Management Strategy

Gelar Batik Nusantara Targetkan Transaksi di Atas Rp 35 Miliar

Oleh Admin
Gelar Batik Nusantara Targetkan Transaksi di Atas Rp 35 Miliar

Kain batik sebenarnya bukan hanya ada di Pulau Jawa saja. Beberapa provinsi di luar Jawa juga punya kain batik khas sendiri, misalnya saja batik dari Papua. Semua kain batik tersebut bisa populer bila ditunjukkan lewat pameran, seperti melalui ajang Gelar Batik Nusantara (GBN), yang sekarang sedang berlangsung di Gedung JCC, Senayan-Jakarta, selama tanggal 17-21 Juli 2013. Kalau sudah dikenal, penjualan batik pun bisa lebih kencang.

Jultin Ginandjar Kartasasmita

Jultin Ginandjar Kartasasmita

“Ini (GBN) sudah kedelapan kali diadakan oleh kami, Yayasan Batik Indonesia. Ini diadakan setiap dua tahun sekali. Yang terakhir itu dua tahun lalu, tahun 2011,” terang Jultin Ginandjar Kartasasmita, Ketua Umum YBI kepada SWA Online, di sela-sela acara pembukaan GBN, di Jakarta, Rabu (17/7/2013).

Tahun ini, peserta pameran ada sekitar 420 stan. Mereka adalah perajin maupun pengusaha kain batik, ataupun jenis kain lainnya, dari seluruh Indonesia. Para peserta tersebut mengisi pameran yang mengangkat tema “InnoQuality.”

“Kenapa temanya itu? Supaya ada inovasi dan kualitas. Kualitas batik itu yang sekarang ditekankan, karena batik itu kan sudah memasyarakat sekali, ada di mana-mana. Tetapi, kita tidak tahu kualitasnya, ada yang printing, ada yang apa. Nah, dalam pameran ini kami (menunjukkan) kualitas dan inovasi bagaimana batik ke depan,” papar dia.

Gelar Batik Nusantara 2013

Gelar Batik Nusantara 2013

Bersama dengan Kementerian Perdagangan, YBI berusaha memperlihatkan kepada para peserta pameran seperti apa perkembangan dunia batik nasional. Hal itu ditunjukkan melalui Zona Ikon Batik Nusantara. Di zona tersebut, pengunjung bisa melihat seperti apa corak batik yang ada, termasuk juga pakem-pakem batik Jawa dari Pekalongan, Rembang, Kudus, hingga Solo.

“Perhelatan ini diharapkan dapat menumbuhkan perhatian dan minat masyarakat terhadap produk budaya Indonesia, khususnya batik yang merupakan salah satu warisan budaya yang dapat mencerminkan kekayaan bangsa Indonesia,” tambah Gusmardi Bustami, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan.

Selain sebagai produk budaya Indonesia, batik juga telah menjadi penggerak perekonomian. Bisnis batik tak hanya menguntungkan pedagang, tetapi juga perajin dan pihak terkait, seperti pembuat canting. Apalagi batik semakin popular di mancanegara sehingga potensi penjualannya pun lebih besar.

Jultin pun mengutarakan bahwa pembeli (buyers) dari Afrika dan Timur Tengah biasanya banyak datang ke GBN. “Buyers dari luar negeri, kebanyakan dari Afrika. Mereka sangat senang sekali batik kita,” imbuhnya sembari menambahkan bahwa biasanya pembeli dari Afrika lebih menyasar batik dengan harga menengah.

Sebagai informasi, berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sepanjang tahun 2008-2012 rata-rata pertumbuhan ekspor batik sebesar 33,83 persen. Pada tahun 2012 nilainya mencapai US$ 278 juta. Dan pada triwulan pertama tahun 2013, ekspor Indonesia telah mengalami pertumbuhan sebesar 18,49 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Negara-negara tujuan ekspor batik, antara lain Amerika Serikat, Belgia, Jerman, Inggris, Jepang, dan Korea Selatan.

Multiplier effect dari perdagangan batik semakin nyata, baik dari nilai produksi maupun tenaga kerja yang diserap. Dengan nilai ekonomi yang terus mengalami peningkatan, batik semakin berpeluang besar menjadi salah satu ikon nation branding Indonesia,” Gusmardi menambahkan.

Jultin lalu menuturkan, di GBN tahun ini, YBI menargetkan penjualan bisa di atas realisasi tahun 2011 yang mencapai Rp 35 miliar. “Setiap ada Gelar Batik Nusantara selalu naik targetnya. Inginnya lebih dari Rp 35 miliar. Jangan sampai mundur dari dua tahun yang lalu dong,” tegas dia. Selain itu, pameran juga membidik jumlah pengunjung bisa sampai 100.000 orang. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved