Management Editor's Choice

Ketika Para Diaspora Indonesia Pulang Kampung

Oleh Admin
Ketika Para Diaspora Indonesia Pulang Kampung

Dalam tiga hari ini (18-20 Agustus 2013), para Diaspora Indonesia, yakni mereka yang merupakan Warga Negara Indonesia ataupun yang mempunyai hubungan dengan Indonesia, bertemu di dalam forum Kongres Diaspora Indonesia yang ke-II, yang diadakan di Balai Sidang Jakarta. Pertemuan pertamanya dilaksanakan di Los Angeles, California, Amerika Serikat, pada tahun lalu.

Dino Patti Djalal

Dino Patti Djalal

Ada lebih dari 3.800 orang yang hadir di kongres kali ini. Lebih dari target panitia yang mematok angka 3.000 peserta. Dino Patti Djalal, inisiator KDI I sekaligus Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, di sela-sela acara, Minggu (18/8/2013), mengatakan, “(Ini) agar orang-orang yang berdarah dan berjiwa Indonesia yang ada di luar Indonesia dapat menjadi suatu komunitas global yang besar, dan bersinergi dengan Tanah Air.”

Dino menerangkan, diaspora ini terdiri dari WNI dan warga negara asing, bahkan ada juga WNI yang telah beralih kewarganegaraan. Sekalipun demikian, ada satu kesamaan dari mereka: cinta Indonesia. “Ada yang WNI, ada juga yang sudah menjadi warga negara asing, tapi di hatinya, mereka sama, mereka cinta Indonesia. Ada kaitan batin yang kuat dan lain sebagainya,” lanjut dia.

Profesi para diaspora pun beragam. Mulai dari akademisi hingga pengusaha. Ia pun menuturkan, mereka semua perlu dihubungkan satu sama lain. “Makanya kami mengadakan kongres ini.”

Jadi, tujuan kongres seperti apa?

Pertama, dalam rangka menjadi komunitas global yang besar tadi. Dalam setahun terakhir saja, sejak kongres di Los Angeles telah terbentuk sekitar 47 cabang Indonesia Diaspora Network. Itu dalam waktu setahun. Ada yang di Kazakhstan, Swedia, Yunani, Amerika, Australia, dan di mana-mana. Luar biasa perkembangannya.

Jadi, setelah adanya kesadaran diaspora ini, sekarang bagaimana aset-aset dan peluang yang ada secara global, yang mereka miliki bisa dipadukan dengan aset dan peluang yang ada di Tanah Air. Yang saya senang semuanya positif sekali. Semuanya tokoh-tokoh inspiratif muncul. Yang nggak pernah nongol sebelumnya, atau yang dulu di bawah radar, sekarang muncul.

Kalau di bidang bisnis, apa yang sudah dilakukan oleh para Diaspora Indonesia?

Sekarang kan sudah ada Indonesia Diaspora Business Council. Terbentuk kalau nggak salah dua-tiga bulan setelah kongres di LA. Itu hasil dari kongres LA. Dan itu sudah ada nota kesepahaman (MoU) dengan Kadin, dan juga akan ada kerja sama dengan Hipmi. Kalau bisnis itu menurut saya lebih gampang. Kenapa? Ini kan orang-orang yang semuanya mencari peluang, yang penting mereka kita pertemukan saja, dari sana sudah timbul itu 1.000 peluang. Orang bisnis biasanya begitu.

Memang peran diaspora terhadap pengembangan bisnis suatu negara bisa sangat signifikan?

Kita lihat China, apa yang membuat reformasinya sukses? Itu karena mereka menggunakan diaspora, seperti di Hong Kong, Taiwan, Singapura, Malaysia, dan lainnya. India juga sejak tahun 1990-an, reformasinya sukses karena mereka makin menarik diaspora mereka.

Diaspora Indonesia di mana yang akan ditekankan?

Tentu Amerika akan berperan penting, karena Indonesia Diaspora Business Council basisnya di sana. Tapi di Australia, sekarang kan ada Iwan Sunito, dia raja properti di Sydney. Adiknya itu adalah raja peternakan yang punya wilayah, tahu nggak berapa? Tiga kali pulau Bali. Kita kan nggak pernah tahu ini sebelumnya, tapi mereka mulai muncul. Dan mereka mulai melirik Indonesia, dan melirik peluang-peluang yang ada di Indonesia.

Bagaimana peran diaspora dalam pembangunan ekonomi dalam 5-10 tahun ke depan?

Kalau kita garap dengan baik akan luar biasa besarnya. Sebagai contoh, di AS, itu median incomenya itu US$ 49 ribu. Maksudnya, pendapatan rata-ratanya. Diaspora Indonesia US$ 59 ribu. Jadi, US$ 10 ribu lebih tinggi dari median income orang Amerika. Itu kan luar biasa potensinya. Itu kalau kita garap dengan baik, itu akan bermanfaat.

Seperti, Sehat Sutardja dia lama sekali meninggalkan Indonesia dan lama tidak ada hubungan dengan Indonesia. Tapi sekarang dia sudah kembali ke Tanah Air. Dia salah satu industri TI terbesar di dunia. Dua per tiga dari industri semi konduktor dunia itu di bawah perusahaannya. Dia sudah bilang, “Saya bantu apa ini?”. Nah, sekarang kami sedang bahas bersama-sama. Nanti dia akan kami pertemukan dengan para pemimpin industri TI di Hotel Shangri-La (Minggu sore). Mudah-mudahan akan terjadi ide-ide baru.

Dan, misalnya, di tempat saya, ada suami Sri Mulyani, namanya Tony, dia bikin koperasi dan mengimpor kerupuk, sambal, makanan kecil untuk dapur. Itu laku sekali. Itu kan baik bagi diaspora, bagi koperasi, bagi masyarakat di sana, dan bagi pedagang-pedagang kita di dalam negeri.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved