Management Trends

Ini Misi Arief Budiman di Pertamina

Ini Misi Arief Budiman di Pertamina

Para pelaku industri migas terhenyak saat mendengar nama Arief Budiman terpilih menjadi Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero). Pasalnya, dia bukan orang dalam perusahaan pelat merah tersebut. Tapi, pria ganteng lulusan Teknik Industri ITB tak peduli. Ia memilih bersikap profesional dan fokus memberi kontribusi terbaik.

“Ada yang kurang setuju saya masuk ke Pertamina karena saya orang luar. Sebelum masuk saya tahu akan terjadi begitu. Tapi tantangannya adalah kami langsung menangani masalah besar, seperti aksi korporasi TPPI, bagaimana procurement, masalah Petral, dan lainnya,” kata dia.

Jebolan Wharton School, University of Pennsylvania ini fokus membuat konsep, menghitung dampak positif dan negatif, termasuk dampak sosial dan publik dalam setiap pelaksanaan aksi korporasi. Diskusi yang intensif dengan jajaran direksi dan kemudian para pemegang saham, termasuk stakeholder terkait seperti Kementerian BUMN, Kepolisian RI mutlak dibutuhkan.

“Kalau di internal, mudah saja, tinggal potong sana-sini untuk mengurangi biaya, efisiensi,” kata dia.

CFO Pertamina, Arief Budiman

CFO Pertamina, Arief Budiman

Arief bukan asal menerima amanah sebagai pengatur keuangan di Pertamina. Ia memang sedikit banyak telah menguasai bidang migas saat meniti karier di McKinsey. Kliennya adalah perusahaan migas terbesar di kawasan Asia Tenggara, termasuk Korea. Inilah yang membuatnya sedikit banyak telah memahami seluk-beluk industri migas, termasuk tantangannya ke depan di tengah tren penurunan harga komoditas global.

“Pengalaman membantu Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan stakeholder lain memperkaya kemampuan saya.Ingat, klien saya tidak hanya Pertamina, tapi perusahaan minyak dan gas asal Korea, Malaysia, Thailand, dan lainnya. Setidaknya saya punya referensi dari luar,” katanya.

Salah satu cerita suksesnya saat membantu Pertamina sekali klien McKinsey adalah merancang produk Pasti Pas di jaringan SPBU miliknya pada tahun 2006. Dari sini, masyarakat akhirnya mengetahui kalau jaringan SPBU milik Pertamina sudah jauh lebih baik. Kini, fokusnya adalah mengembangkan layanan berbasis digital. Misalnya, aplikasi tracking payment untuk para vendor, termasuk transaksi uang kecil yang telah menggunakan cash card.

“Saya harus banyak bergaul dan membentuk jaringan seluas-luasnya karena ide tak hanya datang dari saya pribadi. Saya ada teman di BUMN, ada BUMN forum, grup WhatsApp, dan lainnya. Ada juga orang lapangan yang ide brilian, termasuk dari mitra perbankan. Mereka semuanya bisa memberi masukan yang membangun,” kata dia.

Arief mengakui tugas seorang direktur keuangan tak hanya berkutat dengan laporan keuangan, tetapi juga memahami dinamika industri energi dan gas, kilang, hulu, energi terbarukan. Forum OPEC juga penting untuk menganalisis perkembangan industri migas dunia. Terlebih, Inodnesia baru saja memutuskan kembali menjadi anggota organisasi penghasil minyak dunia itu. (Reportase: Aulia Dhetira)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved