Management

Kimia Farma, Menciptakan Organisasi yang Kondusif

Dharma Syahputra, Direktur Umum & Human Capital PT Kimia Farma
Dharma Syahputra, Direktur Umum & Human Capital PT Kimia Farma

Di industri farmasi yang highly regulated dan level persaingannya ketat, PT Kimia Farma (KF) sepenuhnya menyadari bahwa titik keunggulan mereka akan terletak pada manusianya (karyawan). Dan, mereka juga mengetahui bahwa karyawan sering bersedia untuk stay (menetap) serta strive (berjuang) jika organisasi tempat mereka berkiprah adalah wadah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembang, baik sebagai pribadi maupun profesional. Terlebih, proporsi karyawan milenial KF berada di atas 74% dari total karyawan (13.069 orang) yang tersebar di tujuh anak usaha. Bukan rahasia lagi, kaum muda ini begitu rentan untuk pindah ke tempat lain lantaran bosan menetap di satu perusahaan.

Berangkat dari kesadaran tersebut, manajemen KF pun berupaya menjadikan perusahaannya sebagai sebuah tempat yang kondusif sehingga engagement karyawannya tinggi. Caranya?

Pertama, menciptakan clarity of purpose. “Perusahaan harus clear menjelaskan mau dibawa ke mana,” ujar Dharma Syahputra, Direktur Umum & Human Capital KF. Kedua, mengembangkan sekaligus memberdayakan karyawan dalam sebuah sistem yang fair. Dan yang ketiga, menciptakan budaya serta suasana kerja yang nyaman.

Dalam urusan menjelaskan arah perusahaan, Dharma mengatakan, hal itu ditempuh lewat komunikasi yang intensif, secara berjenjang melalui pimpinan yang ada. “Awal tahun ini, saat rapat kerja, kami fokuskan untuk mencapai revenue sebesar Rp 11 triliun. Nah, dari sana dikomunikasikan secara berjenjang kepada karyawan,” katanya. Pola ini membuat karyawan mengetahui sekaligus mengingat target pendapatan perusahaan dengan baik, termasuk keinginan masuk tiga besar pemain farmasi nasional, meloncat dari posisi di enam besar. “Dan, target ini selalu kami ulang-ulang pada saat meeting, rapat triwulan, serta rapimnas.”

Untuk pengembangan serta pemberdayaan karyawan dalam sistem yang fair dan merit, di antaranya ditempuh melalui pelatihan dan corporate university. Di sini, pengetahuan serta keterampilan apoteker, tenaga farmasi, dan karyawan yang berkutat di sektor manufaktur (produksi obat) terus ditingkatkan.

Ada beberapa pelatihan yang dilakukan. Antara lain: on-the-job training yang didesain sedemikian rupa sehingga karyawan tidak menetap di satu posisi, melainkan berpindah (mobile) sehingga memiliki pengetahuan yang luas. Contohnya, mereka yang semula bertugas mengawal transformasi bisnis, dipindah ke bagian lain yang membutuhkan, misalnya procurement. Lantaran menganggap serius pelatihan ini, anggarannya meningkat signifikan sekitar hampir dua kali lipat. Tahun 2018, anggarannya Rp 11 miliar. Tahun ini membengkak hingga Rp 35 miliar.

Cara selanjutnya adalah coaching dan seminar di kelas. Termasuk, memperkenalkan seluk-beluk bisnis baru, yakni kosmetik, OTC (over the counter), dan FMCG (minuman sehat). “Bisnis tersebut sangat berbeda dengan bisnis kami sebelumnya yang hanya mengurusi obat. Untuk menjalankan bisnis baru tersebut, dibutuhkan knowledge. Nah, ini yang kami training di kelas,” Dharma menjelaskan.

Dengan model penggemblengan itu, akan terjadi penyaringan sehingga diharapkan 20% karyawan bisa masuk dalam talent pool. Mereka yang mendapat perhatian khusus ini selanjutnya akan masuk ke tahap penggemblengan berikutnya dalam kerangka persiapan menjadi pemimpin perusahaan. “Karyawan yang bagus akan dikirim untuk mengikuti pelatihan global leadership program. Talent-talent ini kami mapping terus.”

Dalam upaya menciptakan budaya yang kondusif, manajemen membuka ruang untuk berkarier secara luas. KF kini memiliki 1.260 apotek, 600 klinik, dan 60 laboratorium. Terkait hal tersebut, KF bahkan sudah melangkah lebih jauh. Mereka telah mendesain dan siap membangun Kimia Farma Tower di kantor pusat. Gedung yang diharapkan selesai dalam dua tahun ini dibangun dengan konsep open space, kolaboratif, serta instagramable untuk mengikuti selera kaum milenial. Kini, sambil menunggu pembangunan menara yang menelan dana Rp 500 miliar tersebut, manajemen KF mencoba mengaplikasikan konsep tersebut di gedung yang kini ditempati. Sebelumnya, mereka telah membenahi lini bisnis apotek. Dengan positioning melayani produk health and beauty, tampilan fisik apotek dimodernisasi sehingga terlihat lebih segar.

Semua yang dilakukan ini turut mendongkrak kinerja karyawan sehingga berpengaruh terhadap kinerja perseroan. Pada 2017-2018, KF tumbuh 21,4%, sementara industri tumbuh 4%-5%. Peringkat perusahaan juga melonjak: tahun 2016 berada di luar 10 besar, pada 2018 masuk ke enam besar. “Tahun ini kami berada di posisi empat besar, ekspektasi kami akan berada di posisi tiga besar sampai akhir tahun ini,” kata Dharma penuh semangat. Karena pertumbuhan itu, dia melanjutkan, karyawan pun akan mendapatkan bonus performance based sehingga turut mendongkrak level engagement mereka lantaran mengetahui adanya keterhubungan antara kinerja karyawan dan performa perusahaan. (*)

Teguh S. Pambudi & Anastasia A.S.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved