Management Editor's Choice

Hasnul Suhaimi: Genjot Pertumbuhan Melalui Optimalisasi Penggunaan Data

Hasnul Suhaimi: Genjot Pertumbuhan Melalui Optimalisasi Penggunaan Data

Presiden Direktur PT XL Axiata, Hasnul Suhaimi, menyatakan, belakangan ini banyak yang mengatakan, industri telekomunikasi sudah saturated. Memang, hal itu tidak salah. Saat ini jumlah pelanggan telko sudah mencapai 270 juta (110% penetrasi). Lantas, apakah ke depan benar-benar saturated? Apakah ini artinya industri telekomunikasi tidak mampu tumbuh? Tidak juga.

Hasnul Suhaimi, XL Axiata, telekomunikasi, selular, data

Hasnul Suhaimi

Dulu tantangan industri telekomunikasi adalah mencari pelanggan baru tiap tahun. Sekarang tidak bisa seperti itu. Saat ini perilaku konsumen telko sudah berubah. Sekarang, penggunaan data semakin besar. Skema kontribusi sekarang berubah menjadi 25% (data & konten), 25% SMS, dan 50% (voice).

Ini membuktikan data menjadi kekuatan. Makanya, tantangannya tahun depan adalah dengan memberikan produk-produk yang sifatnya data kepada existing costumer. Sebab, konten, aplikasi, dan data menjadi kekuatan industri telekomunikasi.

Saya optimistis industri telekomunikasi tetap akan tumbuh. Perkiraan saya, tahun depan tumbuh 7% sampai 8%. Kelihatannya memang tidak besar. Namun, angka tersebut cukup signifikan mengingat market sudah saturated.

Salah satu cara menggenjot pertumbuhan melalui optimalisasi penggunaan data. Sebagai gambaran, 60% pelanggan XL setidaknya sebulan sekali mengakses data. Tapi, saat ini akses data dari pelanggan baru sebatas text dan gambar saja.

Padahal, ada movie seperti Youtube dan lainnya. Itu memang ada pengaksesnya. Tapi belum banyak. Karena jaringan belum bagus. Makanya tahun ini kami membangun 11 ribu BTS (Base Transceiver Station) 3G sehingga kami punya 36.101 BTS (target hingga akhir tahun 39 ribu BTS). Tujuannya agar tahun depan, jaringan menjadi lebih bagus. Sehingga, orang makin comfortable untuk mengakses data.

Tahun ini, XL Axiata melakukan investasi untuk persiapan peningkatan jaringan. Salah satunya, seperti saya sebut tadi: penambahan BTS. Kondisi ini berimbas pada cash flow. Beberapa pemberitaan media mengatakan perusahaan kami tidak tumbuh atau stagnan. Meski kenyataannya kami tetap tumbuh.

Saya kira akan ada semacam cyclical. Dulu tahun 2006, pendapatan kami Rp 6,4 triliun dengan keuuntungan Rp 650 miliar. Lalu tahun 2007 ada pembangunan dan penurunan harga, akibatnya cost naik. Sehingga, net income tahun 2007 turun menjadi Rp 250 miliar. Tahun 2008 minus Rp 15 miliar. Tapi tahun 2009, pendapatan Rp 1,7 triliun dan menjadi Rp 2,9 triliun tahun 2010.

Bagaimana dengan investasi untuk pelayanan data? Saat ini bisa dibilang grafik pengguna data dengan traffic, investment, cost, dan revenue belum berimbang. Trafik naik, investment naik, cost naik, tetapi revenue masih datar. Ini terlihat sangat tricky bagi kami. Tapi, saya optimistis siklus waktu akan ada untuk mencapai economic scale sehingga profitabilitas akan recover. Rata-rata industri telko di dunia mengalami hal seperti ini.

Optimisme ini juga muncul dari besarnya kelas menengah. Saat ini ada sekitar 130 juta orang Indonesia di golongan ini. Kelas ini akan tumbuh 7 juta per tahunnya. Tentu ini sangat berpengaruh pada industri telko. Komunikasi canggih menjadi kebutuhan “primer”. Ditambah lagi, harga smartphone semakin murah. Ini artinya, daya beli meningkat, cost menurun. Kondisi ini akan meningkatkan akses data dan penggunaan sarana telekomunikasi secara umum.

Kekuatan kelas menangah tersebut makin bertambah dengan adanya rencana kenaikan UMR. Tapi di sisi lain, kenaikan UMR ini ada negatifnya. Ketika UMR naik, tapi cost tidak kompetitif, bahaya juga bagi beberapa perusahaan. Kalau industri-industri tersebut tutup atau merelokasi ke negara lain, maka jumlah pengangguran meningkat. Daya beli otomatis juga berkurang.

Memang, secara perusahaan, XL Axiata tidak ada masalah dengan UMR. Saya kira ini juga berlaku bagi perusahaan telekomunikasi lainnya. Sebagai sebuah perusahaan, pelaku bisnis, pada prinsipnya kami selalu mengikuti regulasi pemerintah.

Namun, tentu saja harapannya agar regulasi juga mempertimbangkan kepentingan masyarakat. Misalnya, tentang rencana pemberian cukai pulsa. Sangat mungkin konsumen menanggung beban. Sebaiknya dipertimbangkan lagi ketika akan membuat regulasi. Apalagi biasanya perusahaan memiliki plan jangka panjang (5 tahunan). Ketika dalam waktu plan tersebut ada perubahan regulasi, tentu saja akan berpengaruh pada bisnis.

Apalagi, dunia telekomunikasi berubah sangat cepat. Perubahan dari sisi teknologi maupun konsumen. Tentu saja perusahaan mesti cepat mengadaptasi perubahan tersebut. Misalnya, sumber daya manusia yang bisa beradaptasi pula. Ambil contoh teknologi telex dan telegram tidak bisa serta merta pindah ke telepon, karena perlu skill yang berbeda. Begitu pula antara telepon fix line ke mobile ke internet ke content. Tidak semua orang bisa beradaptasi dan meng-upgrade skill–nya.

Nah, dengan cepatnya perubahan tersebut, kami tidak bisa menempatkan orang dengan status pegawai tetap. Terlalu costly untuk jangka panjang. Solusinya, kami mengontrak orang untuk menempati pos-pos yang membutuhkan perubahan cepat. Misalnya, untuk divisi konten. Karena, bisnis konten tidak pasti. Ada konten yang tiba-tiba laku keras. Kalau tidak laku, ya tutup. Makanya, kami terapkan kontrak. Kontrak di sini artinya, kontrak profesional. Seperti kontrak para direksi. Tentunya dengan tanpa melanggar aturan.

Seperti halnya Corporate Governance. Hal itu adalah sesuatu yang mutlak. Di XL, industri yang cepat butuh pemikiran yang out of the box. Governance selalu datang bersamaan dengan saat akan mengambil keputusan bisnis. Di XL, tiap ada rapat BOD selalu diikuti oleh Corporate Secretary yang bertugas untuk mengawasi governance. Jadi, ketika akan mengambil keputusan selalu dilihat mana saja yang sesuai dengan governance. Tidak boleh governance dulu. Kalau semua dibatasi, maka ide kreatif tidak keluar.

Bagaimana dengan pengabdian ke masyarakat? Tidak saja, tentang charity yang kami berikan. Kami juga memberdayakan orang berdaya supaya bisa bersaing di kancah global. Mulai tahun ini, kami punya program pendidikan leadership XL Feature Leaders. Saat ini ada 130 mahasiswa (dari 5543 pendaftar) terpilih mengikuti program selama dua tahun tersebut.

Proses pendidikan dan bimbingan bagi peserta mengacu pada kurikulum yang dirancang oleh XL, bekerjasama dengan Cognition—lembaga pendidikan global. Pada kurikulum ini, peserta antara lain akan mendapatkan materi yang menekankan pada tiga kompetensi yaitu: Komunikasi Efektif, Jiwa Kewirausahaan dan Inovasi, serta Mengelola Perubahan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved