Management Strategy

Kepala BKPM Franky Sibarani: Empat Langkah Tingkatkan Investasi

Kepala BKPM Franky Sibarani: Empat Langkah Tingkatkan Investasi

Sebagai salah satu tulang punggung perputaran roda ekonomi nasional, investasi sangatlah penting. Dan bila berbicara investasi di tahun 2015, gambarannya sebagai berikut: ditargetkan nilai investasi mencapai Rp 519,5 triliun, hingga September sudah Rp 400 triliun yang masuk. Artinya, 77% terealisasi. Harapannya, akhir 2015 target bisa terlampaui, mencapai sekitar Rp 540 triliun. Lantas, bagaimana dengan tahun 2016?

Tahun ini targetnya dipatok Rp 595 triliun, naik 14,5% dibanding 2015. Tentu saja kami berharap ini tercapai, bahkan kalau bisa melampaui. Namun, mesti diakui sejumlah hal masih menghambat iklim investasi. Peraturan, salah satunya. Tahun 2014, ambil contoh, pemerintah menetapkan industri minuman beralkohol boleh berekspansi. Nyatanya, Februari 2015 produk tersebut tidak boleh dijual di ritel.

Lalu ada UU No. 23 tentang Hortikultura yang membatasi kepemilikan asing hanya 30% di bidang usaha hortikultura. Pembatasan itu membuat investor asing yang sudah ada mesti melakukan divestasi karena peraturan ini berlaku surut. Mereka yang mau masuk pun banyak yang mengurungkan niat akibat pembatasan kepemilikan tersebut. Mereka bingung lantaran ketika investor masuk bertahun-tahun lalu, tidak ada pembatasan kepemilikan 30%.

Ketidakpastian semacam ini bisa menjadikan investor tidak percaya iklim investasi kita. Dan ini jelas merugikan. Mengapa? Untuk mendapatkan investor dunia, Indonesia bersaing dengan negara lain yang sangat potensial. Di ASEAN ada Vietnam yang agresif. Lalu juga ada Myanmar. Negerinya Aung San Suu Kyi ini punya modal dan momentum yang bagus: mereka berhasil menggelar pemilu. Bergeser sedikit, India tak kalah agresif. Dan untuk industri padat karya, tantangan kita makin berat lantaran Eropa Timur sangat potensial menarik investor.

Pendek kata, kita menghadapi pesaing berat sementara di lingkungan domestik masih ada kendala yang menghadang. Menghadapi itu, jalan keluarnya mesti diambil: Indonesia harus solid menyediakan kebijakan layanan dan implementasi produk. Kita harus memberikan kepastian investasi.

Sebagai ujung tombak dunia investasi, BKPM berupaya memainkan perannya di sini. Lantas, apa saja langkah kami agar target Rp 595 triliun tercapai?

Pertama, menggerakkan dan menggelorakan kebijakan yang proinvestasi. Di antaranya, kami akan terus menyosialisasikan izin investasi yang mampu selesai dalam waktu tiga jam. Izin investasi ini menghasilkan tiga produk: izin prinsip, akta perusahaan, dan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Ketua BKPM Franky Sibarani

Ketua BKPM Franky Sibarani. Hingga semester I/2015, BKPM sendiri sudah menerima 103 izin investasi, kemudian sampai Oktober 2015 mencapai 160 izin. Sebelumnya kami terima 50-100 izin per bulan. Sekarang hampir 1.200 per bulan. Ini semua, tentunya merupakan sinyal yang positif.

Kedua, terus aktif dan fokus menarik investasi. Kami punya marketing officer dan ITC di 8 negara. Tahun 2016 akan kami tambah di China. Kami punya sejumlah sektor prioritas untuk investasi: infrastruktur, pertanian untuk tujuan swasembada, maritim, industri manufaktur (padat karya, orientasi ekspor, substitusi impor, barang modal, dan hilirisasi), pariwisata dan kawasan industri. China hanyalah salah satu dari target negara yang diincar untuk berinvestasi. Ada wilayah lain yang fokus digarap: Jepang, Korea, Taiwan, Singapura, Malaysia, Australia, Inggris, Amerika Serikat dan Timur Tengah.

Yang ketiga, mengawal realisasi investasi. Di tahun 2015 BKPM mengambil 200 sampling, lalu melakukan kunjungan ke 80 investasi atau proyek yang ongoing. Tahun 2016, sampling tetap 200, tetapi kunjungan ke proyek dinaikkan menjadi 100 dalam setahun. Kami akan melihat adakah proyek yang tumpang tindih. Kami juga fokus pada bagaimana investasi bisa menyerap tenaga kerja yang banyak, orientasi ekspor, produksi barang modal, dan hilirisasi. Untuk tenaga kerja yang diserap, hingga September 2015 sebanyak 1,06 juta jiwa. Hingga Desember 2015 diperkirakan menyerap 1,4-1,5 juta jiwa. Tahun 2016 diharapkan 2 juta jiwa yang terserap.

Lalu yang keempat, memastikan manfaat investasi untuk rakyat. Kami ingin semua investasi bermanfaat bagi rakyat. Salah satunya adalah melalui sinergi dengan pesantren. November 2015 kami meluncurkan program Penciptaan Lapangan Kerja melalui Sinergi Investasi dan Pesantren di Gresik, Jawa Timur. Program ini melibatkan tiga perusahaan, dua pesantren, dan 7 madrasah Aliyah. Tahun 2016 kami akan luaskan program ini ke sejumlah tempat menggandeng sejumlah perusahaan.

Keempat langkah di atas sangat strategis. Namun kami menyadari kesuksesan langkah ini tak bisa berdiri sendiri. Kami berharap komitmen seluruh elemen terkait seperti gubernur dan bupati untuk menyelesaikan perizinan, terutama di kawasan industri agar tercipta kawasan industri ramah investasi. Di sini koordinasi BKPM dengan pemda sangat vital. Hal lain yang juga kami harapkan, tentunya stabilitas politik. Secara umum investor tidak hanya melihat ekonomi makro, tetapi juga stabilitas politik, jaminan keamanan, dan pasar.

Bila dua hal ini saja berjalan baik, ditambah kepastian peraturan – pastinya – kami optimistis 2016 akan cerah bagi dunia investasi. Apalagi paket ekonomi yang dibuat pemerintah juga kondusif bagi perekonomian.

Indonesia sendiri sungguh harus memanfaatkan momentum dan berbenah. Survei PriceWaterhouseCoopers menyebut kita adalah destinasi investasi utama bersama China, AS dan Vietnam. 52% CEO yang disurvei menyatakan akan ekspansi di Indonesia tahun 2016.

Hingga semester I/2015, BKPM sendiri sudah menerima 103 izin investasi, kemudian sampai Oktober 2015 mencapai 160 izin. Sebelumnya kami terima 50-100 izin per bulan. Sekarang hampir 1.200 per bulan. Ini semua, tentunya merupakan sinyal yang positif. Namun, sinyal ini akan memutar balik, bila kita tidak memanfaatkannya secara optimal.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved