Management Strategy

Jumlah Wirausaha Indonesia Hanya 0,43% dari Total Populasi

Jumlah Wirausaha Indonesia Hanya 0,43% dari Total Populasi

Membangun usaha secara mandiri, bagi sebagian penduduk Indonesia usia produktif masih menjadi pilihan nomor dua, dibandingkan dengan pilihan menjadi pekerja atau karyawan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Koperasi dan UKM, A.A.G.N Puspayoga dalam pembukaan acara Wirausaha Muda Mandiri 2015 yang kembali digelar oleh Bank Mandiri.

wirausaha muda mandiri

Dalam sambutannya, Puspayoga menghimbau agar perbankan, pmerintah dan akademisi bahu-membahu mendorong tumbuhnya wirausaha muda yang kreatif dan inovatif. Data Kementrian Kopersi dan UKM menunjukkan saat ini di Indonesia sudah tercatat 42 juta UKM, “Ini embrio wirausaha harus dibina jangan jalan sendiri-sendiri,” ungkap Puspayoga.

“Kalau pertumbuhan UKM meningkat, tetapi jika tidak tercipta pemerataan kesejahteraan, maka pemerintah akan rugi karena kesejahteraan hanya terpusat di kelompok-kelompok atau daerah-daerah tertentu. Kami (kementrian) bisa mendorong ini,” lanjut Puspayoga.

Saat ini jumlah populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 0,43 % dari total populasi usia produktif, angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga, sperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 %, Malaysia 5 %, dan Thailand 3 %.

“Indonesia harus bisa bertambah, minimal harus bisa mencapai 2 % dari total populasi,” kata Puspayoga. “Saya yakin dengan kita bekerja sama, target capaian 2 % dapat terwujud,” lanjutnya. Puspayoga juga mengingatkan produk-produk asli Indonesia baik dari produsen UKM maupun skala besar harus segera disertifikasi hak cipta.

Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin, selaku tuan rumah, juga senada dengan Puspayoga, “Kalau Indonesia memiliki banyak wirausaha muda maka negara ini akan maju dan mandiri,” jelasnya. Menurut Budi, program WMM ini pun berdampak positif juga bagi perusahaan karena sebagai sebuah program CSR, WMM bisa menjamin sustainability perusahaan di masa datang. Budi juga berharap kelak para alumni WMM ini bisa mengembangkan usahanya tidak hanya untuk pasar domestik tetapi juga bisa menembus pasar luar negeri.

“Harapannya suatu saat kalau kita jalan keluar negeri, bisa menikmati produk Indonesia seperti rendang di restoran Padang di luar negeri, “ ungkap Budi.

WMM 2015 ini dibuka audisinya di 15 Kantor Wilayah Bank Mandiri di seluruh Indonesia, kemudian dari ribuan peserta, disaring hingga terpilih 106 finalis yang mendapat kesempatan mempresentasikan ide bisnisnya di hadapan dewan juri di Jakarta. 106 finalis tersebut terbagi dalam tiga kategori yakni Wirausaha Muda Mandiri (boga, fashion, dll), Wirausaha Sosial Mandiri, dan Mandiri Young Technopreuner (teknologi, pariwisata dan industri kreatif). Adapun dewan juri yang terlibat adalah 50 orang yang datang dari pemerintah, akademisi, perbankan, media dan praktisi bisnis.

Salah satu dewan juri, Bondan Winarno, pakar kuliner, mengungkapkan bahwa dalam penjurian kali WMM kali ini khususnya kategori boga ada banyak ide bisnis yang menarik tetapi sayangnya mereka belum memiliki bekal bisnis yang lengkap. Menurut Bondan, untuk memulai sebuah bisnis, misalnya bisnis boga, seorang pengusaha tidak hanya berbekal ilmu tata boga, tetapi juga harus menguasai ilmu higienitas, manajemen keuangan, manajemen SDM, dan sebagainya. Bondan, menggambarkan dari sekian peserta yang telah mengikuti proses penjurian mereka memiliki usaha yang bagus bahkan sudah berkembang cukup besar tetapi masih memiliki kekurangan dalam hal manajemen. Contohnya salah seorang peserta yang berhasil membuka restoran dengan menu utama ayam, tetapi belum memiliki manajemen higienitas yang baik di dapur restorannya tersebut.

”Higinitas itu kunci mati dan hidup dalam bisnis rumah makan, kalau sampai ada korban akibat makan makanan terkontaminasi bakteri dari tempat itu maka bisnisnya akan mati seketika, “ jelas Bondan. Selain itu Bondan juga memberikan masukan, untuk membesarkan sebuah usaha dibutuhkan komitmen yang berkelanjutan, “Komitmen dan pantang menyerah itu harus jadi modal utama wirausaha,” jelasnya.

Juri dari kategori wirausaha sosial mandiri, Tri Mumpuni Iskandar, pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan, menyampaikan pandangannya dari sudut yang lain mengenai wirausaha muda di Indonesia ini. “Seorang wirausaha yang menjalankan bisnisnya dengan amanat sosial didalamnya harus memiliki empati, kepekaan dan ketulusan untuk memberdayakan lingkungan sekitarnya,” jelas Tri.

Menurut Tri, saat ini sudah banyak bibit pebisnis sosial di Indonesia, khususnya dari kalangan anak muda dengan konsep bisnis yang menarik,”Mereka hanya perlu didukung oleh pemerintah dan pemodal, saya yakin mereka bisa enjadi salah satu solusi menekan kesenjangan sosial yang sangat besar di Indonesia ini,” ungkap Tri. WMM 2015 ini akan dilanjutkan dengan acara pameran produk dan jasa para finalis selama 4 hari dan ditutup dengan pengumuman pemenang dan penghargaan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved