Management Strategy

Harusnya Kelapa Sawit Menjadi Komoditas yang Menguntungkan Indonesia

Harusnya Kelapa Sawit Menjadi Komoditas yang Menguntungkan Indonesia

Kelapa sawit adalah salah satu bisnis yang yang sangat menguntungkan bagi Indonesia. Sayangnya, selama beberapa tahun terakhir ini masih saja ada kecenderungan untuk menyudutkan industri kelapa sawit. Padahal, jika dilihat dari lima sampai sepuluh tahun lalu, bisnis kelapa sawit sekarang sangat berbeda. Hal ini disampaikan oleh Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

IMG_20150403_153647

“Kita semua sebenarnya sudah tahu itu. Oleh karena itu mungkin awareness yang sudah baik ini kita teruskan,” tambahnya.

Seharusnya industri ini didorong agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar kepada Indonesia, untuk itu diperlukan nama baik dari kelapa sawit itu sendiri. “Sekarang ini ironis, industri sawit sebenarnya sangat besar sekali, batu bara saja tidak seperti itu. Tahun lalu sudah kalah dengan sawit. Sekarang ada industri yang signifikan tapi tidak didukung. Saya pikir bukan suatu yang berlebihan kalau kita punya industri yang bagus, berkontribusi besar, tetapi namanya baik. Itu akan terus menjadi pekerjaan rumah kita yang utama.” ujar Joko.

Mantan Sekjen GAPKI ini juga menyayangkan sikap pemerintah yang kurang peka dengan kondisi mata uang kita saat ini. “Kalau kurs rupiah terhadap US$ Rp12 ribu, pemerintah masih bilang aman. Lalu, Rp13 ribu, masih oke. Oke terus, baik terus, ini gimana? Rasanya kan tidak begitu. Menurut saya sebenarnya kita ada masalah,” tukas Joko lagi.

Pelemahan rupiah ini menurutnya belum akan berhenti. Untuk itu, Joko memberikan dua solusi yang mungkin dapat menyelamatkan rupiah, yaitu meningkatkan ekspor atau mengurangi impor, karena strukturnya sekarang ini tidak seimbang. Tetapi, mengurangi impor tidak mungkin karena setiap aspek kehidupan Indonesia, baik produksi maupun konsumsi, sama-sama memiliki ketergantungan kepada impor. Jadi, jika Indonesia mau meningkatkan ekspor tanpa menaikkan impor, kita bisa memilih industri yang ekspor kontennya tinggi tetapi impor kontennya rendah, salah satunya adalah kelapa sawit.

“Betapa kita ini sebenarnya berjuang dengan yang namanya daya saing itu. Sampai sekarang akhirnya kita struggling dengan cara kita sendiri. Sayang, punya potensi bagus tapi tergerogoti oleh daya saing kita sendiri,” ungkapnya.

Komoditas ini mungkin punya keunikan sendiri karena berbeda dengan industri lain dan sarat dengan politik industri internasional. Menurut Joko, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, juga mengetahui bahwa medan pertempuran yang paling berat itu ada di dalam negeri sendiri. Oleh karena itu, ia menyarankan agar Indonesia bisa fokus dan konsentrasi di dalam negeri, termasuk memberikan pemahaman yang lebih baik dan objektif kepada pemerintah.

“Persaingan akan makin berat, pertarungan kepentingan pasti akan berat. Implikasinya pasti kita akan menghadapi persaingan yang lebih berat,” katanya.

Sebagai informasi, kebanyakan ekspor dari Indonesia adalah produk turunan. Persoalannya, yang di ekspor dalam produk turunan tersebut semuanya dalam bentuk komoditi, artinya curah. “Kenapa kita tidak ekspor pasta gigi, sabun, jadi asosiasi mereka itu adalah branded. Kita kenapa tidak ekspor minyak goreng? Jadi yang satu branded, yang satu downstream. Kalau kita mau branded itu dunia yang berbeda, ada konsekuensinya. Persaingannya berat. Selama pemerintah tidak memproteksi, kita ini dimana-mana di banjirin produk Unilever sama P&G,” tutupnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved