Management Strategy

Frisian Flag Jawab Tantangan Masalah Gizi Anak di Tanah Air

Frisian Flag Jawab Tantangan Masalah Gizi Anak di Tanah Air

Berdasarkan studi dari South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS) 2012, ada beberapa permasalahan krusial terkait status gizi anak yang terjadi di negara kita. Diantaranya adalah rata-rata rata-rata berat dan tinggi badan anak laki-laki maupun perempuan di Indonesia masih di bawah standar WHO. Untuk berat badan, pada umumnya anak di Indonesia lebih rendah 1,5-6 kg. Sementara tinggi badan lebih rendah 5-9 cm. “Jadi masalah utamanya adalah anak pendek dengan prevelensi 22-36,6% dan berat badan kurang dengan prevelensi 22-32,7%. Dan status prevelensi yang tinggi justru terjadi pada anak usia sekolah yakni 9-12 tahun,”terang Moesijanti Soekatri, MCN, PhD, selaku ketua dan tim SEANUTS.

Frisian Flag Jawab Tantangan Masalah Gizi Anak Tanah Air

Frisian Flag Jawab Tantangan Masalah Gizi Anak Tanah Air

Hal tersebut kemudian diperparah dengan masih kurangnya konsumsi zat gizi yang meliputi energi, protein, vitamin, dan mineral. Selain itu asupan vitamin D dan aktivitas di luar ruangan terbilang masih kurang sehingga makin menghambat tumbuh kembang anak. Untuk defisiensi vitamin D sendiri bahkan mencapai sepertiga hingga dua per tiga dari yang dibutuhkan. “Ini dibuktikan dari, 60-85% sampel anak usia sekolah (5-12 tahun) yang jarang mengkonsumsi susu,” terang Sandjaja, MPH, Dr. PH, selaku Ketua Tim Riset SEANUTS Indonesia.

Melihat fakta di atas, Prof. Dr. Ir. Hardinsyah MS, Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia menambahkan bahwa logikanya anak-anak usia sekolah harus memperbanyak konsumsi pangan hewani, dimana di dalamnya terkandung banyak unsur protein dan mineral. Sayangnya, banyak anak sekarang yang justru kurang mengkonsumsi makanan tersebut. Ditambah lagi dengan makin mahalnya harga buah dan sayur sehingga makin memperburuk keadaan. Jikalau impor, Prof. Hardin juga masih pesimis, sebab saat ini aktivitas impor buah juga masih dibatasi. Lantas bagaimana solusinya? Salah satu yang disarankan Prof. Hardin adalah dengan melakukan penitipan zat gizi ke dalam produk-produk makanan atau minuman olahan. Solusi lainnya, lanjut Prof Hardin, pihak swasta juga perlu melakukan penghematan produksi misalnya dari segi kemasan harus diakali supaya dapat mengefisienkan biaya.

Frisian Flag adalah salah satu yang membaca peluang tersebut dengan menghadirkan Susu Cair RTD (Ready To Drink) yang affordable bagi masyarakat segala segmen. “Kami berproduksi tanpa harus menghabiskan sumber daya berlebih. Semakin tinggi produksi, semakin efisien pula penggunaan air, listrik, dsb. Makanya kami berhasil mendapatkan kategori green industry,” terang Andrew F. Saputro, Head of Public and Regulatory Affairs.

Selain itu, Frisian Flag juga memiliki satu produk yang menjadi produk pertama sekaligus andalannya yaitu susu kental manis. “Istilahnya ini adalah kakek dari semua produk Frisian Flag Indonesia. Umurnya sudah 92 tahun. Riset membuktikan bahwa penetrasinya mencapai 90% di tingkat rumah tangga Indonesia. Sementara yang lain beragam,” pungkasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved