Perkembangan ekonomi Indonesia termasuk salah satu negara dari fragile five country seperti halnya India. Ini diakibatkan oleh banyaknya kebutuhan dalam negeri yang diimpor dari luar negeri. Hal tersebut disampaikan oleh Ali Setiawan, Head of Global Markets HSBC Indonesia.

“Jadi untuk mengatasi hal tersebut, harus lebih banyak lagi perusahaan seperti Pan Brothers yang mengekspor barangnya ke luar negeri,” kata Ali. Sebab, bisa dilihat sekarang untuk keperluan bahan makanan saja sudah banyak yang impor.

Menurut Ali, semakin bertambahnya impor minyak untuk setiap tahunnya menambah beban bagi Indonesia yang akan mempengaruhi kinerja perekonomian. Setiap tahunnya ini malah semakin bertambah. Pemerintah perlu ada kebijakan yang bisa menopang untuk kedepannya kalau kita harus memenuhi semua kebutuhan ini.

Dari sisi ekspor, Indonesia kebanyakan hanya dari komoditi saja. “Kebanyakan ekspor itu komoditi seperti batu bara dan kelapa sawit saja. Di saat negara seperti Cina dan India sebagai sasaran ekspor semakin melemah, ini akan membuat Indonesia semakin kebingungan,” papar Ali.

Sedangkan ekspor dari bidang industri seperti tekstile, dirasakan masih belum maksimal untuk lebih ditingkatkan lagi. “Eksport seperti tekstile sepertinya kurang diperhatikan, sehingga bila dilihat sekarang situasinya baru akan mulai dikembangkan,” imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Anne Patricia, Vice CEO PT Pan Brothers Tbk, mengatakan bahwa bidang industri garmen di Indonesia sedang menghadapi tantangan untuk meningkatkan ekspor. “Indonesia selalu ingin menjadi negara yang besar di ASEAN. Sayangnya di bidang tekstile, kita bukan yang negara terbesar yang mengekspor bahan tekstile,” ujarnya.

“Pemerintah Indonesia sudah mengumumkan bahwa pada tahun 2030 Indonesia harus sudah bisa ekspor produk tekstile atau garmen untuk ikut mengkontribusi sebesar US$75,3 juta. Pada tahun 2012 baru mengkontribusi sebesar US$12,6 juta,” jelas Anne. (EVA)