Management Strategy

HSBC Andalkan Konektivitas di MEA

HSBC Andalkan Konektivitas di MEA

Era perdagangan bebas di kawasan ASEAN (MEA) akan segera bergulir mulai akhir tahun ini. Volume ekspor dan impor di antara sesama negara ASEAN bakal melambung. Bank HSBC Indonesia telah bersiap menyambut peluang besar di hadapan.

“Kami menawarkan keunggulan, yakni menghubungan pengusaha di Indonesia dengan pengusaha dari negara lain di kawasan ASEAN. Ini tidak bisa diberikan bank domestik,” kata CEO HSBC Indonesia Sumit Dutta di Jakarta.

Menurut dia, HSBC Indonesia adalah bagian dari The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited yang memiliki lebih dari 300 jaringan kantor cabang di 30 negara. Dengan fokus ke komersial dan korporasi, peluang kerjasama usaha akan semakin terbuka lebar.

“Kegiatan ekspor-impor akan lebih mudah. Pengusaha Indonesia dan negara ASEAN lainnya tentu mencari rekan bisnis di negara tujuan. Kami bisa membantu mempertemukan mereka,” katanya.

CEO HSBC Indonesia Sumit Dutta (kanan)

CEO HSBC Indonesia Sumit Dutta (kanan)

Dia menjelaskan, Indonesia adalah negara tujuan investasi paling menarik di kawasan ASEAN. Dengan jumlah penduduk 251 juta, atau 41% dari total populasi di ASEAN, negeri yang dipimpin Joko Widodo dan Jusuf Kalla ini adalah pasar terbesar di Asia Tenggara.

Apalagi, jumlah kelas menengah di Indonesia melonjak tajam sejak 2003 silam. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih berpeluang tumbuh pesat dalam beberapa tahun ke depan. Saat ini, PDB RI baru US$ 888,6 miliar, atau 36% dari total PDB negara-negara di ASEAN.

“Presiden Jokowi juga telah berkomitmen mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah. Sehingga, nantinya pertumbuhan ekonomi tak hanya datang dari Jakarta, tetapi juga dari kota-kota besar lainnya di seluruh Indonesia,” katanya.

Berdasarkan riset dari McKinsey Global Institute, Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-7 di dunia pada 2030 mendatang. Ini disebabkan adanya bonus demografi, yakni tingginya jumlah penduduk dalam masa produktif, antara 15 hingga 64 tahun.

Penduduk usia produktif itulah yang akan menggerakan roda perekonomian negara. Konsumsi dari 135 juta penduduk adalah motor pertumbuhan ekonomi. Sekitar 71% populasi di perkotaan akan menyumbang 86% PDB. Potensi pasar di sektor konsumsi, jasa, agribisnis dan perikanan, komoditas, serta pendidikan mencapai US$ 1,8 triliun.

“Dengan infrastruktur yang memadai, ekonomi RI juga tak akan lagi bertumpu pada ekspor komoditas. Pemerintah akan menggenjot industri pengolahan agar bisa menghasilkan nilai tambah untuk perekonomian nasional,” ujarnya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved