Management Strategy

Gangga Sukta Sulap Limbah Jadi Kerajinan Cantik

Gangga Sukta Sulap Limbah Jadi Kerajinan Cantik

Apa yang ada di pikiran kita saat mendengar limbah rumah tangga? Bau, jijik, kotor, dan lainnya. Tapi, tahukah kalau limbah rumah tangga bisa disulap menjadi kerajinan yang indah dan menarik.

CV Gangga Sukta merupakan perusahaan yang mengekspor kerajinan yang terbuat dari limbah rumah tangga yang tidak terpakai seperti kulit telur, kayu bekas, dan akar pohon.

Dari bahan-bahan itu lalu dibuat aneka kerajinan cantik seperti jerapah, gajah, burung hantu, topeng, bebek, dan lain-lain. CV Gangga Sukta pertama kali mendapatkan buyer ketika mereka membuka toko di Pasar Sukowati, Bali.

Saat itu, mereka mengekspor dengan menggunakan kargo lain. Barulah pada tahun 2000 CV Gangga Sukta mulai mengekspor sendiri dengan negara tujuan Kanada. Kini, mereka memiliki 2 toko yang ada di jalan Andong dan pasar Sukowati.

“Setiap bulan, kami dapat memproduksi 3-4 kontainer 40ft,” kata Owner CV Gangga Sukta, Putu Gede Widnyana di Gedung Kementerian Perdagangan.

kerajinan

Untuk meningkatkan penjualan, perseroan menjamin produknya berkualitas serta menawarkan beragam desain yang menarik. Setiap bulan, dua desainer yang dimiliki mengeluarkan desain baru nan unik agar pembeli tak lekas bosan. “Sebulan ada 10 design baru. Tapi, belum tentu juga buyer suka (semuanya),” katanya.

Pasar ekspor CV Gangga Sukta saat ini adalah Amerika, Kanada, Jerman, Belanda, dan Malaysia. Amerika masih menjadi pasar terbesar. Setiap tahun, lanjut dia, pasar ekspor ini terus naik sekitar 70%. “Detilnya saya tidak ada datanya, tapi sudah mencapai miliaran dolar AS,” kata dia.

Meski begitu, Putu Gede mengakui ada dua kesulitan terbesar yang dihadapi saat ini, yakni kebutuhan bahan baku yang tinggi serta desain yang sering dijiplak pemain lain. Pasalnya, perseroan memasarkan produk lewat internet.

“Sehingga, banyak pengrajin lain curang. Mereka meniru desain yang kami buat. Bahkan ada yang sama persis. Sampai sekarang saya belum bisa menemukan cara menanggulanginya,” ujar dia.

Selain itu, perseroan juga harus menghadapi ketatnya persaingan harga. Beruntung, perseroan telah memiliki sekitar 30-an pengrajin sendiri dan supplier bahan baku sendiri. Sehingga, biaya bisa dihemat.

Namun, kadang langkah memakai jasa outsource kerap dilakukan saat pesanan membludak. Tapi, biasanya hanya mengerjakan finishing-nya demi menjaga kualitas produk yang banyak menyasar segmen kelas menengah.

“Saya mengharapkan pemerintah bisa membantu eksportir seperti kami untuk memasarkan produk atau menjadi sponsor untuk pameran di luar negeri. Kami sering mengikuti pameran di Jerman,” ujar dia. (Reportase: Maria Hudaibyah Azzahra)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved