Management Technology Trends Economic Issues

Implementasi Smart City Harus Terintegrasi Antar Sektor Pembangunan

Implementasi Smart City Harus Terintegrasi Antar Sektor Pembangunan
Iwan Prijanto, Ketua Umum Green Building Council Indonesia dan CEO PT DEX Solusi Transit

Pemerintah sudah cukup adaptif terhadap perkembangan teknologi dan isu terkini. Salah satu langkahnya adalah melalui pembangunan smart city di berbagai daerah. Kendati begitu, menurut Iwan Prijanto, Ketua Umum Green Building Council Indonesia dan CEO PT DEX Solusi Transit, masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi.

“Bicara masalah skala, besaran, dan implementasi, masih jauh dari memadai. Pemerintah cenderung masih mengerjakan pembangunan secara sendiri-sendiri, misalnya transportasi sendiri, tata ruang sendiri, pariwisata sendiri, dan sebagainya. Yang ingin saya ingatkan sebagai bagian dari masyarakat adalah, jangan mendekatinya secara parsial, seolah-olah ini one single solution yang bisa menyelesaikan segala masalah,” ujar Iwan pada media roundtable International Built Environment Week di Jakarta, (31/7/2019).

Masalah harus didekati dengan cara yang sistemik, agar kita bisa melihat banyak sekali komponen-komponen yang memengaruhi terjadinya suatu perubahan yang diharapkan.

Menurutnya, bila semua sektor selaras menuju tujuan yang sama dan diberdayakan dengan teknologi mumpuni, masalah-masalah rumit bisa banyak diurai. Maka dari itu, non-profit organization (NGO) dan masyarakat punya peranan sangat besar dalam memastikan adanya integrasi ke arah suatu skema yang mendorong pada transformasi yang lebih baik.

Iwan mengatakan, smart building bukan semata-mata mengenai teknologinya, tapi transformasi. “Kalau bicara tentang transformasi, apa yang mau ditransformasikan dan mengapa harus dilakukan? Kalau bicara smartbuilding seringkali kita mengaitkannya dengan teknologi, padahal itu hanya enabling factor. Kita harus tahu masalah apa yang ingin dikelola secara cerdas,” terangnya.

Salah satu isu yang mungkin ingin dibenahi adalah peningkatan efisiensi dalam operasi. Hal itu bisa mengurangi beban dan jejak yang tidak baik dari pengembangan atau operasi suatu properti atau kawasan.

Untuk mengimplementasikannya, Iwan menyarankan agar para pemangku kepentingan sudah merencanakan pembangunan terpadu sejak pembuatan kebijakan hingga disposal (menghilangkan aset) dan daur ulang. “Ketika kita mulai bicara desain kita harus menggunakan prinsip yang lebih besar lagi dari segi penataan green building. Jadi ketika mulai operasi, terjadi peningkatan yang lebih besar. Totalitas dari smart tidak dengan mentalitas silo, tapi terintegrasi. Sejak merancang suatu kawasan, sudah direncanakan dengan benar. Perspektif orang operasi sudah harus muncul pada saat perencanaan,” jelasnya.

Iwan mengingatkan, jangan sampai para pengambil keputusan masih memandang smart city sebagai label saja, seolah-oleh tinggal beli kemudian semua beres. Ia menganalogikan ketika suatu organisasi ingin menerapkan Enterprise Resource Planning (ERP). Biasanya, dana terbesar dipakai untuk mereorganisasi agar transformasi tidak sia-sia. “(Kalau masih asal beli) Hampir pasti tidak menghasilkan optimum performance dan itu terjadi di mana-mana, tidak menghasilkan efisiensi sesungguhnya,”ujar Iwan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved