Management zkumparan

Fokus Zulkifli Zaini Memimpin PLN

Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN (Foto Dok. SWA)
Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN (Foto Dok. SWA)

Ditetapkan sebagai Direktur Utama PLN pada 23 Desember 2019, Zulkifli Zaini agaknya tak perlu membuang waktu untuk proses belajar. Meski mengaku belum mengenal banyak medan barunya, mantan Dirut Bank Mandiri yang pernah menjadi Komisaris PLN (Juli 2013-April 2015) ini hanya dalam kisaran satu bulan sudah merampungkan fokus kepemimpinannya dalam satu tahun ke depan yang dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020. Menurut penulis buku Execution Matters! ini, dalam setahun ke depan PLN akan fokus pada tiga hal utama, yaitu menurunkan cost, meningkatkan keandalan & pelayanan, serta meningkatkan revenue.

Strategi di atas tentu tak lepas dari mandat yang diamanahkan Menteri BUMN Erick Thohir saat menunjuk Zulkifli untuk memimpin PLN. Tugas itu, antara lain merealisasikan rasio kelistrikan 100%, menciptakan tarif listrik yang efisien baik untuk masyarakat maupun industri, dan meningkatkan bauran energi terbarukan. Saat ini bauran energi terbarukan baru mencapai 12%, sementara target pada 2025 sebesar 23%.

Untuk dapat menjalankan itu semua, PLN harus memiliki cashflow yang bagus. Zulkifli dengan jam terbang tinggi mengelola bisnis perbankan diharapkan mampu membereskan persoalan arus kas PLN dan menjawab berbagai tantangan di atas.

Menurut Zulkifli, saat ini kondisi keuangan PLN secara rugi-laba memang baik. “Namun, secara arus kas sangat menantang mengingat Automatic Tariff Adjustment tidak diberlakukan sejak tahun 2017,” kata Zulkifli dalam acara perkenalan direksi dan sharing session dengan pemimpin redaksi yang berlangsung di Hotel Mulia, Jakarta, 29 Januari lalu. Sementara itu, dana kompensasi dari tidak adanya kenaikan tarif listrik pada 2017 baru diterima pada 2019, yaitu sebesar Rp 7,4 triliun.

Menurut Dirut Bank Mandiri pada Juli 2010-April 2013 ini, tantangan arus kas juga disebabkan oleh tarif tenaga listrik yang lebih rendah daripada Biaya Pokok Penyediaan serta lambatnya pertumbuhan penjualan, yaitu hanya mencapai 4,65% dari target 7,06% di tahun 2019. Tahun 2019 PLN menargetkan penjualan sebesar Rp 282,72 triliun tetapi hanya tercapai Rp 245,5 triliun. Sementara itu, penerimaan subsidi tahun 2019 sebesar Rp 52,67 triliun dari kebutuhan sebesar Rp 65,32 triliun. Adapun nilai dividen yang dibayarkan PLN pada 2019 mencapai Rp 4 triliun.

Pada sisi lain, guna mendukung pertumbuhan kelistrikan di Indonesia, PLN juga rutin berinvestasi tiap tahun. Kebutuhan dana investasi selama lima tahun terakhir berkisar Rp 100 triliun-140 triliun per tahun. Kebutuhan dana investasi yang besar ini tentu berdampak pada peningkatan biaya mengingat bunga bank saat ini berkisar 8-9% per tahun.

Untuk menekan cost, PLN menjalin kerjasama dengan McKinsey untuk mengidentifikasi pos atau kegiatan mana saja yang kurang efisien yang nantinya bisa dihemat. PLN juga tengah me-review struktur organisasi, proses kerja, dan Key Performane Indocators. “Diharapkan dalam 2-3 bulan ke depan sudah ada rekomendasinya,” ujar Zulkifli.

Peningkatan revenue akan dilakukan melalui berbagai cara. Misalnya, Zulkifli mengisyaratkan PLN akan masuk ke bisnis jasa instalasi listrik yang sangat dibutuhkan masyarakat. “Selama ini sudah banyak yang menawarkan jasa ini, tetapi masyarakat tidak tahu mana yang bersertifikat dan yang tidak,” katanya.

Yang tak kalah menarik, PLN akan meningkatkan jasa Listrik Wealth Management seperti yang ada di perbankan, yaitu dengan memberikan layanan premium kepada pelanggan premium. “Jika 10% saja dari pelanggan PLN yang mencapai 75,7 juta menjadi pelanggan premium, jumlahnya sudah akan mencapai 7,5 juta pelanggan,” katanya penuh optimistis.

Kepada pelanggan premium ini, akan diberikan layanan yang premium pula, seperti fasilitas back-up yang menjamin listrik tidak akan pernah padam dan instalasi yang mendukung pemakaian kompor listrik. Dalam rangka program mobil listrik, PLN pun akan memfasilitasi top-up daya listrik agar pelanggan bisa mengisi baterai dari rumah masing-masing. Pelbagai upaya tersebut diharapkan akan meningkatkan revenue PLN.

PLN juga akan terus menekan pemakaian minyak sebagai bahan bakar (BBM) dengan terus meningkatkan pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara dan air. Jika pada 2015 porsi pembangkit listrik dengan BBM mencapai 8,3%, pada 2019 semakin menurun menjadi 3,61%.

Sementara itu, untuk peningkatan bauran energi listrik terbarukan, dari 12% menjadi 23% pada 2025, diakui Zulkifli memang sangat menantang. Namun, dia tetap optimistis mengingat adanya tren teknologi pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) yang semakin murah. Begitu pula dengan harga baterai penyimpanan yang juga semakin murah.

Dalam rangka peningkatan pembangkit EBT, baru-baru ini Zulkifli menandatangani kerjasama dengan perusahaan Abu Dhabi, Masdar, untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata yang berkapasitas 145 MW dengan investasi US$ 129 juta. Pembangunan PLTS terapung ini dinilai sangat feasible karena tidak memerlukan pembebasan tanah. Karena itu, menurutnya, ke depan akan semakin diperbanyak membangun PLTS terapung di atas waduk dan danau.

Namun di atas itu semua, Zulkifli menekankan adanya 4 Poin Utama Perusahaan yang harus dijalankan oleh seluruh karyawan. Begitu penting dan urgent-nya keempat poin itu, dia membacakan pesan tersebut dengan sangat jelas di bagian awal dari sambutannya dalam acara di atas yang juga dihadiri jajaran direksi PLN. “Terserah apakah ini dicatat atau tidak, tetapi saya akan terus dan terus mengingatkan untuk dijalankan,” katanya serius.

Empat Poin Utama Perusahaan itu meliputi (1) Menjalankan Good Corporate Governance; (2) Memiliki budaya melayani, bukan dilayani; (3) Bekerja dengan penuh tanggung jawab, akuntabilitas tinggi, ownership terhadap tugas dan target, diiringi dengan kemampuan eksekusi yang prima; berkomitmen merealisasikan rencana yang sudah dibuat tanpa banyak alasan, (4) PLN harus memiliki kemampuan membiayai mandat yang telah diberikan oleh pemerintah kepada PLN. Untuk itu, PLN harus memiliki rasio keuangan yang baik, memiliki cashflow yang baik dan sustain, memiliki EBITDA yang sehat dan meningkat, serta mampu menjadi perusahaan yang lebih efisien. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved