yang dijual di dalam negeri. Sisanya diekspor ke Korea, Thailand, Argentina, Brasil, Turki, Amerika Serikat, Mesir, Filipina dan beberapa negara lainnya.

kamaltex

Menurut dia, pasar ekspor mulai diperluas pada 2012. Saat itu, ekspor ke Brasil adalah yang terbesar yakni 65%. Disusul, Argentina, Korea, negara-negara ASEAN, dan Iran. Semntara, pasar ekspor di Turki baru 3%. Saat situasi di Brasil tak lagi kondusif, perseroan memindahkan sebagian pasar ke Turki. Jadilah, Turki yang kini menjadi pasar ekspor terbesar yakni 61% dengan volume 8,8 juta ton.

“Kami harus pandai membaca aturan di masing-masing negara. Regulasi dan budayanya pasti berbeda. Kalau di dalam negeri tantangannya adalah regulasi pemerintah mengenai duty free dan FTA yang belum diberlakukan. Jika sudah ada, dapat memudahkan kami para eksportir,” kata dia.

Perusahaan yang berada di Semarang ini memproduksi benang khusus terutama Benang Slub, benang twist tinggi, Benang rangkap. Pemintalan benang 100% Polyester dan campuran Polyester-Rayon. Dengan jumlah pekerja 933 orang, mereka bisa memproduksi 19.600 ton pertahun. Kompetitor utama mereka adalah perusahaan dari India dan China. Dengan menjaga harga dan kualitas produk, mereka bisa membuka pasar baru agar tidak bersaing langsung dengan keduanya.

Dia menjelaskan, persaingan merupakan motivasi untuk memperbaiki diri. Jika harga jual anjlok, tentu saja banyak pembeli yang membatalkan pesanan. Mereka mesti memutar otak untuk menjualnya ke pembeli lain dengan kualitas dan standar yang sama. Meski begitu, perseroan mesti jeli melihat kemampuan finansial calon pembeli. Jika perusahaan bangkrut, kemampuan membayar akan terganggu.

“Tantangan kami adalah menghadapi MEA, perubahan kebijakan pemerintah seperti tarif BBM, UMK, dan lainnya. Ada juga nilai tukar mata uang. Gejolak politik juga mesti diwaspadai. Seperti saat Turki bergolak. Tapi, buyer mengatakan mereka tidak terganggu. Jadi, kami meneruskan kerjasama,” katanya.

Untuk menjaga loyalitas pelanggan, manajemen Kamaltex berusaha menjaga komunikasi yang baik dengan pembeli, termasuk saat berpromosi. Medianya, bisa lewat media sosial ataupun website. Dengan kekuatan word of mouth (WOM), mereka menargetkan setiap kenaikan pendapatan 1-2% adalah berasal dari pembeli yang baru. “Banyak ekspor yang belum terpenuhi. Ada buyer yang minta 13 kontainer tapi kami belum bisa penuhi. Dengan peningkatan mesin dan teknologi, kami yakin bisa memenuhinya beberapa tahun ke depan,” kata dia. (Reportase: Tiffany Diahnisa)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved