Management Strategy

Kimia Farma Menyongsong Bisnis Layanan Kesehatan

Kimia Farma Menyongsong Bisnis Layanan Kesehatan

PT Kimia Farma, Tbk., produsen obat-obatan, berupaya melakukan transformasi dari pharmaceutical company menjadi health care company. Rencananya, perseroan akan mendirikan rumah sakit sebagai salah satu upaya transformasi perusahaan. Emiten berkode KAEF ini bakal membangun tiga rumah sakit di Tebet, Jakarta Selatan, Denpasar (Bali), dan Makassar (Sulawesi Selatan). Lahan di Denpasar seluas 3.500 m2 dan Makassar 4 ribu m2.

Menurut Eddy Murianto, Sekretaris Perusahaan Kimia Farma, ketiga rumah sakit tersebut akan dikategorikan sebagai rumah sakit tipe C. Setiap rumah sakit nantinya akan berkapasitas 200 tempat tidur. “Kami memilih rumah sakit tipe C agar sesuai dengan peserta BPJS,” kata Eddy Murianto, Sekretaris Perusahaan Kimia Farma. Rumah sakit ini akan melengkapi bisnis perseroan yang sudah memiliki apotek, klinik dan laboratorium klinik.

Eddy menyebutkan perseroan memang melihat potensi bisnis layanan kesehatan yang akan melonjak ke depannya. Program BPJS nantinya akan mendongkrak layanan kesehatan di Indonesia. Menurut laporan Bank Dunia dan lembaga kesehatan PBB (WHO) yang dirilis tahun 2013, Indonesia merupakan negara dengan persentase healthcare terhadap GDP yang relatif rendah diantara negara Asia Tenggara, yakni 3,1%, lebih rendah dibandingkan Kamboja sebesar 7,5%. Belanja layanana kesehatan yang dikeluarkan menunjukan grafik peningkatan dari tahun ke tahun. Belanja layanan kesehatan Indonesia senilai US$ 108 per kapita, naik dari US$ 61/kapita di tahun 2008, atau US$ 27/kapita pada 2004. Nilai tersebut sangat menjanjikan bagi proyeksi bisnis layanan kesehatan ke depannya.

Belanja Layanan Kesehatan Per Kapita

Negara

Tahun 2014

Tahun 2008

Tahun 2004

Indonesia

108*

61

27

Malaysia

410

288

181

Filipina

119

74

35

Sumber Bank Dunia & WHO

Keterangan : * dollar Amerika Serikat

Apalagi, penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN) membawa perubahan yang revolusioner terhadap sektor healthcare Indonesia. Pasar obat-obat generik berpotensi meningkat dua kali lipat. “Ya, kami mendirikan rumah sakit untuk merespons potensi bisnis layanan rumah sakit ke depannya,” ucap Eddy. Perseroan, sambung Eddy, sedang menyelesaikan rancangan kerja sama dengan mitranya untuk mengoperasikan rumah sakit di Jl Prof. Dr. Saharjo, Jakarta. “Diharapkan finalisasi kerjasama ini akan selesai pada kuartal I tahun 2016,” ungkap Eddy.

Sedangkan rencana pembangunan rumah sakit di Makasar dan Denpasar, perseroan masih mencari mitra kerjanya. “Untuk rumah sakit di Jakarta kami akan bermitra dengan salah satu rumah sakit, tapi kami belum bisa menyebut nama perusahaanya karena rancangan kerjasamanya masih dalam proses finalisasi,” jelasnya. Selain itu, perseroan berancang-ancang mengembangkan sayap bisnis di sektor properti.

Rusdi Rosman, Direktur Utama Kimia Farma, pada pertengahan November ini mengumumkan kerja sama dengan PT Primiera Anggada guna mendirikan hotel berbintang tiga di atas tanah miliknya yang berada di Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur. Nilai tanahnya mencapai Rp 53,93 miliar dan luasnya mencapai 3 ribu meter2. “Selaku mitra Kimia Farma, Primiera Anggada berkewajiban membangun hotel bintang tiga yang terintegrasi dengan ruang apotek, ruang praktik dokter dan fasilitas penunjang lainnya di atas tanah tersebut,” jelas Rusdi.

Rusdy Rosman, Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk. (Foto : Istimewa).

Rusdy Rosman, Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk. (Foto : Istimewa).

Primiera Anggada berdiri pada 2013 dan berkantor di Jakarta. Bidang usahanya membangun dan menyediakan jasa pengelolaan hotel. Perjanjian ini dilakukan dengan jangka waktu 25 tahun, terhitung sejak tanggal diterbitkannya sertifikat layak fungsi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Setelah jangka waktu habis, maka Primiera Anggada akan menyerahkan seluruh bangunan hotel dan sarana berikut fasilitasnya kepada perseroan dengan keadaaan baik atau layak fungsi. Perseroan akan mendapatkan sejumlah manfaat dari kerjasama ini. Pertama, penggunaan bangunan seluas 600 m2 oleh perseroan yang terintegrasi dengan ruang praktik dokter tanpa dikenakan sewa. Kimia Farma juga akan mendapatkan kompensasi selama 25 tahun dalam bentuk pembayaran tunai. Untuk tahun pertama, ditetapkan sebesar Rp 997,57 juta. Kompensasi ini akan mengalami kenaikan 2% setiap tahunnya.

Perseroan juga tetap melanjutkan ekspansi gerai apotek maupun klinik. Jumlah apoteknya hingga Oktober tahun ini mencapai 700 unit. Klinik sejumlah 301 unit dan laboratorium klinik 42 unit. KAEF sedang membangun pabrik bahan baku obat Garam Farmasi di Jombang, Jawa Timur. Kapasitas produksinya 2 ribu ton per tahun. Dan tahun depan direncanakan berkapasitas 4 ribu ton tiap tahunnya. Sehingga kebutuhan Garam Farmasi nasional sebanyak 6 ribu ton per tahunnya akan dipenuhi 100% oleh produksi perseroan. Pendapatan perseroan di kuartal III tahun ini naik 13,02% menjadi Rp 3,47 triliun dari 3,07 triliun di periode sama yang tahun lalu. Laba bersihnya melonjak 14,48% ke Rp 166 miliar dari Rp 145 miliar. “Kami menargetkan pendapatan di akhir tahun 2015 naik sekitar 10% hingga 15% dari realisasi pendapatan di tahun 2014,” ucap Eddy. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved