Management zkumparan

IPB, Punya 17 Program Studi Vokasi

Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec, Dekan Sekolah Vokasi IPB (SV-IPB)
Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec, Dekan Sekolah Vokasi IPB (SV-IPB)

Tak salah bila menyebut Institut Pertanian Bogor sebagai salah satu perguruan tinggi yang aktif mengembangkan program vokasi. Perguruan tinggi yang punya kekuatan di bidang pengajaran agribisnis ini diam-diam sudah mengelola 17 program studi vokasi, yang berlokasi di dua kampusnya. Yakni, Kampus Cilibende (kampus pusat) dan Kampus Sukabumi (kampus satelit). “Jumlah mahasiswa kami di 17 prodi itu sekitar 7.000. Tiap tahun kami meluluskan sekitar 2.000 mahasiswa Diploma III,” ungkap Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec, Dekan Sekolah Vokasi IPB (SV-IPB).

Bila dikilas sejarahnya, dalam mengembangkan program studi vokasi, IPB banyak dibantu oleh lembaga-lembaga asing yang ahli di bidang pengembangan vokasi. Antara lain, ZIZ (lembaga donor asal Jerman), Nuvik (Belanda), dan Seameo (Thailand). Awalnya, manajemen program vokasi dipimpin oleh seorang direktur program vokasi, tetapi sejak Juli 2018 diubah organisasinya dan dipimpin oleh dekan.

Sebagaimana menjadi keunggulan IPB, program-program yang menjadi andalan SV-IPB juga mengusung kekuatan IPB yang punya sumber daya bagus di bidang pengajaran pertanian. Karena itu, program studi yang ada antara lain Teknologi Benih, Ternak, Aqua Culture, Ekowisata, dan Agribisnis.

Arief menegaskan, program vokasi berbeda dengan program S-1 yang lebih banyak konten akademisnya. Program vokasi diperkuat aspek terapan dan konsep link and macth. Dalam rangka link & match itu, IPB menggandeng banyak korporasi besar untuk membantu menyusun konten ajar. Misalnya, Grup Kapal Api, Grup Minamas (perkebunan sawit), Sugar Group (perkebunan tebu dan industri gula), serta Cisco Academy (teknologi komputer dan manajemen informasi).

“Kami ingin menghadirkan industri ke dalam kampus. Kami buat kurikulum yang driven by industry,” kata Arief. Untuk merumuskan kurikulum di 17 prodi, pihaknya mendatangkan multi stakeholders, terutama industri, untuk mengetahui apa yang mereka inginkan. “Kami harus bisa menghasilkan lulusan yang siap memenuhi job description yang diminta industri,” ujarnya.

Selain itu, sivitas akademika di IPB juga terus dibekali berbagai ilmu terapan. Karenanya, sering ada sesi experiences sharing dan transfer teknologi terbaru kepada sivitas akademika SV-IPB. Juga ada berbagai program kerjasama yang lebih terintegrasi dengan pelaku industri.

“Di tempat kami, satu dosen diwajibkan punya satu sertifikasi kompetensi. Mereka juga kami ikutkan program re-tool-ing, untuk meng-upgrade kompetensi mereka agar bisa match dengan kurikulum yang sesuai degan kebutuhan industri,” kata Arief. Untuk itu pula, di SV-IPB, jumlah tenaga pengajarnya seimbang antara dosen murni (PNS IPB) dengan profesional/praktisi dari dunia industri.

Yang juga diperkuat, sarana-prasarana yang match dengan kebutuhan industri. Selain yang di internal kampus sarana dibangun, mahasiswa juga dikirim untuk belajar di industri. Sebagai contoh, bekerjasama dengan Minamas, Sinarmas, dan Sampoerna Agro untuk Prodi Teknologi dan Manajemen Perkebunan, dengan konsentrasi kelapa sawit. “Itu pendidikannya 3-2-1, jadi tiga semester di sini, lalu dua semester di industri, dan satu tahun terakhir dia selesaikan final assigment,” Arief menjelaskan.

IPB juga punya laboratorium di Entrepreneurship Teaching Center (ETC) dan Science Techno Park yang bisa menjadi wadah bagi mahasiswa membangun usaha rintisan (startup). Yang pasti, sejauh ini output SV-IPB cukup membanggakan. “Dari 2.000-an lulusan diploma per tahun, rata-rata 3-6 bulan setelah lulus mereka sudah dapat pekerjaan. Rata-rata mereka direkrut oleh perusahaan tempat magangnya,” kata Arief. (*)

Sudarmadi & Arie Liliyah

swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved