Management Strategy

HR Astra Sedaya Finance: Membuat Lingkungan Kerja yang Nyaman

Oleh Dibi
HR Astra Sedaya Finance: Membuat Lingkungan Kerja yang Nyaman

Dari keempat pembicara pada acara HR Excellence Award 2016 & HR Future Leader Award 2016 (24/2), Siswadi, Direktur PT Astra Sedaya Finance (ASF), adalah salah seorang yang paling jenaka. Bayangkan saja, meski materi yang disampaikannya adalah mengenai HR Transformation, Siswadi mengaku baru menduduki jabatan di lini HR ini selama 2 tahun dari 25 tahun kariernya. “Selama 23 tahun dari karier saya, justru saya habiskan untuk melawan orang-orang di posisi HR dan mohon maaf jika cara saya menyampaikan materi tidak seperti orang yang expert di bidang ini. Berbelas kasihanlah dan jangan melemparkan banyak pertanyaan pada saya,” ucapnya seraya mengawali presentasi sambil diikuti gelak tawa para tamu dari acara tersebut. Sebelum lebih spesifik menjelaskan materi yang dia bawakan, Siswadi memperkenalkan PT Astra Sedaya Finance terlebih dahulu.

Perusahaan tersebut secara umum memang lebih dikenal dengan merek usahanya yang bernama Astra Credit Companies atau ACC. Meskipun dulu khusus dibuat untuk melayani pembiayaan mobil dan alat berat, ACC telah melakukan perluasan usaha di bawah pengawasan OJK. Perusahaan itu kini juga melayani pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja, pembiayaan multiguna dan sewa operasi.

Melanjutkan presentasinya mengenai HR Transformation, Siswadi memberikan gambaran yang menarik mengenai fungsi HR sejatinya dalam sebuah perusahaan. “Kita semua sepakat kalau air mendidih di suhu 100° celcius, tapi kita harus ingat, air mendidih di suhu tersebut pada tekanan 1 atmosfer. Ketika kita bawa ke puncak gunung, air tidak akan mendidih di 100° celcius, karena tekanan atmosfernya berbeda. Bisnis, adalah tentang bagaimana secara efektif dan efisien membuat air bisa mendidih di 100° celcius. Di sinilah fungsi HR yang sesungguhnya, yaitu membuat tekanan di organisasi tetap 1 atmosfer apa pun yang terjadi,” tuturnya mantap.

Ini artinya fungsi HR memang harus menyeluruh supaya kondisi di kantor tetap kondusif sehingga target bisnis yang diinginkan bisa tercapai sesuai ekspektasi. Analogi ini nampaknya berangkat dari jargon ‘create environment for people to perform’ yang Siswadi klaim sebagai filosofi kepemimpinannya di HR. “Jadi yang kami usahakan itu bukanlah sistem HR yang lebih bagus, bukan sistem HR yang lebih canggih, go online atau apapun. Kita punya semuanya. Tapi yang kami lakukan di unit bisnis kami adalah membuat lingkungan kerja yang nyaman sehingga semua lini bisa perform dengan baik,” jelas Siswadi.

Demi mendukung kinerjanya membuat lingkungan yang ideal tersebut, Siswadi menerapkan sebuah prinsip. Jika dulu fungsi HR hanya berbicara tentang enabler function seperti rekrutmen hingga regenerasi, sekarang dia beralih ke sebuah prinsip yang diberi nama 6 pilar. Tentunya 6 pilar ini berfungsi untuk menumbuhkan lingkungan yang kondusif bagi bisnis. Prinsip tersebut berangkat dari pemahaman Siswadi bahwa fungsi HR sejatinya adalah sebagai partner dari CEO bukan hanya pendukung dari fungsi perusahaan.

Yang pertama, HR harus bisa menjadi operation partner.”HR bukanlah sumber daya dari sebuah operation, tetapi HR adalah supplier sumber daya tersebut, salah satunya yaitu dengan menyediakan tenaga kerja yang dibutuhkan,” jelasnya. Dia menambahkan juga dalam poin ini bahwa HR harus ikut berperan aktif dalam manajemen proses perusahaan secara strategis.

Yang kedua, HR adalah Organization Developer. HR harus mampu mengembangkan desain infrastruktur organisasi yang sesuai dengan strategi perusahaan. “Semua yang HR lakukan harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan bisnis,” tuturnya. Yang ketiga, Talent Transformer. Dalam hal ini, Siswadi percaya bahwa HR tidak mampu bekerja sendirian dalam membuat karyawan berprestasi. Atasan tetap memiliki peran penting di sini. “Lebih baik disayang bos daripada disayang HRD,” tuturnya bercanda. Siswadi menjelaskan bahwa karyawan yang mungkin sudah diuji oleh HR dan memiliki kemampuan yang baik, jika tidak menerima dukungan dari atasannya maka tidak akan berkembang. Begitu pula sebaliknya, jika karyawan yang biasa-biasa saja menadapatkan dukungan yang dibutuhkan dari atasan, perkembangannya akan baik. “Proses talent transformation bukanlah tanggung jawab dari HR, tetapi dari manager yang bersangkutan,” jelas Siswadi.

Siswadi, Direktur HR Astra Sedaya Finance

Sharping Culture adalah poin keempat dari 6 pilar yang disampaikan oleh HR Astra Sedaya Finance tersebut. Dia menjelaskan bahwa ketiga poin terakhir dalam 6 pilar itu adalah yang perannya paling signifikan dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi bisnis untuk bertumbuh. Sharping Culture di sini maksudnya adalah membentuk budaya bekerja di kantor. Siswadi menerangkan bahwa dalam proses ini, segala sesuatunya dimulai dari atasan. Atasan harus menjadi role model dalam pembentukan budaya kerja yang diinginkan. “Dengan seperti ini kita bisa yakin bahwa karyawan kita 100% tahu, mengerti, dan paham isi budaya kami,” tambahnya. Demi memastikan budaya perusahaan mencapai seluruh lapisan perusahaan, dia mengaku bahwa tim HR Astra sedaya Finance tidak tanggung-tanggung dalam membuat program. Mereka mengharuskan anggota Board of Director untuk mengunjungi bahkan hingga cabang terkecil perusahaan tersebut.

Poin ke lima dalam presentasi tersebut adalah Leading Change. Maksudnya di sini, HR memimpin dalam rekrutmen dan regenerasi karyawan seperti dalam fungsi tradisionalnya. Dia menjelaskan bahwa program rekrutmen, pelatihan, dan pengembangan karyawan desainnya tidak lepas dari strategi bisnis perusahaan. Ini menyebabkan bertumbuhnya angka rekrutmen tenaga kerja terutama di posisi Handling Officer dari 418 orang karyawan pada 2014 menjadi 702 orang di tahun 2015. Poin terakhir dalam presentasi Siswadi adalah Process Expert. “Kita sebagai HR berperan sebagai Process Expert di perusahaan. Artinya di sini kitalah yang membuat HR policy tapi yang melakukan aturan-aturan tersebut adalah para manager, jika ada yang tidak mereka ketahui, tanyakan kepada kami,” jelasnya. Mulai dari pembuatan Industrial Relations Management, Reward Management, hingga pembuatan Guidance Policy dan Employee Self Service Regulation menjadi tanggung jawab HR Astra Sedaya Finance dan mereka berperan sebagai pengawas pelaksanaan seluruh aturan tersebut.

Menjadi HR di sebuah perusahaan layaknya menjadi insinyur yang piawai. Bekerja di belakang layar untuk memastikan setiap gerigi mesin perusahaan berjalan lancar. Mulai dari man management hingga memahami arah bisnis, HR harus serba bisa agar menghasilkan aturan yang sesuai. Berkaitan dengan man management, di sela-sela presentasinya Siswadi menyampaikan bahwa membuat karyawan senang sebenarnya tidak sulit. “Dengan kita melakukan hal kecil seperti menyapa karyawan saja, karyawan sudah merasa senang dan dihargai,” katanya. Apalagi jika kita melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar menyapa. Pelajaran ini justru dia dapatkan dari pengalamannya selama 23 tahun bekerja di luar bidang HR. Saat itu dia merasa HR tidak melakukan pendekatan yang baik kepada karyawan. Pada akhirnya, semua daya dan upaya HR adalah demi membuat tekanan udara terus berada di 1 atmosfer sehingga air bisa tetap mendidih di suhu 100° celsius. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved