Management

Indonesia 'Berselancar' di Tengah Gelombang Perekonomian

Oleh Admin

Dalam menghadapi goncangan ekonomi global, Indonesia layak untuk tetap optimis. Struktur fundamental perekonomian yang baik adalah salah satu alasannya. Hal tersebut dijelaskan oleh Ketua Komite Ekonomi Nasional, Chairul Tanjung, dalam seminar tahunan Citi Indonesia Economic and Political Outlook dengan tema ‘Indonesia 2012: Surfing in the Middle of the Tide’.

“Kami mengangkat tema Surfing in the Middle of the Tide karena di tengah prestasi Indonesia mencapai Investment Grade ini, kita tetap harus waspada dengan situasi global, krisis Eropa, resesi ekonomi AS, dan kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan China. Semua faktor tersebut perlu dipahami agar di tahun 2012 ini Indonesia dapat tetap berselancar di tengah gelombang pasang,” jelas Tigor M. Siahaan, Citi Country Officer Indonesia.

Saat ini rasio utang Indonesia terhadap PDB di bawah 25 persen. Angka tersebut merupakan salah satu yang terendah di dunia. Cadangan devisa pun terus meningkat hingga US$110 milyar. Bukan itu saja, nilai ekspor Indonesia pun mengalami kenaikan mencapai US$200 milyar. Terlebih lagi 2011 lalu Indonesia mencapai peringkat investasi yang mampu membuka pintu bagi investor global dan penanaman modal sektor riil. Besarnya arus pendanaan yang masuk ini akan meningkatkan permintaan dari konsumen. Akibatnya, harga-harga akan naik dan tingkat inflasi diperkirakan mencapai 4,5 hingga 5,5 persen tahun ini.

Berdasarkan fakta tersebut, Head of Asia Pacific Economic and Market Analysis di Citigroup Global Markets Asia, Johanna Chua mengingatkan agar Bank Indonesia tetap waspada dengan kenaikan inflasi jangka pendek. Ia pun menyarankan untuk menyiapkan strategi guna menyerap kembali likuiditas berlebih di pasar.

Pada acara yang berlangsung Rabu 11 April 2012, Gita Wirjawan juga menegaskan untuk tidak terlalu khawatir. Menurut Menteri Perdagangan Indonesia tersebut perekonomian Indonesai tangguh karena resiliensi domestik dan kekuatan konsumsi domestik. Gita optimis Indonesia bisa menjadi pasar tunggal sekaligus produsen tunggal hingga mengurangi impor.

Senada dengan Gita, Chairul Tanjung pun menyatakan optimis dengan perekonomian Indonesia. Hal ini didukung ‘bonus’ demografi yang didominasi masyarakat usia produktif. Johanna pun mengungkapkan optimisme yang sama.

”Dengan melambatnya pertumbuhan China tahun ini, Indonesia memiliki peluang yang besar dalam merevitalisasi industri manufaktur, terutama yang menargetkan pasar domestik, karena Indonesia memiliki kelebihan dari sisi komposisi demografis dan tingkat upah yang lebih kompetitif,” jelas Johanna.

Dari sisi ekuitas dan pasar modal, Head of Indonesia Research di Citi Investment Research and Analysis, Ferry Wong menjelaskan bahwa meski tidak akan melampaui performa pasar modal Asia, pasar modal Indonesia akan tetap tumbuh dan memberikan keuntungan yang positif bagi para investor. Pandangan ini merefleksikan Indonesia sebagai pasar yang potensial bagi para investor dan dapat lebih percaya diri untuk masuk karena Indonesia telah berperingkat Investment Grade.

Rektor Universitas Paramadina sekaligus pengamat politik, Anies Baswedan pun optimis dengan perekonomian Indonesia. ”Tak bisa kita pungkiri bahwa sebagai negara yang multirasial, multietnis, dan masih memiliki kesenjangan ekonomi, Indonesia memang memiliki banyak potensi untuk terjadi friksi. Namun demikian, konflik tidak akan terjadi seandainya pemerintah dapat menegakkan hukum dengan baik. Ini adalah salah satu persoalan utama yang kita hadapi dalam pertumbuhan demokrasi di Indonesia,” pungkas Anies.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved