Management Editor's Choice Strategy

Ini Dia Raja Bisnis di Sidoarjo

Ini Dia Raja Bisnis di Sidoarjo

Lumpur Lapindo berdampak luar biasa pada perekonomian Sidoarjo. Namun, beberapa pengusaha di sana ternyata tak terkena dampak langsung dari semburan lumpur. Siapa saja?

Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi UNAIR, DR. Wasiturrahma Gafmi mengatakan, ada dua raja bisnis di Sidoarjo, yakni Intako Tanggulangin dan Krupuk Udang Ny. Siok.

Intako Tanggulangin adalah perusahaan tas kulit Tanggulangin yang maju pesat hingga sekarang. Embrionya adalah Koperasi Industri Tas dan Koper (Intako) sejak 1993.

Sejumlah pengrajin memulai pembuatan barang-barang tas dan koper. Awalnya, anggota Intako hanya 27 orang. Modal usaha diperoleh dari simpanan pokok anggota.

Koperasi berkembang pesat. Saat ini, jumlah anggotanya mencapai 354 perajin UKM dengan aset sekitar Rp 10 miliar. Luapan lumpur Lapindo memaksa 70% pengrajin gulung tikar. Beberapa masih bertahan untuk menggarap pesanan.

intako

Intako Tanggulangin (Foto: IST)

Industri tas dan koper Tanggulangin Sidoarjo sejatinya adalah ikon wisata Sidoarjo. Produk yang dihasilkan antara lain tas, koper, dompet, ikat pinggang dan sepatu. Produk ini telah memiliki brand dan mutu yang bagus.

Namun, bencana lumpur berdampak buruk langsung terhadap kelangsungan industri tas dan koper di Tanggulangin. Apalagi, tersiar kabar luapan lumpur sudah mencapai Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera.

Timbul persepsi perumahan itu ada dalam satu kawasan dengan industri Tanggulangin. Padahal secara geografis, Tanggulangin terpisah 4-5 kilometer dari pusat semburan lumpur Lapindo.

Hingga kini, sentra industri tas dan koper terbesar di Jawa Timur itu sama sekali belum tersentuh. Namun, bencana lumpur membuat industri sepi pengunjung hampir 2 tahun lamanya.

“Badai krisis moneter menghempaskan Intako Tanggulangin. Serbuan produk China yang menawarkan harga murah menambah runyam keadaan,” kata dia.

Pelemahan nilai tukar rupiah membuat harga jual produk Intako tak lagi kompetitif karena bahan baku serta aksesoris pelengkap masih impor. Ditambah lagi, kemampuan pengrajin masih di bawah standar, kalah dari China.

Selanjutnya, ada Krupuk Udang Ny. Siok, oleh-oleh terkenal dari Sidoarjo sejak 1935. Pemiliknya, Siok Fam mampu menjaga mutu dan kebersihan proses produksi. Krupuk pun bisa langsung digoreng tanpa dijemur.

Krupuk udang Ny Siok unggul dari segi rasa. Konsumennya adalah kelas menengah ke atas. Kerap digunakan oleh katering skala besar, misalnya hidangan di Istana Negara, jamuan makan pejabat negara dan diplomatik mancanegara.

“Produk juga sudah diekspor ke berbagai negara. Industri ini juga banyak menyerap tenaga kerja,” kata dia.

Namun, harga jual satuan cukup mahal, di atas rata-rata harga UMKM lainnya. Perusahaan juga kerap kesulitan mencari bahan baku udang saat hasil panen dari tambak terganggu. Mahalnya pakan udang juga bisa mengerek biaya produksi. (Reportase: Putri Wahyuni)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved