Management Strategy

Injeksi Kapital Indonesia Tergolong Tinggi Dibandingkan Brazil, China dan India

Injeksi Kapital Indonesia Tergolong Tinggi Dibandingkan Brazil, China dan India

Injeksi kapital yang dilakukan Indonesia untuk meningkatkan 1% ekonominya masih tergolong tinggi. Jika dibandingkan dengan negara yang memiliki geografis yang sama besarnya, Indonesia berada di bawah Brazil dengan injeksi 2,55%, China (4,36%), India (4,92%) . Indonesia sendiri masih berada dalam nilai 5,1%. Artinya, Indonesia harus meningkatkan angka belanja modal sebanyak 5,1% untuk meningkatkan 1% ekonominya. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menaikkan angka ini. Namun, tanpa pembangunan infrastruktur, semuanya tidak akan mengubah keadaan secara signifikan.

KA2

Danang Parikesit, Ketua Yayasan Nusa Patris. menjelaskan, belanja infrastruktur sangat berpengaruh bagi belanja serta pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Menambah jumlah pendanaan guna mempercepat pertumbuhan infrastruktur dinilai sebagai suatu kebijakan logis. Namun, ketersediaan APBN hanya tinggal sekitar 8% dari belanja wajib. Anggaran belanja modal yang tersedia setelah terjadi pemotongan subsidi sekitar 7%. dan hanya 2% yang diserap untuk perbaikan infrastruktur. “Di tahun 2010 ketika harga komoditas naik, Brazil lantas melakukan investasi besar besaran terhadap infrastruktur. Saya rasa ini adalah langkah yang tepat mengingat ekonomi brazil bisa tumbuh dengan cepat setelahnya,” ujar Danang

Menjadi sebuah tantangan ketika harus mengelola dana tersebut secara tepat dan bagus. Selama ini, belanja negara untuk infrastruktur belum dilakukan untuk memperbaiki infrastruktur strategis yang dapat menggerakkan ekonomi. Belum lagi pasca krisis di tahun 1998 menyebabkan pemerintah lebih ketat dan selektif dalam melakukan pengadaan dana pinjaman selama kurang lebih 20 tahun. Rasio pinjamannya menurun hingga di bawah rata rata pinjaman negara ASEAN lainnya dengan jumlah 80%, Indonesia hanya kurang lebih 40%. Kesempatan ini dinilai Danang sebagai hal yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia.

Namun tetap saja, melakukan pinjaman luar negeri bukan hal yang mudah. Mengingat sejarah pinjaman Indonesia yang rendah dibandingkan negara lain di ASEAN, pamor Indonesia cukup buruk jika dibandingkan negara lain. Indeks ini Indonesia kurang baik dengan pinjaman. Rating negara buruk hanya sekitar 22%. Inilah yang menyebabkan pinjaman tidak mudah karena kurang dipercaya.

“Hari ini isunya adalah pemerintah melakukan budget cut sebanyak Rp 290 triliun karena terdapat risiko tidak terpenuhi target pendapatan. Namun yang yang dipotong bukan buat belanja infrastruktur. Mungkin subsidi dan perjalanan yang akan diturunkan,” imbuh Danang. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved