Management Strategy

Ketika Kebiasaan Baca Buku Tergerus Teknologi

Ketika Kebiasaan Baca Buku Tergerus Teknologi

Sastra memiliki masa kejayaannya di tahun 60-an. Namun kini hanya jadi ‘penumpang gelap’ di buku pelajaran Bahasa Indonesia. Mengapa? Didi Kwartanada, Sejarahwan yang bekerja di Yayasan Nabil mengatakan, gadget semakin menggantikan sastra dan memberi kedangkalan.

Kebiasaan membaca semakin tergerus oleh teknologi. Menurut Didi, orang yang baca sastra dianggap tidak membumi padahal sastra dan masyarakat memiliki hubungan erat untuk membangun karakter bangsa.

Akan tetapi, jika dilihat dari dampak positifnya ialah perkembangan era digital yang semakin pesat membantu manusia mendapatkan berbagai kemudahan. Mulai dari sekadar mencari informasi hingga menghasilkan sesuatu darinya. Menulis sebuah gagasan dan menelurkan karya kini dapat dengan mudah diakses melalui internet. Tulis, klik lalu share.

Halaman Awal Sinekdok.com

Halaman Awal Sinekdok.com

Hal itupun diamini oleh Shofa Mh, Founder Sinekdok. Sebagai sebuah media sosial yang mewadahi anak muda masa kini yang memiliki energi besar dalam menghasilkan karya berupa karya sastra, musik dan tulisan-tulisan bernapas positif. Melalui Sinekdok pengguna dapat menuangkan ide dan gagasan mereka dalam bentuk yang beragam.

Selain berupa tulisan, pengguna juga dapat membagikan karya dalam bentuk audio. “Sinekdok mengajak semua masyarakat untuk terus berkreasi serta membangkitkan budaya literasi dan seni musik di Indonesia,” ujar pria berusia 24 tahun ini.

Saat ini banyak penulis muda yang berbakat dan memiliki potensi dalam bidang ini. Namun, sulitnya menembus pasar penerbitan menjadi salah satu penghalangnya.

“Dengan platform media sosial, kami ingin membantu penulis dan penerbit untuk melihat selera masyarakat melalui feedback yang diberikan antar sesama pengguna terhadap karya yang di-post-ing,” tuturnya.

Mengusung visi menjadi sebuah referensi masyarakat luas mengenai pengetahuan sastra dan musik, startup besutan salah satu alumni Universitas Brawijaya ini ingin melahirkan banyak seniman dan sastrawan yang dapat bersaing di Internasional.

Sebelumnya, mereka yang tertarik menghasilkan karya di Sinekdok dapat membuat akun dan berbagi karya dengan pengguna lainnya. Ada banyak kategori karya yang telah disediakan. Pengguna dapat berbagi ide berupa novel, cerpen, puisi, dan lain-lain. Selain itu memberikan kesempatan pada pengguna untuk menerbitkan karya terbaik mereka di Elex Media Komputindo.

Penulis memiliki hak cipta atas karyanya. Bagi karya yang telah diterbitkan, maka royalti sepenuhnya telah menjadi hak penulis dan penerbit yang telah bekerja sama dengan Sinekdok.

“Kami juga memberikan apresiasi karya pengguna dengan mentransformasikan karyanya dalam produk bernilai jual yang sebagian royaltinya akan menjadi hak pengguna. Produk tersebut dapat berupa kaos, jaket, wood painting, dan lain-lain,” ungkapnya.

Sementara itu, bagi penulis yang sudah melakukan self publish atas karyanya, sinekdok juga memberikan bantuan untuk melakukan penjualan secara online di fitur ‘sinestore’. Dimana dapat membantu penulis untuk menjual karya-karya mereka. Sinekdok menargetkan untuk bisa meraih pengguna sebanyak 100 ribu selama tahun 2016. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved