Management

GAPKI: Tahun 2013 Industri Sawit Menjanjikan

GAPKI: Tahun 2013 Industri Sawit Menjanjikan

Kendati tahun 2012 terjadi penurunan harga komoditas di pasar internasional yang berimbas pada penurunan pendapatan perusahaan kelapa sawit dalam negeri, namun tahun 2013 diyakini lebih cerah prospeknya. “Tahun ini industri sawit kami harapkan tetap cerah dan menjanjikan,” ujar Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia.

Optimisme GAPKI bukan tanpa alasan. Menurut para ahli kelapa sawit, tahun ini permintaan minyak nabati akan meningkat, sekitar 4 juta ton. Momen ini menjadi peluang bagi minyak sawit untuk berperan lebih besar.

Kesempatan emas itu dapat diraih apabila beberapa masalah besar di industri sawit dapat diselesaikan. “Ada 4 pekerjaan rumah yang harus dituntaskan,” tukas Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal GAPKI.

Pertama, tidak memperpanjang berlakunya moratorium izin baru pada hutan primer dan lahan gambut. GAPKI mengusulkan agar moratorium tidak diperpanjang, karena menghambat ekspansi perkebunan kelapa sawit. Untuk mengurangi deforestasi yang dibutuhkan adalah kejelasan tata ruang, sehingga memberi kejelasan terhadap ekspansi sawit. “Pemberlakuan moratorium saat ini kurang efektif dan tidak sesuai dengan semangat Inpres. Bahkan, seharusnya pemerintah fokus pada substansial masalah, yaitu tata ruang,” kata Joko.

Kedua, penyelesaian tata ruang. Kepastian hukum tentang tata ruang mutlak dibutuhkan agar rencana usaha dapat dilakukan dengan baik dan berkelanjutan. GAPKI berharap agar masalah RTRWP (Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi) dapat diselesaikan secepat mungkin. Penyelesaian tata ruang, khususnya penetapan kawasan hutan harus berpatokan pada keputusan MK No.34 dan 45 tahun 2012. Ironisnya, kata Joko, saat ini banyak wilayah yang abu-abu, sehingga membingungkan.

Ketiga, review atas regulasi pajak ekspor CPO (crude palm oil) sebagai antisipasi kebijakan Malaysia. Ini dilakukan terkait dengan respons atas langkah Malaysia dalam merevisi pajak eskpor (PE) CPO mulai Januari 2013 ini. Bila Indonesia tidak menempuh langkah serupa, dikhawatirkan daya saing Indonesia menjadi terancam dan pangsa pasar tergerus, khususnya untuk pasar CPO India. Itulah sebabnya GAPKI menghimbau agar pemerintah melakukan evaluasi dan revisi atas PE CPO. Sekadar informasi, sekarang pajak ekspor CPO Malaysia sebesar 4,5% – 8% dan Indonesia 7,5% – 22,5%.

Keempat, mendorong konsumsi dalam negeri melalui percepatan implementasi bahan bakar nabati nasional. Pengembangan industri hilir sawit yang sangat potensial bisa diserap pasar domestik adalah biodiesel. Untuk itu, GAPKI menyarankan agar penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar nasional menjadi program mandatory. Maka hilirisasi industri minyak sawit dalam negeri adalah mutlak. “Untuk produksi kelapa sawit dan turunannya Indonesia tahun 2013 akan naik menjadi 28 juta ton. Jika pasar global masih lesu, maka pemerintah harus menyiapkan pasar domestik untuk menyerapnya,” Joko menyarankan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved