Management zkumparan

Exodos57, Bengkel Sneakers Lokal Gally Rangga

Gally Magido Rangga

Yang paling fenomenal dan pernah mencuri perhatian Presiden Joko Widodo adalah Exodos57. Sepatu kanvas-kulit ini mencoba konsep berbeda dengan menggabungkan bahan kulit, kanvas, dan tenun dari Yogyakarta. Sepatu dengan desain mirip Converse itu dikerjakan dengan gaya tahun 1970-an. “Sneakers seri terbaru dari Exodos57 mengusung tema ‘3Laborate’, yakni versi kolaborasi tiga brand (Exodos57, UnionWell, Rawtype Riot),” ujar Yudo Septianto Pandji, staf humas Exodos57, kepada wartawan saat mengikuti pameran acara perayaan Sumpah Pemuda di Istana Bogor, Oktober 2017.

Exodos berasal dari kata Yunani yang artinya sama dengan “wayout”, yaitu jalan keluar. Adapun angka 5 berarti anugerah, sedangkan angka 7 berarti kesempurnaan. Gally mengatakan, dalam setiap karyanya, ia fokus pada desain, pola, dan konsep. Meskipun tidak memiliki latar belakang desain, dari terjun langsung ia bisa menemukan pola-pola yang menjadi ciri khas Exodos57.

Exodos57 bukan karya pertama Gally. Sebelumnya, ia sudah memiliki merek sepatu lain, Wayout. Diproduksi tahun 2010, Wayout punya karakter rock n roll boot, dengan kekhasan desain tahun 1940-an. Merek sepatu ini terbuat seutuhnya dari kulit sapi impor, dengan desain klasik dan terkesan jadul, tetapi memakai sol karet sehingga tampak kasual. “Kulit sapi yang digunakan pun tidak asal, sebagian besar menggunakan kulit jenis crazy horse, yaitu jenis kulit sapi terbaik yang banyak digunakan sebagai bahan baku sepatu bot otentik,” kata Gally melalui telepon.

Wayout Rock ‘n roll –begitu merek ini dikenal– telah tersohor sebagai brand boots dengan ciri kulit raw-nya yang khas. Adapun Exodos57 lebih dikenal dengan sneakers-nya. Belum lama ini, kedua merek dengan segmen berbeda ini sengaja berkolaborasi membuat satu produk yang berbeda dari sebelumnya. Desain terbaru ini berupa sneakers pada bagian bawah, digabungkan dengan boot di bagian atas dengan kulit belel khas Wayout. Bahan kanvas juga disematkan di sisi samping dan sedikit kain tenun pada bagian atas khas sneakers, membuat tipe ini sangat unik dan beda dari semua model yang pernah diusung keduanya. “Ini benerbener sesuatu yang beda dan belum pernah kami buat sebelumnya. Wayout dengan sentuhan sneakers,” kata Kaludia, mitra kerja Gally di Wayout. Ini membuktikan “collaboration brings perfection”.

Menurut Gally, bahan baku Wayout dan Exodos57 semua lokal, tidak ada yang impor. Kuncinya terletak pada pemilihan bahan yang berkualitas. “Awalnya, saya hanya memiliki beberapa pengrajin yang mendukung usaha saya. Begitu pasar meningkat, jumlah pengrajin juga meningkat,” kata Gally yang kini punya 25-30 pengrajin sendiri.

Namun diakuinya, jumlah pengrajin sekarang tetap belum bisa memenuhi permintaan. “Sebulan bisa 1.300 pasang permintaan sepatu saya dapat, tapi produksi hanya bisa 500 per bulan,” kata Gally mengeluhkan. Menurut pria yang tidak meneruskan kuliah selepas SMA karena keterbatasan biaya ini, tidak semua pengrajin bisa mendukung produksi sepatunya. “Saya kan harus jaga kualitas,” kata lajang yang hobi traveling ini.

Memahami kompetisi bisnis sepatu yang makin ketat, Gally pun terus melakukan terobosan desain dengan tetap menjaga karakter produk merek-merek sepatu yang dikelolanya. “Saya dalam berpromosi juga lebih percaya strategi dari mulut ke mulut, makanya saya tidak banyak bikin promo,” ujarnya. Ia lebih banyak menggunakan akun Instagram untuk berkomunikasi dan berpromosi. Akun Instagram Exodos57 memiliki follower 23 ribu lebih, dengan hanya mem-follow satu akun, itu pun akun Exodos57 Official Warehouse. Adapun akun Instagram Wayout Rock n roll memiliki lebih dari 40 ribu follower.

Menariknya, kini Exodos57 sudah ekspansi offline ke dua lokasi. Selain di Bandung yang merupakan pusatnya, kini juga ada di Lippo Kemang Village Mal Jakarta, Palu Sulawesi dan Bali. “Gerai Bandung sebenarnya satu lokasi dengan Wayout di Jalan Buah Batu 79,” tuturnya. Ekspansi ke Jakarta sebenarnya bukan dia yang usahakan, tetapi karena permintaan Gentleman’s Pact, yang tertarik dengan gaya sepatu Exodos57. “Gentleman’s Pact yang menghubungi saya, setelah mereka kurasi,” kata Gally.

Gentlemen’s Pact merupakan wadah pergerakan para penggiat industri kreatif lokal independen yang memiliki visi agar merek lokal bisa bersaing di pasar global. Gentlemen’s Pact lahir dari pemikiran para penggiat kultur sepeda motor, artwork, dan fashion di Indonesia menyikapi tren di masyarakat yang hadir sejak 2016. Exodos57 adalah salah satu dari sejumlah merek-merek lokal yang dipajang di Gentlemen’s Pact.

Tentang kiat suksesnya, Gally mengatakan, ”Kuncinya, sepatu harus terus disenangi; desain baru juga harus terus dimunculkan agar orang tidak bosan.” Sebagai informasi, dalam sebulan ada 15 desain baru yang dibuat dengan harga Rp 300 ribu-700 ribuan. Selain sepatu, ia juga menyediakan apparel seperti kaus, ikat pinggang, dan tas.

Gally tidak berpuas diri. Ia tetap rajin ikut pameran tematik. Salah satunya, tahun 2017 mengikuti Yokohama Hotrod Custom Show dan pameran di Malaysia, selain berbagai pameran di dalam negeri lain. Setiap barang yang dibawa ke sana, termasuk Wayout, selalu habis terjual. “Wayout bahkan sudah ikut pameran dan (mendapatkan) order dari Korea, Belanda,” imbuhnya. Ini merupakan upaya agar merek lokal bisa bersaing di kancah global.

Reportase: Herning Banirestu

Riset: Armiadi


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved