Management Strategy

Genjot KPR, Ini Sumber Pendanaan BTN

Genjot KPR, Ini Sumber Pendanaan BTN

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) akan menerbitkan obligasi senilai Rp 3 triliun pada tahun ini untuk mendukung target pertumbuhan kredit 19% pada tahun ini atau sekitar Rp 125 triliun. Rencananya, dana hasil penerbitan obligasi sudah bisa digunakan pada Juli mendatang. Nantinya, obligasi ini memiliki tiga tranch, yakni yang berjangka waktu 5 tahun, 7 tahun, dan 10 tahun.

“Kami sudah meminta izin kepada OJK (Otoritas Jasa Keuangan), sudah menunjuk beberapa lembaga penjamin, seperti CIMB Securities, Danareksa Securities, dan BCA Sekuritas,” kata Direktur BTN Iman Nugroho Soeko di sela-sela Institutional Investor Day 2015 di Gedung Bursa Efek Indonesia, Rabu (22/4).

Selain itu, perseroan juga telah menyiapkan penerbitan Kontrak Investasi Kolektif-Efek Beragun Aset (KIK-EBA) serta KIK-EBA berbentuk Surat Partisipasi (KIK-EBASP), masing-masing senilai Rp 1,5 triliun. Danareksa Securities siap membantu penerbitan KIK-EBA, sementara untuk KIK-EBASP akan sepenuhnya diserap PT Sarana Multigriya Finansial (Persero). “Kami mengharapkan dananya sudah masuk pada Juni mendatang,” katanya.

Direktur BTN Iman Nugroho Soeko (Foto: IST)

Direktur BTN Iman Nugroho Soeko (Foto: IST)

Menurut Iman, perseroan juga akan mengoptimalkan pendanaan dari penerbitan Negotiable Certificate Of Deposit (NCD) berjangka waktu 6 bulan hingga 1,5 tahun, senilai Rp 1 triliun, dalam waktu dekat ini dengan bantuan DBS Securities. Prospek penerbitan NCD terbukti bagus karena sebelumnya bank pelat merah yang fokus di pembiayaan perumahan itu sudah pernah menerbitkan instrumen ini pada Januari-Februari lalu dan responsnya bagus. “Suku bunga untuk NCD nanti mengacu pada suku bunga deposito,” ujarnya.

Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, perseroan akan mendukung target pembangunan 1 juta rumah yang diusung pemerintah. Untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah dan belum mampu membeli rumah akan dibantu dalam bentuk rumah susun sewa (rusunawa). Potensinya mencapai 160 ribu unit. Sementara, pembiayaan rumah bersubsidi dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) mencapai 460 ribu unit. Untuk golongan menengah, perseroan ikut membiayai 460 ribu unit. “Untuk program pembangunan satu juta rumah, BTN juga mendapatkan pinjaman dari ADB (Bank Pembangunan Asia) sebesar US$190 juta atau setara dengan Rp 2,45 triliun,” katanya.

Ia memerkirakan kebutuhan pembiayaan untuk menjawab kekurangan hunian di Indonesia mencapai Rp 1.200 triliun untuk beberapa tahun mendatang. Hal itu mengacu pada data backlog perumahan saat ini sekitar 13,6 juta unit dengan rata-rata harga rumah Rp 120 juta. Pembangunan rumah untuk rakyat hanya bisa mencapai sebanyak 300-400 ribu per tahun. Hal itu karena ada beberapa permasalahan.

Seperti keterbatasan lahan dan harga tanah yang cepat naik. Kedua, masalah perizinan yang lama dan minimnya infrastruktur. Sumber pembiayaan juga masih mengandalkan perbankan yang sebenarnya lebih banyak didominasi dana-dana jangka pendek.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved