Management Strategy Capital Market & Investment

Kiat PT Timah Hadapi Anjloknya Harga Komoditi

Kiat PT Timah Hadapi Anjloknya Harga Komoditi

Harga komoditi di pasar dunia dalam beberapa waktu terakhir sedang mengalami masa suram. Salah satunya adalah harga timah. Di pasar dunia, komoditi ini turun hingga US$ 15 ribu per metrik ton ini adalah harga terendah dalam 10 tahun terakhir. Menghadapi situasi yang cukup sulit ini, perusahaan plat merah penghasil timah PT Timah Tbk (Persero), mengeluarkan sejumlah aksi agar tetap bertahan dalam industri timah.

Direktur Utama PT Timah Tbk, Sukrisno.

Direktur Utama PT Timah Tbk, Sukrisno.

Direktur Utama PT Timah Tbk, Sukrisno, mengungkapkan sejumlah langkah yang ditempuh perusahaannya agar dapat terus berjalan di tengah suramnya bisnis komoditi. Pertama, efisiensi di semua lini guna menekan harga pokok produksi (HPP). Saat ini HPP PT Timah masih berkisar Rp 17 ribu per kg, menurut Sukrisno pihaknya akan menekan hingga di bawah Rp 15 ribu per kg.

Efisiensi di segala lini dari level produksi sampai ke meja manajemen pun diperketat penggunaan biaya operasionalnya. Sukrisno mengatakan pihaknya menekan HPP sambil menunggu adanya koreksi harga, “Jika nanti harga bergerak naik, sekitar Rp 16 ribu saja kami sudah ada margin sekitar Rp 1000 kalau HPP bisa dibawah Rp 15 ribu,” ungkap Sukrisno.

Langkah kedua untuk bertahan di tengah keterpurukan harga adala dengan memainkan volume penjualan, “Jadi produksi kami tekan, penjualannya pun kami atur,” ujar Sukrisno. Jumlah produksi dikurangi, dan penjualannya diatur, tidak semua hasil produksi dijual habis dalam satu waktu.

Menuurt Sukrisno, langkah tersebut cukup berhasil, “Kami sempat menahan penjualan di akhir 2014 lalu, memang jadinya stok kami jadi ada yang menumpuk tetapi masuk 2015 harga sempat membaik dan momen itu kami lepas stok yang ada,’ jelasnya. “Tetapi kami tidak sepenuhnya akan terus menahan penjualan, tetap ada yang kami lepas meski jumlahnya sedkit itu dimaksudkan agar tetap ada pemasukan untuk cash flow sebab operasional tambang, pabrik dan karyawan kan tetap harus dibiayai,” lanjutnya.

Langkah ketiga, PT Timah Tbk membangun fuming furncae (unit peleburan timah) di Belitung dengan investasi sebesar Rp 60 miliar, “Ini juga tujuannya menekan HPP, karena timah yang diproduksi di Belitung selama ini dibawa ke muntong, dengan dibangun fuming furnace di Beliung bisa menekan biaya produksi,” ujar Sukrisno. Investasi ini dilakukan dengan sistem Build Operation and Transfer (BOT) untuk memastikan bahwa proses intalasi teknologi berlangsung dengan baik. Hingga kuartal I tahun 2015, proyek ini masih dalam tahap persiapan lahan dan penyelesaian administrasi.

Kegiatan eksplorasi PT Timah tahun 2014 fokus pada kegiatan di areal Izin Usaha Penambangan (IUP) perusahaan baik di wilayah daratan maupun lepas pantai. Belanja modal tahun 2015 untuk kegiatan eksplorasi adalah sebesar Rp 120,97 miliar dan biaya operasional Rp 126,92 miliar. Belanja modal untuk kegiatan eksplorasi tersebut nantinya akan dialokasikan untuk pembuatan kapal survei, yaitu Kapal Geotin 4 dan pengadaan alat bor darat sonic, bor mekanik, bor CPP serta peralatan pendukung eksplorasi lainnya. Total produksi biji timah PT Timah tahun 2014 mencapai 32.319 ton meningkat 23,33 % dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 26.204 ton.

Dari total jumlah produksi tersebut, timah yang dihasilkan dari darat adalah sebanyak 11.207 ton meningkat dari tahun sebelumnya 6.460 ton. Kemudian timah dari laut sebanyak 21.112 ton juga meningkat dari tahun sebelumnya 19.744 ton. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved