Management

Inilah Strategi Bank Mutiara Tingkatkan Fee Based Income

Inilah Strategi Bank Mutiara Tingkatkan Fee Based Income

Sebelum benar-benar dilepas oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), PT Bank Mutiara Tbk. terus mempercantik kinerja keuangannya. Salah satu strategi yang diterapkan adalah menggaet beberapa perusahaan asuransi dalam penerbitan bank garansi. Strategi ini demi mendorong pendapatan non bunga (fee based income) perseroan.

Setidaknya ada empat perusahaan asuransi yang sudah menjalin kerja sama penerbitan bank garansi dengan ex Bank Century ini, yakni Sinarmas Insurance, ACA, Buana Independent, Pan Pacific Insurance dan Asuransi Himalaya Pelindung.

Dalam waktu dekat, Bank Mutiara juga akan menjalin kerja sama dengan Adira, Jasindo dan Jasa Raharja Putera. “Ke depan kami akan terus menjalin kerja sama seperti ini demi mengerek fee based kami, khususnya dari provisi dan biaya administrasi,” ujar Direktur Utama Bank Mutiara (Plt), Ahmad Fajar, saat menandatangani kerja sama dengan PT Asuransi Himalaya Pelindung di Jakarta, Jumat (11/1).

Penerbitan bank garansi ini untuk awalnya maksimal Rp 50 miliar kepada nasabah asuransi yang bersangkutan, diperuntukkan untuk kegiatan konstruksi dan non konstruksi.

Untuk mendapatkan layanan tersebut, selain harus melalui proses BI checking, nasabah juga wajib menempatkan deposito di Bank Mutiara. Selain itu, perusahaan asuransi yang bersangkutan akan menerbitkan kontra garansi dari nilai bank garansi yang diterbitkan Bank Mutiara.

Sebagai catatan, posisi fee based income Bank Mutiara di tahun buku 2012 sebesar Rp 172 miliar, jauh melampaui target yang dicanangkan sebelumnya yakni Rp 125 miliar. “Untuk tahun ini kami optimis fee based bisa mencapai Rp 185 miliar,” katanya.

Ahmad menjelaskan, melalui kerja sama dengan beberapa perusahaan asuransi tersebut, perseroan di 2013 akan mampu menyalurkan kredit mencapai Rp 12,9 triliun, atau naik 16,2% dari akhir 2012 yang sebesar Rp 11,1 triliun. Target simpanan juga dikerek dari Rp 13,4 triliun di 2012, menjadi Rp 14,7 triliun di 2013 atau naik 9,7%.

Tak hanya usaha peningkatan fee based income, dari sisi NIM (nett interest margin) bank ini juga berusaha untuk terus berbenah. Jika posisi NIM Bank Mutiara saat ini masih rendah yakni 2,9% karena masih belum benar-benar pulih dari buruknya kinerja Bank Century, maka di akhir 2013 diharapkan mampu mencapai 3,5%-3,8% pada 2013.

Usaha Bank Mutiara untuk meningkatkan NIM yakni melalui strategi menggenjot kredit mikro. “Diharapkan dengan margin mikro yang tinggi bisa meningkatkan NIM yang sekaligus akan meningkatkan value.”

Tahun ini ekspansi ke kredit mikro ditargetkan mencapai Rp 720 miliar. Untuk penyaluran kredit mikro ini, Bank Mutiara masih harap-harap cemas menunggu izin dan Bank Indonesia dan diperkirakan Februari 2013 izinnya sudah keluar dan bisa mulai dikelola.

Strategi menggenjot kredit mikro ini nantinya akan didukung oleh pembukaan 13 kluster mikro dan 50-100 outlet di 2013. Selain lewat kluster dan outlet, kredit mikro ini akan disalurkan melalui kerjasama dengan koperasi dan BPR.

Sementara itu, Ketua Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Heru Budiargo, mengatakan, divestasi Bank Mutiara akan dilakukan sekitar Januari sampai Februari. Namun sampai sekarang LPS selaku pemilik bank tersebut, belum mendapatkan tawaran investor yang berminat. “Kalau ada investor berminat, maka dipersilahkan mengikuti bidding yang prosesnya baru dilakukan awal tahun 2014,” jelas Heru.

Proses bidding ini merupakan persyaratan yang berlaku dari BI karena banyak faktor yang akan dilihat untuk proses divestasi ini, seperti kompetensi pengelolaan keuangan.

Divestasi saham Bank Mutiara sudah tiga kali gagal dilakukan LPS. Para calon investor tidak memenuhi syarat administratif. Demikian juga untuk syarat dukungan kemampuan keuangan untuk membeli seluruh saham Bank Mutiara. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved